Share

Bab 6

Author: Vivian Kusuma
"Apa?" Mario pikir dia sudah salah dengar.

Mario juga menyadari bahwa dia memang telah memperlakukan Rosa dengan buruk dalam beberapa hal selama dua hari terakhir.

Tetapi mengapa wanita ini begitu mudah berbicara soal perceraian?

Dia menjelaskan, "Angel sudah nggak punya orang tua atau keluarga. Dia cuma punya dua anaknya. Dia sedang dalam masalah sekarang, jadi aku nggak bisa diam saja dan cuma lihatin."

Rosa mencibir, "Jadi kamu harus membantunya sendiri? Pelayan dan pengawal ada di mana-mana. Kamu selalu memeluknya setiap dia menangis. Yang paling penting itu kamunya, dia masih ada di hatimu kan? Terus, aku ini apa?"

Mario membalikkan badan, dan berkata, "Kamu salah paham. Sudah kubilang kita ini suami istri. Jangan bicara lagi soal perceraian. Kamu istirahat saja."

Suami istri lagi...

Jadi, karena suami istri, bisa mengabaikan pasangannya?

Setelah itu, Mario pergi, tidak memberi Rosa kesempatan untuk melanjutkan.

...

Di lantai bawah.

Pak Suradi baru saja selesai membersihkan ruang makan bersama anak buahnya. "Pak."

Mario berpikir sejenak, lalu berkata, "Besok suruh koki buatkan ikan kukus ya."

Rosa menyukainya, tetapi dirinya sendiri tidak suka makanan itu, jadi koki jarang membuatnya dalam beberapa tahun terakhir.

...

Keesokan harinya.

Mario berangkat lebih awal. Perusahaannya sedang sibuk, jadi dia tidak bisa sepanjang hari di rumah.

Ketika Rosa bangun dan turun, dia melihat Angel mengenakan baju tidur barunya, duduk di sofa, memberi tahu pelayan apa yang harus dimasak untuk sarapan. Pergelangan kakinya yang terkilir semalam, tampak normal.

"Ikan kukus? Kayaknya Mario nggak suka ikan kukus."

Pak Suradi berkata, "Itu kesukaan Bu Rosa. Pak Mario yang minta koki untuk membuatnya."

Senyum Angel membeku sesaat, dan berkata, "Oh, gitu ya?"

Dia berbalik dan kebetulan melihat Rosa turun. "Rosa, kamu sudah bangun? Mario baru saja pergi."

Rosa pun menunduk, tak berkata apa-apa.

Angel tersenyum. "Oh iya, Rosa. Malam ini, aku nggak makan di rumah ya."

Rosa awalnya tidak mengerti mengapa Angel harus memberitahunya ke mana dia akan pergi.

Tetapi malam itu, dia akhirnya mengerti.

Karena Mario akan mengajak Angel ke jamuan bisnis...

Malam itu Angel tersenyum dan berkata, "Rosa, begini, kemampuan bahasa asingku kan cukup bagus, pesta yang mau dihadiri Mario juga cukup penting, jadi kupikir, aku mungkin bisa membantunya."

"Cuma masalahnya, aku nggak punya gaun yang cocok, sudah terlambat kalau harus cari sekarang. Ini salahku. Padahal aku ingat punya satu gaun di koperku, tapi ternyata nggak ada."

"Jadi Rosa, apa aku boleh pinjam gaunmu?"

Dia berinisiatif untuk meminjam gaun Rosa.

Mendengar hal itu, Mario sedikit mengernyit. "Ada toko yang khusus menjual gaun, seharusnya mereka punya ukuranmu."

Gaun-gaun Rosa semuanya dibuat khusus, dan hanya ada satu-satunya.

Angel sedikit terkejut, dan buru-buru menjelaskan, "Aku takut waktunya nggak akan cukup kalau harus ke toko, jadi..."

Rosa terdiam.

Jadi, Mario berasumsi kalau kemampuan bahasa asingnya kurang bagus, makanya dia dengan santai mengajak Angel. Apakah Mario benar-benar sudah tidak peduli lagi pada perasaannya?

Benar juga. Mereka bahkan sudah sampai pada titik membahas perceraian.

Sebenarnya tidak perlu saling memperhatikan lagi. Rosa berkata, "Semua ada di lemari. Silakan pilih saja sesukamu."

Sikap acuh tak acuhnya membuat Mario merasa sedikit tidak nyaman, jadi dia tiba-tiba menjelaskan, "Ini cuma jamuan bisnis biasa kok."

Rosa tidak menjawab dan berjalan ke ruang makan.

Angel berkata, "Mario, sudah jam lima."

Mario terus melihat ke arah ruang makan.

Setelah beberapa saat, dia berbalik dan berjalan keluar. "Cepat ganti bajumu."

