Tatapan Juno, suaranya yang terdengar datar, entah kenapa malah terasa menyeramkan bagi Alea. Wajah wanita cantik itu menegang, kedua matanya melebar, terutama saat melihat seringai tipis di bibir Juno.
"Kamu akan menyesal karena telah menolak perintah saya, Nona." Hening. Beberapa detik berlalu tanpa ada yang bersuara. Seringai itu lenyap, digantikan oleh ekspresi dingin tanpa emosi. Alea menelan salivanya sendiri, melihat raut wajah Juno yang menyeramkan. "Keluar." Namun, Alea tetap terpaku di tempat. Perubahan sikap Juno yang begitu cepat membingungkannya. "Saya bilang keluar!" Kali ini, nada suara Juno lebih tegas, bahkan nyaris membentak. Alea tersentak. Tanpa berpikir panjang, dia segera melangkah keluar dari ruangan itu. Demi apa pun, jantungnya masih berdegup kencang setelah kejadian barusan. Nafasnya sedikit memburu, seolah dia baru saja keluar dari sebuah situasi berbahaya. Saat itu, Adrian, sekretaris Juno, melihatnya berjalan dengan langkah tergesa-gesa keluar dari ruangan presdir. "Nona, apakah Anda sudah bicara dengan—" Alea tidak menjawab. Pikirannya terlalu penuh. Ia bahkan tak sadar telah mengabaikan pria itu. Juno benar-benar menakutkan. Kata-katanya barusan terngiang di kepala, seolah sebuah ancaman yang tidak boleh diabaikan. Tanpa berpikir panjang, sebelum kembali ke ruangan tim desain, Alea memutuskan untuk pergi ke toilet wanita terlebih dahulu. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri, meredakan detak jantung yang masih berdegup kencang. Alea membasuh wajahnya yang terasa panas dengan air keran. Dia melihat dirinya di cermin, satu tangannya memegang dada. Napasnya terengah-engah. "Gila. Sungguh gila. Apa yang dia lakukan padaku barusan? Dan apa yang—" Alea tidak melanjutkan kata-katanya, saat adegan ciuman panas tadi kembali melintas dalam pikirannya. Alea berusaha mengenyahkan adegan itu dari kepalanya dan melupakan apa yang terjadi semalam. Dia berharap, semalam memang tidak terjadi apa-apa diantara dirinya dan Juno. Dia kembali ke ruangan tim desain dan mulai ajakan pekerjaannya dengan profesional. Daripada memikirkan Juno, ataupun pria bernama Martin yang sudah menghianatinya. Meskipun Alea masih muda, tapi dia memiliki vibes positif dan bisa diandalkan sebagai ketua tim. Di hari pertamanya bekerja di perusahaan ini, dia sudah mendapatkan kesan baik dari semua orang. "Bagaimana laporannya, Bu?" tanya Karin, salah satu anggota tim desain, setelah menyerahkan hasil laporan desain tahun lalu yang sudah disusunnya. "Sudah bagus. Hanya perlu dirapihkan sedikit." "Baik Bu!" seru Karin sambil tersenyum. Dia terlihat senang "Oh iya, Bu Alea. Nanti malam kami mengadakan acara makan-makan," kata pak Gunawan pada Alea. Beberapa anggota tim desain juga melihat ke arah Alea dengan tatapan penuh semangat. Kening Alea mengerut, menundukkan kebingungan. "Makan-makan?" "Iya Bu. Ibu harus hadir, karena Ibu adalah bintangnya malam ini." "Memangnya ada apa?" tanya Alea heran. "Makan malam ini diadakan untuk menyambut Bu Alea sebagai anggota tim kita. Tenang saja, saya yang traktir!" ujar pak Gunawan sambil tersenyum lebar dan yang lain juga tampak bersemangat. "Yee makan malam!" Semua orang di ruangan itu bersorak-sorai dengan gembira. Alea