Share

Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik
Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik
Author: Rianoir

Bab 1 - Prolog

Dalam keheningan kamar kost yang sempit dan berantakan, suara wanita paruh baya yang kasar dari sisi lain telepon terdengar seperti guntur. "Saya tidak mau tahu! Pokoknya, jika kamu tidak segera menyelesaikan pembayaran sewa dalam waktu satu minggu, maka kamu harus angkat kaki dari bangunan saya!" ucap wanita itu dengan nada yang tajam dan dingin.

Ian, sosok pria tampan berusia 25 tahun itu, dengan rambut hitamnya yang dipiyak ke kanan, tampak seperti patung. Ia berdiri di tengah kamar kostnya yang berantakan, dengan telepon di tangan dan ekspresi kosong di wajahnya. Ia tampak terpaku, seolah-olah dirinya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Ian menutup sambungan telepon dengan perlahan, seolah-olah berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Wajahnya tampak kosong, seolah-olah dia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. 

Kedai makanan kekinian yang dibukanya dengan penuh semangat dan harapan, kini terancam tutup permanen. Ini adalah kedai yang dibuka dengan jerih payahnya, menggunakan uang tabungan hasil bekerja paruh waktu di beberapa tempat sekaligus selama masa kuliah.  

Di saat teman-teman Ian bekerja di perusahaan besar, Ian malah membuka kedainya sendiri. Banyak teman-teman Ian yang berusaha memberi saran agar Ian mengurungkan niatnya. Apalagi, dengan nilai tinggi dan wajah “good looking” yang dimilikinya, ia pasti dapat dengan mudah bekerja di perusahaan besar. Namun, Ian tetap bersikeras untuk membuka kedainya sendiri.

"Aku tidak akan menyerah!" ucap Ian dengan tekad kuat, sambil menggertakkan giginya dan menggenggam tangannya erat-erat. "Aku harus mencari cara lain untuk mendapatkan 10 juta rupiah dalam waktu satu minggu!"

Ian kemudian mencoba menghubungi beberapa teman kuliahnya untuk meminjam uang. Namun, semua upayanya berakhir dengan penolakan.

"Maaf Ian, aku sudah memiliki keluarga. Jadi aku tidak bisa meminjamkanmu uang," kata salah satu temannya.

"Sudah kukatakan sebelumnya, lebih baik cari pekerjaan saja. Membuka kedai bukanlah pilihan yang baik. Jadi maaf, jangan menghubungiku lagi!" ujar teman lainnya.

"Maaf Ian, aku memiliki banyak cicilan, jadi aku tidak bisa membantu," tambah teman yang lain.

Dan masih ada banyak alasan lainnya. Bahkan ada beberapa teman yang langsung mematikan teleponnya saat Ian menyampaikan keinginannya untuk meminjam uang.

Kini, Ian hanya bisa duduk termenung di tempat tidurnya. Ia terus berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang 10 juta rupiah dalam satu minggu. Tiba-tiba, terbesit bayangan seorang wanita cantik berambut panjang dalam benaknya.

“Jika itu Lisa, mungkin …” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ian langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak! Aku tidak boleh merepotkannya. Dia telah banyak membantuku.”

Dreeet!

Ponsel Ian mendadak bergetar. Saat ia melihat penelponnya, terpampang nama “Ibu” pada layar ponselnya. Tanpa pikir panjang, Ian langsung mengangkatnya.

“Halo, Ibu … bagaimana kabar Ibu?”

Ian dan Ibunya, Retno berbincang dengan sangat harmonis. Dalam perbincangan iru, Retno terdengar sangat merindukan putranya itu. Saat ini, Retno tinggal di kota Nganjuk, sedangkan Ian berada di kota Surabaya sejak berkuliah hingga sekarang. Hampir tujuh tahun, Ian sama sekali belum pulang ke kampungnya

Ian adalah anak yang mandiri. Ia berkuliah jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Sura & Baya hanya dengan mengandalkan beasiswa. Dengan kecerdasannya, Ian berhasil mendapat beasiswa penuh sampai lulus.

“Nak, kamu sudah melajang selama 25 tahun. Kapan kamu akan membawakanku menantu?” ucap Retno dari sisi lain telepon.

“Maaf Bu, sekarang aku masih berkonsentrasi pada bisnis kedaiku. Lagipula, belum ada wanita yang menyukaiku.”

“Baik, anakku yang tampan. Ibu senantiasa mendoakan kesuksesanmu, baik dalam bisnis maupun percintaan. Ibu tidak sabar menggendong cucu yang gemuk,” tawa Retno. “Semua baik-baik saja kan di Surabaya?”

