"Ternyata apa yang dikatakan Mama ada Lisa benar, kamu wanita murahan!" Mata Arya memerah menyorot Anna, seolah-olah hendak memb4kar wanita itu dengan tatapannya.Alih-alih marah, Anna malah tersenyum tipis dan menatap remeh ke arah Arya. "Terserah kamu mau bilang apa aku nggak peduli. Aku nggak butuh penilaiannu sekarang atau nanti. Lagi pula kamu tidak punya hak untuk mengatur hidupku lagi.""Tentu aku berhak mengaturmu kau masih istriku sah secara negara." Arya bersikeras."Oh, ya? Kalau begitu aku bisa dong menuntut kamu sebagai suami yang lalai, pasal perzin4han, dan menikah tanpa izin. Kamu pantasnya dibui meski hanya beberapa bulan. Sepertinya aku harus melaporkanmu biar kapok!"Seketika wajah Arya memucat mendengar anc4man Anna. Dia sangat hafal karakter wanita itu. Anna tidak pernah main-main dengan ucapannya. Arya berusaha menekan rasa cemburunya, tujuannya menemui Anna untuk minta pertolongan agar lepas dari tutntutan perusahaan. Setidaknya kalau mereka rujuk dia bisa tingg
"Ap, apa?" Lisa menggoyang-goyangkan lengan Arya. "Mas, ini nggak benar kan? Kamu nggak mungkin dipecat, kan?""Diam kamu!" Arya menghempas dengan kasar tangan Lisa. "Ini semua gara-gara kamu! Kalau mulutmu nggak sembarangan ngomong nggak mungkin seperti ini.""Kok kamu nyalahin aku Mas? Pasti dia orang suruhan Anna, iya kan?" Lisa menunjuk Pak Wisnu yang hanya diam melihat perdebatan Arya dan Lisa. "Aku akan temui si Anna itu untuk ngasih dia pelajaran biar kapok!""Kamu yang harus dikasih pelajaran agar nggak asal bicara!" Arya men4mpar pipi Lisa hingga wanita itu terduduk di lantai. "Aku suruh diam masih saja ngeyel. Kamu hancurkan semuanya!""Apa-apan ini!" Wina yang mendengar suara ribut-ribut membantu Lisa berdiri. "Arya, kenapa kamu pu-kul istrimu?""Ma, ini semua karena Anna. Dia menyewa lelaki ini pura-pura jadi HRD di kantor Mas Arya dan bilang kalau Mas Arya dipecat." Lisa menangis tersedu-sedu dipeluk4n Wina."Benar begitu Arya?!" "Mama pikir aku nggak tahu siapa HRD-ku?
"Pasti Mas Arya suka." Lisa tersenyum menatap kantong kresek berisi bubur ayam. Gara-gara kejadian kemarin Arya tidur di kamar Anna sampai pagi. Dia mengabaikan Lisa meski wanita itu menggedor-gedor pintu kamar. Ingin rasanya Lisa mendobrak pintu itu, tapi dia menahan diri, menyebut nama Anna saja Arya mampu men4mparnya, dia tak boleh gegabah kalau tidak mau membuat lelaki tersebut semakin murka.'Emas yang kemarin belum diganti Mas Arya. Aku harus meluluhkan hatinya seperti dulu. Tak mungkin Arya nggak tertarik lagi dengan pesonaku.'Lisa sangat percaya diri kalau Arya pasti akan luluh melihat apa yang dia siapkan. Sarapan sudah tersedia di atas meja plus kopi hitam kesukaan Arya."Kamu beli sarapan?" Wina baru bangun dan melihat sarapan tersedia di atas meja bertanya.."Iya, Ma, aku beli bubur ayam untuk Mas Arya."Wina mendekat ke meja makan dan hanya melihat dua porsi bubur ayam. "Lho, untuk Mama mana?"Lisa gugup, dia sengaja membeli dua bungkus untuk menghemat uangnya. Andai ATM
"Mbak, kerugian restoran kita sudah dibayar. Saya meminta ganti rugi materill dan immaterill sebanyak 50 juta.""Bagus, apa sudah dibuatkan video di akun tok-tok kita?""Sudah Mbak, semua sudah beres. Saya juga sudah posting video permintaan maaf dari pelaku. Saya jamin dia pasti diblacklist masuk restoran lain terutama milik kita.""Baiklah, Pak, terima kasih reaksi cepatnya. Semoga ada efek jera untuk pelaku dan tidak terulang lagi ke depannya."Anna menyudahi pembicaraan telepon dengan Pak Idris. Dia puas bisa membuat Lisa membayar mahal perbuatannya. Lisa terlalu tinggi menilai dirinya hingga berani membuat huru-hara di tempatnya. Anna masih ingat bagaimana raut Arya saat tahu dia pemilik restoran terkenal itu."An, Anna! Aku mau bicara." Anna menoleh dan melihat Arya berlari mengejarnya. "Apa ada?"Arya meneguk liurnya mendengar suara ketus dan wajah dingin Anna. Susah payah dikumpulkan keberanian untuk bicara. "Aku minta maaf atas perbuatan Lisa. Aku harap kita selesaikan denga
"Mas, dengarkan penjelasanku dulu!" Lisa menahan lengan Arya, dia mencoba meluluhkan hati lelaki itu setelah Anna membuka kedoknya.Arya menepis tangan Anna kasar hingga wanita itu nyaris terjatuh. "Apa lagi yang mau kamu jelaskan?! Bukti sudah di depan mata masih juga kau berkilah!" Tatapan lekaki itu tajam seakan hendak melub4ngi tub-uh Lisa. Lisa mundur selangkah, nyalinya menciut melihat sorot Arya. Sejak kenal hingga menikah tak pernah lelaki itu terlihat semarah ini. "Bu, bukan. Aku awalnya bercanda dengan teman-teman. Mereka juga yang menghasutku untuk membuat kekacauan.""Dan kamu mau?!" Sudut bibir Arya membentuk senyum sinis. "Kamu bukan anak kecil yang bisa diatur teman-temanmu! Jangan kau pikir aku bod0h hingga tak bisa melihat dengan jelas apa yang kau lakukan di restoran itu."Lisa tidak terima disalahkan, dia menghadang langkah Arya yang hendak masuk ke kamar. "Ini semua karena Anna, kalau dia nggak ikut campur pasti manajer restoran itu tidak akan berani. Aku juga ti
Niat hati mengunjungi salah satu restoran peninggalan Bunda, aku malah mendengar laporan dari salah seorang karyawan yang mengatakan kalau di piring pengunjung terdapat cicak mati. Ini bukanlah kejadian pertama, trik murahan ini sudah ada sejak Bunda merintis usaha kuliner. Tidak hanya dari orang pemilik usaha yang sama, tapi juga dari food bloger yang memang sengaja dibayar untuk menjatuhkan usaha kami. Oleh karena itu, sejak bangunan restoran diperluas aku memerintahkan untuk memasang kamera pengawas di setiap sudut restoran. Dengan adanya CCTV itu kinerja karyawan ikut terpantau. Setelah melihat CCTV, aku tidak mengira Lisalah pengunjung yang dimaksud. Wanita itu benar-benar licik, dasar ular berbisa! Pantas saja Arya mudah tertipu olehnya. Lihat saja aktingnya sudah seperti aktris pemenang piala citra. Aku sengaja meminta Pak Idris memancing kesombongan Lisa, terbukti dia memecahkan tiga piring. Aku pastikan Lisa membayar mahal atas perbuatannya.Saat dia berusaha kabur, aku be