yang sebenarnya tidak mau pergi, jadi terpaksa harus mengikuti mereka karena merasa tidak enak dengan semua orang yang sudah bersemangat itu. "Sepertinya aku tidak punya pilihan," gumamnya pelan. *** Waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang, dan beberapa karyawan W Grup mulai meninggalkan kantor. Hanya anggota tim desain yang masih bersiap-siap meninggalkan kantor. Sebenarnya mereka belum pulang karena menunggu Alea yang masih berkutat dengan komputernya. "Bu Alea sangat bersemangat dalam pekerjaannya. Padahal ini hari pertamanya bekerja. Keren sekali ya." "Benar. Ketika orang-orang ingin buru-buru pulang, bu Alea masih aja bekerja." Beberapa dari mereka mulai membicarakan Alea yang sudah giat bekerja dihari pertamanya ini. "Maaf ya lama. Ayo kita pergi sekarang," kata Alea seraya mengambil tas selempang miliknya dan tersenyum pada semua orang. Alea dan para anggota timnya pun pergi ke sebuah restoran mewah yang tak jauh dari kantor. Pak Gunawan yang sudah memesan semuanya untuk Alea. Namun, hanya mereka berenam yang ikut, sedangkan 5 orang anggota tim desain yang lain berhalangan dan tidak bisa ikut. "Kita jangan cuma makan-makan saja. Bagaimana kalau kita minum-minum juga?" tanya Alea kepada semua orang yang ada di sana dan mereka langsung setuju. "Boleh tuh, Bu. Kebetulan sudah lama saya tidak minum," sahut Yudha, salah seorang anggota timnya juga. Sebenarnya Alea tidak bisa minum, baru semalam dia merasakan alkohol dan kehilangan akal sehat. Tapi wanita itu ingin merasakannya lagi. Mereka berenam makan bersama, sambil berbincang dan tertawa. Mengakrabkan diri satu sama lain, terutama Alea yang masih baru di perusahaan W Grup. "Jadi bu Alea ... apa Ibu sudah punya pacar?" celetuk Pak Gunawan yang iseng menanyakan tentang hal pribadi pada Alea. Alea tersenyum lembut, lalu menggelengkan kepalanya. Dia sudah minum sedikit dan mulai mabuk. "Tidak." Dia baru saja putus, jadi dia tidak punya pacar. Bahkan dia tidak ada niatan untuk pacaran dulu. "Kebetulan sekali, anak saya masih jomblo. Apa bisa kalau anak saya—" Ekhem! Suara deheman itu membuat semua orang yang sedang duduk di meja itu langsung terpaku. Terutama saat mereka melihat presdir baru mereka ada di hadapan mereka sekarang. Dia bersama dengan sekretarisnya. "Pak Presdir!" Mereka semua langsung terkejut dan berdiri memberi hormat pada sang presdir, kecuali Alea yang masih tampak santai menenggak minumannya. Dia tidak menganggap keberadaan Juno di sana dan pura-pura tidak melihatnya. "Selamat malam Pak!" "Malam," jawab Juno datar. Tetapi tatapannya tertuju pada Alea yang masih duduk santai di sana. "Ada acara apa ini?" tanya Juno penasaran. "Bukan urusan Bapak. Lebih baik Bapak pulang," jawaban ketus Alea membuat semua orang di sana terkejut akan keberaniannya. Sedangkan Juno melihat ke arahnya dengan tajam. Tangannya terkepal disamping tubuhnya, rahangnya mengetat menahan amarah. "Ma-maaf Pak. Sepertinya Bu Alea sedang mabuk, jadi dia bersikap tidak sopan kepada Bapak," kata pak Gunawan menjelaskan agar Juno tidak salah paham. "Saya tanya kalian sedang apa?" tanya Juno dingin. Hingga pak Gunawan dan anggota timnya yang lain tampak tegang. "Ka-kami sedang makan bersama untuk merayakan