Share

20. Sedih

Aku harus iklas meski dia bukan darah dagingku tetapi gadis itu sudah mampu menggetarkan nadi hingga ke jantung. Entah mengapa sosok perempuan muda itu membuat semangatku kembali meletup.

Kulihat lagi wajah lelakiku, dia begitu tertekan. Aku hanya diam menyiapkan semua keperluan untuk pemakaman Halimah. Pertama aku panggil mantri Pak Ahmad untuk memastikan kematian Halimah. Sesaat Pak Ahmad memeriksa semua keadaan tubuh Halimah.

"Bagaimana, Pak Ahmad?" tanyaku.

"Halimah sudah meninggal, Bu Arini. Ini sedang saya buatkan surat keterangan bahwa Halimah benar sudah berpulang ke rahmatullah. Yang sabar ya, Bu!" kata Pak Ahmad.

Aku hanya mengangguk dan menerima selembar kertas berisi keterangan kematian putri tiriku. Yahya masih duduk terpekur dengan bibir yang masih mengucapkan ayat-ayat Al Quran. Surah yasin dan ayat kursi pun dia lantunkan untuk Halimah.

"Bagaimana dengan Abdul dan Ridwan, Bi?" tanyaku pada Yahya.

Lelaki itu masih diam, entah apa yang dia pikirkan aku pun tidak tahu.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status