Mendengar pertanyaan Retno, hati Ian terasa sakit. Namun, Ian memilih untuk menyembunyikan kesulitannya. “Aku baik-baik saja kok Bu.”

“Jika kamu butuh apa-apa seperti uang, segera hubungi Ibu. Aku bisa meminta Ayahmu untuk mentransfer sedikit uang ke rekeningmu.”

“Terima kasih Bu,” ucap Ian dengan lembut. Ia merasa hangat dengan niat baik ibunya. Tapi, kondisi keluarga Ian yang tergolong kurang mampu, membuatnya tidak ingin membebani keluarganya.

Setelah berbincang sejenak, Ian menutup sambungan teleponnya. Ia kembali merenung dan bergumam, “Haruskah aku melakukan pinjaman online? Tapi dari yang aku dengar, bunga yang mereka tawarkan sangat besar.”

Saat Ian tengah larut dalam pikiran, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya. Dengan dahi yang berkerut, ia bertanya-tanya, "Siapa itu? Apakah itu Ibu Kos?"

Namun, ketika Ian membuka pintu, tak ada seorangpun di sana. Ia memandang ke kanan dan ke kiri, namun tak ada bayangan orang sama sekali. Mengingat hari ini adalah Sabtu dan kost ini kebanyakan dihuni oleh mahasiswa, suasana kost-kostan terasa sangat sepi. Kebanyakan penghuni telah pulang kampung, meninggalkan kost ini dalam kesunyian.

"Siapa sih yang main ketuk-ketuk pintu?" gumam Ian sambil melangkah keluar dari kamarnya. Namun, sebelum sempat benar-benar keluar, kakinya menabrak sesuatu. Ternyata, itu adalah sebuah kotak besi berwarna putih.

"Apa ini ya?" Ian bertanya-tanya. Dengan rasa penasaran, ia berjongkok dan membawa kotak putih misterius itu ke dalam kamarnya.

Ian merasa penasaran dengan kotak putih misterius tersebut. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Ian membuka kotak tersebut. Di dalam kotak, Ian menemukan secarik kertas dengan gambar tongkat yang dililit dua ular, mirip dengan lambang yang biasa digunakan di bidang farmasi. Selain kertas tersebut, ada juga sebuah botol kaca yang berisi pil berwarna putih.

Ian tidak bisa menahan rasa penasaran dan mengambil kertas tersebut. Ia membaca tulisan yang tercetak di sana, yang berbunyi, "Selamat! Anda Terpilih dalam menggunakan produk kami! Minumlah jika kamu ingin memiliki kemampuan untuk keluar dari masalahmu."

“Kemampuan untuk keluar dari masalah? Apa maksudnya?” gumam Ian penuh kebingungan. “Ini benar-benar mencurigakan!”

Ian kemudian tanpa sengaja kembali memandangi gambar di balik kertas tebal di tangannya. Entah mengapa, saat memandanginya, timbul rasa penasaran yang kuat. Bahkan dalam pikirannya, ia merasa bahwa dirinya harus meminum pil yang ada di dalam botol kaca itu.

Di luar kesadarannya, Ian meraih botol kaca yang ada di dalam kotak besi putih itu. Ia membukanya, dan langsung meminumnya tanpa ada keraguan. Namun, seketika itu juga, dunia seolah-olah berubah menjadi neraka bagi Ian. Rasa sakit yang tak terbayangkan menerpa kepalanya dengan kekuatan yang tak terkatakan.

“Arghhh—!” Ian merasa seolah tengkoraknya terbelah, sambil memegangi kepalanya yang seakan-akan akan meledak. Wajahnya memerah seperti bara api, dan garis-garis berdenyut yang membelah dahinya tampak semakin tajam, menandakan betapa menderita yang ia rasakan. Setiap denyutan terasa seperti tusukan pedang yang menusuk ke dalam otaknya, menciptakan sensasi yang tak terlukiskan. Di saat yang sama, dalam benak Ian muncul suara menyerupai robot.

[Ding!]

[Host telah terkonfirmasi]

[Melakukan instalasi dan pengikatan pada Host]

[10%]

[20%]

[35%]

[93%]

[100%]

[Selamat Host, Anda telah berhasil mengaktifkan Sistem Kaya Tujuh Turunan! Silahkan segera Check-In hari ini]

Comments (2)
goodnovel comment avatar
jazzstudio15
jiahahahaha
goodnovel comment avatar
Yuzia Marsya Kh.
hahaha mau dong pil.nya ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status