bergabungnya Bu Alea di perusahaan kita, Pak." "Kenapa saya tidak diajak?" tanya Juno yang seketika membuat semua orang di dekatnya terkejut. "Untuk apa mengajak pria mesum seperti Om ini. Pergi sana! Pergi!" Alea mengusir pria itu dengan berani. Rupanya wanita yang sudah mabuk ini, sudah menggali kuburnya sendiri. "Orang mesum gak diajak." "Om? Pria mesum?" Kening Juno mengerut. Apa yang Alea katakan pada Juno, sungguh membuat semua orang di sana bertanya-tanya? TBCSesampainya di rumah sakit, Alea langsung dilarikan ke ruang UGD. Denyut nadinya lemah dan wajahnya sangat pucat seperti kehabisan darah. Disisi lain, Juno meninggalkan semua pekerjaannya untuk menemani Alea di sana. Adrian yang menghandel pekerjaannya sementara waktu. "Maaf Pak, anda tidak boleh masuk!" ujar seorang perawat yang menghadang Juno dan memintanya tidak masuk ke ruang UGD. "Tapi—""Kami akan menangani pasien. Bapak tenang saja dan tunggu di sini," ucap perawat itu dengan sabar.Namun, Juno menatapnya tajam dan membantah perkataannya. "Aku harus masuk ke dalam dan kamu tidak bisa melarangku!"Juno menerobos masuk ke dalam ruang UGD. Ia melihat Alea sedang diperiksa dokter dan dipasangi selang oksigen di mulut dan hidungnya. Pernapasan Alea terganggu setelah hampir satu jam berada di dalam koper. Melihat Alea tak sadarkan diri seperti itu, hati Juno teras nyeri. Namun, hatinya merasa marah karena ada yang berani berbuat seperti ini pada kekasihnya. "Denyut nadinya lemah
Setelah menikmati waktu libur yang kurang dari sehari itu. Juno dan Alea kembali bekerja seperti biasanya. Tentu saja dalam hal pekerjaan, mereka sangat profesional. Tidak mencampurkan antara urusan pribadi dan pekerjaan.Sebagai ketua tim yang kompeten, Alea juga menunjukkan kemampuannya. Bukan hanya sekedar nama 'calon istri Juno'. Tapi Alea benar-benar memiliki kemampuan itu.Hari ini Alea ada rapat bersama dengan anggota timnya. Mereka rapat diluar kantor, karena salah satu anggota yang mengusulkannya. Alea setuju-setuju saja, sekalian mencari suasana baru."Sayang. Kamu makan siang di mana? Aku ke ruanganmu, kamu nggak ada?" Itulah isi pesan dari Juno yang baru saja dibaca oleh Alea.Baru saja Alea akan mengetikkan pesan balasan, tapi seseorang sudah membekapnya dari belakang. Alea pun kehilangan kesadarannya. Orang misterius itu memasukkan Alea ke dalam koper."Bu Alea kemana ya? Kenapa dia lama sekali di toilet?" tanya Shana bingung. Dia belum melihat Alea dari tadi."Iya juga
Martin menghampiri istrinya yang sedang duduk di atas ranjang dan memeluknya, seolah lelaki itu memang peduli dan menyayanginya. Begitu membaca pesan dari Ghea, ia langsung pergi ke kapal pesiar ini."Maaf aku baru datang, Sayang."Nada bicara Martin begitu lembut pada istrinya, tidak seperti biasanya yang selalu ketus dan sinis. Bahkan Ghea bisa merasakan kebencian lelaki itu karena pernikahan mereka yang terpaksa ini."Dari mana saja kamu, Martin? Kenapa kamu baru datang?" Rosaline menatap cucu laki-lakinya dengan tajam dan nada bicaranya juga terdengar tegas. Cucu laki-lakinya ini memang selalu membuat ulah, bahkan sampai membuat murka Juno."Aku ada urusan pekerjaan, Oma.""Jangan bohong. Urusan pekerjaan apa yang membuatmu sampai menghilang semalaman? Perasaan ... Wakil manager keuangan tidak sesibuk itu?" sindir Rosaline pada cucunya itu. Kedua tangannya menyilang di dada."Aku benar-benar sibuk, Oma." "Kalaupun benar kamu sibuk. Kamu jangan sampai mengabaikan istrimu, dong. Di
