Share

Bab 4. Sudah Merelakan

Aвтор: Princess Angel
last update Последнее обновление: 2024-01-23 19:54:38

Bukankah dulu Wei jatuh cinta kepadanya?

‘Mengapa sekarang sikapnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia pernah jatuh cinta padaku?’ batin Rina bingung.

Jika dia tahu Wei akan seperti ini, Rina pasti akan berpikir dua kali ketika menolak cinta Wei.

Dulu Rina pikir Wei akan semakin penasaran jika ditolak oleh seorang wanita.

Bukankah di novel-novel roman diceritakan kalau para pria kaya itu sangat menghargai wanita yang sulit untuk didapatkan?

Setelah keluar dari butik, Rina dan Wei mampir ke salon terlebih dahulu sebelum datang ke restoran mewah tempat acara pertemuan dilangsungkan.

Sepasang suami istri berkebangsaan China sudah menunggu dan tersenyum ketika Wei dan Rina datang menghampiri mereka.

“Maaf menunggu lama,” kata Wei sopan.

“Tidak apa, silakan duduk,” kata si pria sambil tersenyum ramah.

“Oh iya, kenalkan ini sekretarisku, namanya Rina ... Rina, ini Daniel dan itu istrinya Stacy,” kata Wei setelah duduk di kursinya.

“Selamat malam, Tuan, Nyonya,” sapa Rina sambil tersenyum lembut.

“Kamu cantik sekali, kalian benar-benar cocok duduk berdampingan seperti ini,” kata Stacy memuji sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Rina.

“Terimakasih, Nyonya,” kata Rina dengan wajah memerah dan tersipu malu.

“Aku sudah menikah,” kata Wei tiba-tiba mengejutkan semua orang yang ada di meja tersebut.

“Oh, maafkan aku ...,” kata Stacy merasa bersalah. “Lalu di mana istrimu? Mengapa kamu tidak mengajaknya ke sini?” tanya Stacy ingin tahu.

“Aku datang ke sini langsung dari kantor.”

“Mengapa kamu tidak menjemputnya?” tanya Daniel penasaran.

“Tidak sempat,” sahut Wei singkat.

“Ah ... sayang sekali, padahal aku ingin berkenalan dengan Nyonya Wei,” kata Stacy sambil menghela napas panjang.

“Lain kali aku akan mengundang kalian ke rumah dan bertemu dengannya,” kata Wei santai.

Percakapan di meja makan berputar hanya tentang Ara -istri Wei- yang tampak sedikit eksklusif bagi pasangan Daniel dan Stacy.

Sebab, Wei sama sekali tidak pernah membawa Ara ke acara pesta dan pertemuan di mana para pengusaha biasa membawa serta istri mereka.

Rina hanya tersenyum canggung mendengarkan percakapan mereka.

Ketika Wei dan Daniel berbicara soal urusan bisnis, barulah Rina bisa menarik napas lega.

Stacy mengajak Rina duduk di meja lain ketika Wei dan Daniel mulai serius membicarakan soal bisnis mereka.

“Apakah kamu sudah lama bekerja dengannya?” tanya Stacy sambil menyesap minumannya.

“Aku sudah bekerja dengannya sejak aku lulus kuliah,” jawab Rina apa adanya.

“Langsung menjadi sekretaris seperti ini?”

“Ya.”

“Sangat hebat, dia pasti sangat menghargaimu ... biasanya seorang pengusaha hanya akan menerima sekretaris yang sudah memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi.”

“Mungkin aku hanya sedang beruntung,” kata Rina sambil tersenyum dan menyesap minumannya.

“Tidak, aku rasa itu bukan sebuah keberuntungan. Ada berapa banyak teman kuliah kalian yang bekerja di perusahaan yang sama?”

“Seingatku tidak ada ....”

“Jadi hanya kamu yang bekerja di perusahaannya?”

“Ya.”

“Kamu harus berhati-hati, jangan mau dijadikan selingkuhan olehnya, jangan rendahkan dirimu sendiri ... kamu sangat cantik, kamu berhak untuk mendapatkan pria yang baik. Bukan hanya menjadi simpanan seperti kebanyakan wanita bodoh itu.”

Rina tercengang dan tidak dapat berkata-kata ketika mendengar apa yang Stacy ucapkan.

Dia mulai meragukan kelihaiannya sendiri dalam menyembunyikan perasaannya.

Apakah perasaan cintanya kepada Wei terlihat begitu jelas?