Angel tersenyum. "Oke."

...

Dalam perjalanan.

Pikiran Mario dipenuhi dengan wajah tenang Rosa. Dia biasa membawa Rosa bersamanya ke acara-acara seperti itu.

Tapi hari ini, Angel bilang dirinya sudah lama sekali tidak menghadiri acara sebesar ini.

Memikirkan keadaan Angel selama ini, dia merasa tak tega. Kebetulan, kemampuan bahasa asingnya juga cukup baik, jadi Mario setuju untuk mengajaknya.

"Mario, nanti pas pulang, aku akan jelasin ke Rosa. Ini juga salahku, aku agak larut sama nostalgia masa lalu." Angel menunduk dan mendesah sedih.

Mario tersadar.

Bernostalgia dengan masa lalu?

Kata-kata itu tiba-tiba mengingatkannya bahwa semua ini seharusnya menjadi milik Angel.

Angel dan Mario tidak bersalah.

Lagipula, dia dan Angel tumbuh bersama, dan Angel sudah melahirkan dua anak yang menggemaskan untuknya. Jadi, kalau dia berbuat baik pada Angel, Rosa seharusnya bisa mengerti.

"Jangan menangis, nanti riasanmu luntur."

Angel tersenyum lembut. "Aku tahu, Mario itu memang yang terbaik."

...

Di pesta bisnis.

Ada banyak perusahaan asing, dan setelah kebangkitan perusahaan farmasi di Kota Zaruna, perusahaan luar akhirnya mulai tertarik.

Mario menduduki posisi teratas di antara tiga provinsi sekitar Kota Zaruna, bisa dibilang belum tertandingi selama dia belum memasuki pasar saham ibu kota.

Namun, untuk ekspansi ke Montiwa, ibu kota, masih agak jauh. Jadi, Mario sangat membutuhkan investor untuk membantunya berkembang.

Saat itu, beberapa orang kebetulan lewat, dan Pak Roni sebagai penanggung jawab proyek, memperkenalkan mereka, "Pak Vincent, Pak David, ini Pak Mario, pemilik Sinatra Capital. Dia yang memenangkan tender untuk tiga rumah sakit Kelas A hanya dalam beberapa bulan."

Dua pria dengan kualifikasi luar biasa yang berdiri di samping Pak Roni langsung menarik perhatian semua orang.

Pak Roni memperkenalkan pria di sebelah kiri sebagai Vincent Brudi, pemilik salah satu pemasok ekspor alat kesehatan terbesar di Negara Velmora ini.

Dia berusia dua puluh sembilan tahun, dan pewaris Keluarga Brudi. Vincent memiliki sikap yang berwibawa, tenang, profesional, dan tajam. Bisnisnya sendiri kira-kira dua kali lipat dari Sinatra Capital.

Sedangkan, pria di sebelah Vincent adalah David Tanujaya, putra tertua dari keluarga berpengaruh di Montiwa dan saat ini menjabat sebagai pimpinan perusahaan paling terkemuka di ibu kota.

Dia tak lain adalah kakak kandung Rosa.

Saat nama Mario disebut, tatapan David langsung beralih ke wajah pria itu.

Dulu, dia hanya melihat foto adiknya dari laporan yang dikirim oleh bawahannya, dan melihat sekilas sosok Mario. Sekarang, setelah melihatnya secara langsung, dia merasa Mario memang memiliki beberapa daya tarik.

Tetapi, siapakah wanita yang ada di sampingnya?

Sikap Mario pun tak kalah mengesankan, dia mengulurkan tangan kepada kedua pria itu tanpa sikap merendahkan maupun arogan. Dia menyapa mereka, "Pak Vincent, Pak David, saya sudah lama mendengar nama besar kalian."

Vincent mengangguk dan menyapa balik, "Halo, Pak Mario."

David menatap Mario dan menjabat tangannya sebentar. Dia lalu berkata, "Saya dengar perusahaan Pak Mario sudah dapat pijakan di bursa saham. Selamat ya, Pak."

Mario tersenyum rendah hati, dan menjawab, "Terima kasih. Tapi, dibandingkan perusahaan Pak David dan Pak Vincent, saya masih jauh sekali."

"Nggak juga. Pak Mario jauh lebih beruntung daripada saya." David menatapnya dan tersenyum penuh arti. "Anda punya istri yang baik dan dua anak yang manis."

Vincent hanya berdiri santai di samping, seperti penonton. Dia tahu David sedang mengamati adik iparnya.

Selain itu, David sengaja bertanya kepada Angel, "Apa ini istri Pak Mario?"

Pipi Angel memerah, dia menatap Mario dengan ragu.

Mario sebenarnya tidak mau mengaku, tetapi dia tidak menyangka David akan menanyakan identitas Angel.