Memang pada dasarnya orang kaya. Mudah sekali Juno membeli kapal pesiar seperti membeli permen saja. Alea sampai geleng-geleng kepala dan memarahi kekasihnya itu."Kenapa sih uncle harus buang-buang uang begitu? Sayang uangnya dipake beli kapal pesiar! Ya ampun. Apa uncle kira kapal pesiar harganya cuma seribuan?"Mendengar Alea mengomel, bukannya merasa terganggu. Tapi Juno malah senyum-senyum dan setia mendengarkannya."Uncle. Kenapa uncle malah senyum-senyum kayak gitu? Om dengerin aku gak sih? Aku tuh lagi—"CupSeketika Alea bungkam, kala bibir Juno mengecup bibirnya. "Uncle!""Kamu menggemaskan kalau lagi marah dan ngomel-ngomel. Suara kamu merdu banget, sampe aku pengen cium kamu," ucap Juno gemas sambil mengusap bibir merah Alea yang alami.Hati Alea tersentuh mendengar gombalan lelaki itu. Pipinya memerah dan ia memalingkan wajah dari Juno. "Aku ngantuk. Mau tidur.""Oke, calon istriku.""Hem.""Jawab dulu sayang." Pinta Juno."Jangan macam-macam deh, Uncle."Juno tersenyum m
"Aku ingin kamu memakai cincin ini."Suasana yang tadinya sedang romantis, malah menjadi aneh karena kata-kata Juno yang ambigu. Rosaline sampai menepuk jidatnya sendiri, karena malu dengan kelakuan Juno. Sedangkan Alea, keningnya langsung berkerut bingung."Bibi, putramu benar-benar ..." James menahan tawa dan geleng-geleng kepala melihat Juno seperti itu."Dia memang mirip ayahnya. Sama sekali tidak romantis. Astaga. Seharusnya dulu saat aku mengandungnya, aku minta dia mirip aku saja, bukan mirip mendiang suamiku," gerutu Rosaline sambil berkacak pinggang. Teringat mantan suaminya juga yang dingin dan kaku seperti Juno.Adrian juga merasa malu, ia sudah mengajarkan trik dan teori romantis pada Juno. Tapi rupanya Juno tidak mengaplikasikan semua itu. Tidak ada gunanya menonton drama romantis."Juno! Lakukan yang benar, Nak! Ingat yang sudah Mama ajarkan! Anak bodoh!" teriak Rosaline yang seketika membuat Juno tersadar dari lamunannya sendiri.Lelaki dewasa itu mendadak ngeblank saat
Gadis cantik yang memakai piyama tidur dan cantiknya natural itu, terlihat terpana melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Lampu dikapal pesiar itu menyala dengan indah, berkelap-kelip. Lampu itu bertuliskan. "Happy Birthday My Golden Night."Belum sempat ia sadar dari keterkejutannya, ia dibuat semakin terkejut, kala orang-orang yang dikenal dengannya, muncul sambil tersenyum ke arahnya. Mereka ada di lantai dua kapal pesiar itu."3 ... 2 ... 1 ... Happy Birthday Alea!" Ghea, Giska, Adrian, Juno, Maya, James, bahkan Rosaline ada di sana untuk hadir di acara ulang tahun Alea ini.Tepat saat jam 12 malam, mereka mengucapkan selamat ulang tahun pada Alea. Ditambah, Juno membawa kue ulang tahun dan berjalan ke arah kekasihnya itu. Mereka semua, kompak memakai piyama tidur sama seperti Alea."Kalian ..." Mata Alea berbinar-binar, ia terharu melihat kejutan yang disiapkan untuknya. Ternyata, Giska juga terlibat dalam semua ini dan gadis itu yang menghubunginya, hingga ia datang kemari.