Hari ini sidang akan digelar. Arin berharap ini adalah sidang terakhir yang akan menentukan statusnya berpisah dengan Bayu. Arin sudah merasa lelah mengurus semuanya yang terasa lama baginya.Arin melihat Bayu yang baru datang dan dia membawa dua orang saksi sebagai penguat persidangan kali ini. Tapi wajah Bayu berubah pias ketika mendapati Pak RT dan beberapa warga Sawangan yang hadir di persidangan.Hari ini Bayu datang tepat waktu dan mereka tidak harus menunggu waktu lama untuk memulai sidang perceraian Arin dan Bayu.Sidang dibuka dan pembacaan pra acara sidang dimulai. Arin harap-harap cemas begitu juga kan Bayu. Pengacara dari masing-masing pihak saling beradu argumen dan saksi saling menguatkan dugaan masing-masing.Di detik-detik terakhir, saksi dari Arin ikut membantu mempermudah jalannya persidangan sehingga akhirnya Jaksa menentukan jika gugatan Arin diterima untuk berpisah dengan Bayu.Pembagian harta gono gini juga menjadi agenda wajib hari ini. Beruntung perumahan yang
Bayu meninggalkan tempat persidangan dengan emosi yang menggelora. Niat hati ingin kembali justru ia malah mendapatkan banyak kekalahan di sana membuat dia sangat malu dan harga dirinya terhina.Bayu memilih pergi ke suatu tempat yang bisa membuat otak nya sedikit refresh. Sebuah tempat karaoke dengan suguhan para wanita cantik yang bisa menghiburnya akan sedikit membuang rasa benci terhadap kekalahan ini.Di sana dan di malam ini ia akan menghabiskan waktu bersama para wanita dan minuman beralkohol. Iya tak peduli lagi dengan Susi yang berada di rumah dan menunggunya pulang, bahkan Bayu sudah tidak mengingat Agam lagi karena di otaknya sekarang adalah kebencian terhadap keputusan sidang tadi.Jam 2 dini hari, Bayu baru pulang ke rumah. Susi yang sudah tidur terbangun kala tahu mobil Bayu pulang dan ia segera menyambut dengan wajah kesalnya."Persidangan apa yang kamu lakukan hingga sampai pagi kamu baru pulang , Mas?" sentak Susi membuat Bayu bertambah marah karena ia sedang terpenga
Jam lima sore, suara salam dari luar rumah terdengar. Rombongan keluarga Pakde Supri datang. Terlihat Sekar dan juga Faisal juga turut ikut."Loh, Bang Fai ikut juga." Narsih menyambut Kedatangan para keluarga kakak iparnya." Iya Bulik, pas kebetulan lagi nengokin Papi sama Mami di Lomanis. Bulik apa kabar?" tanya Fai."Alhamdulillah, ayo masuk dulu. Kita ngobrol di dalam," ajak Narsih."Kalian mau minum apa? Kopi atau teh?" tanya Arin."Jus ada?" tanya Fai."Kebiasaan kamu, Fai, kalau bertamu suka minta yang aneh-aneh. Itu yang ditawarin teh sama kopi, kamu kok malah mintanya jus," protes Ratmi, istri Pakde Supri."Ya kali aja ada, Mam," ucap Faizal cengengesan."Udah selamatan nempati rumah, Nar?" tanya Ratmi."Sudah, Mbak. Pas baru bikin, ini rumah langsung ditempati para karyawan bosnya Arin. Sebelah sana, dijadikan gudang katanya," jawab Narsih."Gudang apa?" tanya Supri sambil menyesap serutunya. Arin kembali dari belakang membawa minuman dan beberapa cemilan."Monggo, Pakde,
"Mas, besok ke Bandungnya gimana? Aku sudah ajak Pakde buat ikut sambil ngejelasin perihal rumah Agam yang dijual." Arin mengirim pesan pada Kaisar dan berharap pemilik nomor akan segera membalasnya.Beberapa menit kemudian balasan Kaisar masuk."Coba nanti Mas diskusikan dengan Kenzi. Percetakan sedang ramai, Rin. Mas nggak bisa ninggalin lama.""Apa Arin kesana bareng sama Pakde dan Ibu saja?""Emang nggak apa, Mas nggak ikut?""Nggak apa, lagian lebih aman kayaknya kalau hanya sama Pakde dan Ibu. Jadi kita bisa menghindari fitnahan Umi nanti. Mas fokus kerja saja, doakan Arin bisa melewati ini semua.""Aamiin."Selepas mengabari Kaisar, Arin segera mengabari Pakde agar membawa mobilnya menuju Bandung nanti. Arin juga meminta Bang Faizal untuk ikut agar bergantian menyetir mobil jika Pakde Supri lelah."Rin, kamu nggak jadi ajak Agam?" tanya Narsih. "Nggak tahu, Bu. Arin bingung.""Coba kamu WA ke nomor Bayu. Siapa tahu dia ngizinin kamu pergi sama Agam.""Tapi kalau dia nggak izin