Dia khawatir David akan tahu bahwa dia tidak membawa istrinya ke acara seperti itu, yang akan dianggap tidak pantas. Dia pun hanya bisa berkata, "Iya."

Angel setelah mendengar jawabannya, buru-buru menyapa kedua pria itu, "Halo, Pak David, Pak Vincent."

Tanpa disadarinya, saat David mendengar jawaban Mario, sorot matanya sudah berubah.

Dia menjawab dengan dingin, "Iya."

Hanya itu. David lalu berbalik dan pergi bersama Vincent tanpa sepatah kata pun.

Namun, Mario tidak terlalu peduli, dia hanya berpikir bahwa mereka sudah banyak berbicara dan menunjukkan perhatian yang begitu besar kepada perusahaannya, itu berarti David kemungkinan besar sudah tertarik padanya.

Setelah jamuan selesai, Pak Roni dengan berseri-seri mengantar mereka berdua ke mobil.

Tanpa diduga, Vincent berbicara terlebih dahulu, "Setelah mempertimbangkan, Brunex Global nggak jadi bekerja sama dengan Sinatra Capital."

David langsung menimpali, "Kami pilih perusahaan lain saja, coret Sinatra Capital dari daftar kandidat."

Adiknya yang berharga, di usia semuda itu harus menjadi ibu tiri dari anak-anaknya Mario!

Dia bukan hanya tidak menghargainya, tetapi juga berani bawa wanita lain ke acara sepenting itu, bahkan berbohong bahwa wanita itu adalah istrinya!

Senyum Pak Roni langsung membeku. "Maaf Pak, apa saya boleh tahu alasannya?"

David menjawab sambil menahan amarahnya, "Bisnis itu butuh integritas. Pak Mario berani bawa wanita lain, bahkan mengakui wanita itu sebagai istrinya. Saya nggak akan memercayakan investasi pada orang seperti itu. Pak Vincent juga nggak bisa bekerja sama dengan seorang pemimpin perusahaan seperti dia."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 50

    Angel terdiam, mengambil sampul buku itu, lalu berkata, "Ini... bersih. Jadi, kelihatan sangat rapi."Pengasuh menjawab, "Anak-anak punya desain favorit mereka sendiri." Angel melirik pengasuh yang telah menyela dengan tajam.Pengasuh ini sama seperti kepala pelayan itu, benar-benar tidak tahu sopan santun. Bibir Angel pun melengkung menjadi senyuman. Dia berkata, "Aku tahu kamu sudah merawat anak-anak tanpa lelah. Tapi sebagai pengasuh, sebaiknya kamu mundur saat keluarga berbicara. Kalau nggak, anak-anak juga jadi terbiasa menyela seenaknya."Kirana segera membelanya, "Bibi sangat baik pada kami." "Mama bilang pengasuh dan pelayan juga bagian dari keluarga, dan kita harus menghormati mereka." Reyan mengulang kata-kata yang pernah diucapkan Rosa.Meskipun mereka tidak lagi menunjukkan perlawanan terbuka terhadap Angel, tatapan mata mereka semakin jauh dan asing.Bagi mereka, Angel adalah orang luar yang bersama-sama ayahnya, telah membuat ibu mereka pergi dari rumah. Dalam hati, ke

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 49

    Yaitu kesabaran dan lapang dada!Hal kecil seperti ini, seharusnya Rosa mengerti dan percaya padanya.Namun, bukan hanya berulang kali meminta cerai, Rosa kini pergi meninggalkan rumah.Dia ingin melihat seberapa lama Rosa bisa bertahan di luar sana, sendirian dan tidak berdaya.Pak Suradi langsung terdiam, berbalik pergi tanpa berkata apa-apa....Mulai hari berikutnya...Mario sama sekali tidak menyebut sedikit pun tentang Rosa.Di meja sarapan, Kirana tidak melihat ibunya, jadi bertanya, "Papa, Mama mana?""Dia sudah pergi."Mario meletakkan sendoknya, wajahnya serius saat menatap anak-anaknya. "Sudah waktunya Papa beri tahu kalian ini. Mama Angel dan Papa itu orang tua kandung kalian, sedangkan Mama Rosa itu cuma ibu tiri kalian. Dia nggak mau tinggal di sini lagi, jadi kalian nggak boleh mencarinya terus. Kalian sekarang sudah masuk SD, sudah harus mengerti." Angel buru-buru menambahkan, "Benar, Kirana. Mama ngerti kalau kalian nggak suka Mama, itu karena kita belum dekat saja. T

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 48

    Angel seakan teringat sesuatu, lalu berkata, "Mario, aku tahu orang tuaku dulu mungkin pernah menyinggung beberapa rekan kerja, jadi mereka sekarang mau ambil kesempatan menjelek-jelekkan namaku. Keluarga Andara contohnya, dan orang-orang yang tiba-tiba muncul belakangan ini, mereka semua berniat memfitnah masa laluku. Aku beneran..."Angel sengaja mengungkit hal itu untuk memperingatkan Mario, supaya jika nanti dia dengar sesuatu, tidak langsung percaya. Mario bertanya, "Maksudmu orang-orang dari Kuil Awan Suci?""Dan orang yang baru saja memberikan hadiah kepada Rosa, dia juga bilang aku kenal seorang pengusaha kaya atau semacamnya."Angel menunduk dan berkata, "Sekarang aku nggak punya keluarga, nggak bisa membela diri. Tapi aku paham, mereka semua hanya peduli pada Rosa. Kamu jangan marah ya." "Iya, Kak."Laras berlari turun ke bawah dan membela Angel, "Orang yang tadi bawa hadiah untuk Rosa bilang Kak Angel dulu kenal seorang pengusaha kaya. Kalau dia beneran mengenal seorang pe

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 47

    Angel tampaknya sangat khawatir pada Mario, dia menggunakan tongkat dan turun perlahan. "Mario, sudah jangan marah lagi. Semua keributan ini, sampai ulang tahun Rosa pun terganggu, semua karena aku yang ceroboh." Rosa meliriknya sebentar sebelum berpaling ke Mario dengan senyum, dan berkata, "Menurutmu aku punya hubungan apa dengan mereka?" "Seharusnya kamu yang jawab," balas Mario, tidak menghiraukan Angel.Rosa menatap Mario yang wajahnya penuh keraguan. "Kalau aku bilang sudah kenal mereka sejak kecil, kamu percaya?" Mata Mario melebar tanpa sadar.Teman masa kecil?Angel ikut menyela, "Kenal siapa sejak kecil?" Keduanya pun terdiam.Angel mendekat ke Mario. "Mario? Apa yang kalian bicarakan?"Angel sepertinya tidak mau ada hal yang tidak diketahuinya di antara mereka. Angel sangat khawatir bahwa pria dengan jas itu mungkin telah mengatakan sesuatu yang memicu kecurigaan Mario, jadi dia ingin mengawasi pembicaraan mereka.Pak Suradi untuk pertama kalinya menunjukkan ketidaksuk

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 46

    "Nggak perlu," jawab Vincent ke Mario.Vincent menoleh ke Rosa, dan berkata, "Selamat ulang tahun. Jaga dirimu baik-baik, karena banyak orang yang peduli padamu."Kata-kata itu terdengar mengganggu telinga Mario.Banyak orang yang peduli pada Rosa?Siapa saja?Apakah termasuk dia, Vincent?Setelah berkata demikian, Vincent melirik Mario sebelum masuk ke mobil dengan santai.Pintu mobil tertutup. Para pengawal Keluarga Sinatra pun mulai keluar satu per satu saat lampu mobil menyala, begitu terang hingga menyilaukan....Di dalam Kediaman Sinatra.Pandangan Arga melayang santai ke arah Angel sebelum dia berkomentar, "Bu Angel memang suka jadi pusat perhatian, bukan? Selalu suka di tempat yang ramai."Ronald langsung membalas, "Jangan tindas perempuan!"Senyum Angel sedikit goyah. "Apa maksudmu?"Arga mengangkat alisnya, dan berkata, "Saya ingat Bu Angel dulu tinggal di luar negeri, kenal banyak para konglomerat, bukan?"Wajah Angel memucat sejenak.Apa maksud mereka?Bagaimana mereka bis

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 45

    Mario merasa dia bisa saja memaklumi jika Rosa sedang emosional. Untuk kejadian hari ini, selama dia mau mengalah dan minta maaf, tamparan itu tidak akan Mario permasalahkan. Namun, Rosa justru menatap dengan sinis wajah-wajah mereka yang penuh sikap penjilat. Penghinaan di matanya sama sekali tidak disembunyikan. Laras menyadarinya. "Apa maksudmu dengan menatap begitu? Apa kamu meremehkan Keluarga Sinatra?" Tepat saat itu, Pak Suradi memandang ke arah luar pintu dan bertanya, "Maaf, kalian siapa...?" Di tengah keributan, tidak ada yang menyadari deretan mobil mewah yang kini parkir di luar kediaman Sinatra.Lampu dari tiap mobil menyala terang, menerangi hampir seluruh sisi rumah. Sekelompok pria dengan seragam berjalan menuju pintu, masing-masing membawa kotak kado mewah dalam tangan mereka. Mereka berdiri rapi di depan pintu. Serempak berseru, "Bu Rosa, selamat ulang tahun." Rosa terpaku. Pandangan matanya jatuh ke salah satu mobil di depan. Rosa mengenali mobil itu. Mob

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status