"Agam?!"Arin langsung berlari mendekati Agam yang tergeletak di lantai. Satpam dan juga yang lainnya ikut membantu membawa Agam ke kasur dan segera melaporkan kepada pihak yang berwajib.Tangis Arin pecah memeluk Agam yang menutup matanya."Dia masih hidup, kita bawa ke rumah sakit saja," ucap Faizal yang memeriksa nadi Agam.Faisal menggendong Agam masuk ke dalam mobil dan mereka semua ikut ke rumah sakit."Pak tolong cari Susi sekarang juga. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan pada anak saya," ucap Arin pada petugas keamanan kompleks."Baik bu semua akan kami urus. Semoga anak Ibu baik-baik saja," ucap salah satu satpam kompleks.Setelah menyerahkan permasalahan Susi kepada petugas keamanan Arin langsung bergegas pergi memberikan pertolongan kepada Agam.Arin berharap tidak ada sesuatu hal yang serius yang akan terjadi kepada anak tirinya ini. Arin beberapa kali mencoba memanggil nomor Bayu tetapi tidak juga tersambung, membuat Pakde Supri geram melihatnya."Bapak m
Umi dan Abah Agam telah sampai di rumah sakit. Mereka langsung bertanya kepada petugas Rumah Sakit ruangan tempat Agam dirawat. Saat ruangan Agam ditemukan, Umi langsung membuka pintu dan melihat Agam yang sedang disuapi oleh Arin."Assalamualaikum," salam Umi."Wa'alaikumsalam," jawab Arin dan Narsih. Umi berhambur ke pelukan Agam menciumi cucu kesayangannya." Alhamdulillah, kamu sudah mendingan Agam? Oma dan Opa khawatir," ucap, Umi sambil terus mencium dan mengusap kepala Agam."Oma kok tahu Agam di rumah sakit? Agam kangen banget sama oma," ucap Agam tersenyum."Sama Opa tidak, Gam?" kelakar Abah lalu ikut mencium Agam."Agam Kangen semuanya, kangen Bude, kangen pakde, kangen ama bulik juga. Tapi, Agam sudah tidak pernah ke Bandung. Ayah selalu sibuk dan mengatakan akan ke rumah opa dan Oma kalau nanti Pekerjaan ayah selesai." Wajah kecewa Agam membuat banyak pertanyaan dari kepala kedua orang tua almarhum ibunya Agam ini."Alhamdulillah, Umi dan Abah sudah sampai, perjalanan lan
"Kusut amat itu muka, kenapa?" tanya Ucup pada Bayu yang baru saja datang ke rumahnya. Bayu sengaja pergi tadi pagi meninggalkan Agam dengan Susi berdua di rumah. "Biasa bini muda berulah, pusing kepala gue pikirin si Susi. Mana dia kalau minta apa-apa ngancem bakal jual rumah itu," keluh Bayu pada Ucup."Gimana ceritanya bisa begitu? Bukannya bini lo itu si Arin kenapa sekarang jadi Susi?" tanya Ucup bingung."Gue sama Arin sudah pisah sekitar seminggu yang lalu dan yang jadi bini gue sekarang si Susi. Tapi ya itu dia beda sekali dengan Arin, dia lebih merepotkan dari yang aku pikirkan.""Kok?"Bayu tampak menghembuskan nafasnya berat, memikirkan beberapa hari ini Susi terlihat sangat menyebalkan dengan tingkahnya yang suka memerintah seenaknya. "Maka dari ini gue pusing. Lo tahu nggak caranya biar Arin bisa jatuh cinta sama gue lagi?" tanya Bayu pada sahabat lamanya ini. Ucup menggeser tubuh Bayu yang duduk di jok motornya."Mau tanya saran gue gimana?" ucap Ucup menyeringai. Ucup
"Buka!"Brak! Brak! Bayu menggedor pagar rumah milik Kaisar. Kenzi yang baru saja masuk ke rumah setelah pulang dari kafe, kaget."Rin! Agam!" Bayu terus berteriak memanggil nama Arin dan Agam membuat Kenzi langsung bergegas keluar untuk menemui Bayu."Kalau bertamu yang sopan! Lu siapa berani teriak-teriak di depan rumah gue?" tanya Kenzie geram."Suruh Arin keluar bawa anak gue! Enak aja dia main bawa-bawa anak orang, Dia pikir dia siapa? Cepat suruh Arin keluar atau aku akan memaksa masuk kedalam," gertak Bayu."Arin? Sepertinya lu salah alamat, Arin sudah tidak tinggal di sini lagi," ucap Kenzi."Jangan berdusta didepanku, cepat katakan pada Arin suruh bawa Agam ke sini!" Bayu masih saja tidak percaya jika Arin tidak berada di rumah ini, membuat Kenzi bertambah kesal dan membuka pagar untuk mengajak duel dengan Bayu."Heh, kamu laki-laki hidung belang! Sudah tidak usah menutup-nutupi keberadaan Arin, Rumah Sakit mengatakan kalau Agam dibawa oleh Alin pulang dan kalian jangan c