“Terima kasih atas nasihatnya, Nyonya,” kata Rina canggung.

“Jangan tersinggung, aku melakukan ini untuk kebaikanmu. Aku merasa sangat disayangkan sekali jika gadis secantik kamu hanya dijadikan simpanan pria beristri sepertinya,” kata Stacy sambil memegang tangan Rina dengan tatapan meminta maaf.

Rina hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa untuk merespon perkataan Stacy kepadanya.

Namun, diam-diam Rina merasa geram dan bertanya-tanya

Apakah wanita di hadapannya ini kurang kerjaan?

Bisa-bisanya dia menusukkan hidungnya pada urusan orang lain tanpa diminta.

Keesokan harinya ....

Ara hanya menatap kosong foto Wei bersama sekretarisnya yang kembali beredar di media sosial.

Mungkin karena semalam dia sudah terlalu banyak menangis, maka saat ini tidak ada lagi air mata yang keluar dari matanya.

Hanya hatinya saja yang terasa kosong hingga dia tidak lagi bisa merasakan apa yang sebenarnya saat ini dia rasakan ketika melihat foto Wei yang begitu dekat dengan sekretarisnya.

“Aku tidak akan membohongi diriku lagi, jika itu hanya pertemuan bisnis, mengapa rekan bisnisnya bisa membawa istri sementara Wei malah memilih membawa sekretarisnya ... apa juga maksudnya mendandani sekretarisnya seperti ini?” gumam Ara sambil tersenyum pahit.

Setelah lama berpikir akhirnya Ara memutuskan untuk menulis dan menandatangani surat cerainya.

Ara ingin membebaskan Wei dari pernikahan yang tidak disukainya ini.

Ara juga tidak lupa untuk membersihkan semua hal-hal yang berkaitan dengan dirinya di rumah ini termasuk foto-fotonya, dengan harapan Wei bisa lebih nyaman ketika berada di rumah ini hingga dia tidak perlu lagi tinggal dan tidur di kantornya.

'Apakah foto pernikahan itu juga harus aku singkirkan?’ batin Ara bertanya kepada dirinya sendiri saat menatap foto besar dirinya dan Wei dalam pakaian pengantin yang saat ini tergantung di dinding kamar.

Hatinya merasa sayang dan tidak rela tapi tidak ada yang bisa dilakukannya untuk mempertahankan foto tersebut.

Ara tidak mau Wei terus menolak pulang ke rumahnya sendiri hanya karena barang-barang yang berkaitan dengan dirinya masih tertinggal di rumahnya.

“Nyonya, semua sudah dibersihkan,” kata kepala pelayan dengan hormat.

Dia sebenarnya tidak mengerti mengapa nyonyanya menyuruh untuk membersihkan semua hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri.

Melihat koper yang terlihat penuh di tangan sang nyonya dan pakaian yang kosong di lemarinya, kepala pelayan jadi mulai bertanya-tanya di dalam hati tanpa berani mengungkapkannya secara langsung.

Apa sebenarnya yang ingin nyonyanya lakukan? Kemana semua pakaian itu akan dibawa?

Mengapa nyonyanya juga meminta untuk membereskan semua surat-surat dan paspor miliknya?

“Terima kasih,” kata Ara penuh penghargaan.

Jika tanpa bantuan kepala pelayan, mungkin semuanya tidak akan secepat ini bisa dia bereskan.

“Tidak ... sudah menjadi tugasku untuk membantu Nyonya,” kata kepala pelayan sopan.

“Ke depannya kamu tidak perlu membantuku lagi,” kata Ara sambil tersenyum kecut.

“Apa maksud Nyonya?” tanya kepala pelayan bingung.

Apakah nyonya akan memecat dirinya?

“Aku akan pergi jauh ... tolong jaga suamiku baik-baik, jangan sampai dia lupa makan ketika sedang sibuk bekerja.”

“Baik, Nyonya, tapi ... kemana Nyonya akan pergi?” tanya kepala pelayan heran.

“Aku ingin jalan-jalan.”

“Oh ....”

Kepala pelayan paham, mungkin nyonyanya memang memerlukan waktu untuk bersantai dan berlibur sejenak, melupakan semua kesedihan yang telah dihadapinya selama ini.

Ara tahu kepala pelayan salah mengerti akan maksud kepergiannya, tapi dia tidak peduli.

Semalam dia telah memesan tiket untuk penerbangan ke Prancis dan tadi pagi dia juga telah memesan taksi secara online untuk mengantarnya ke bandara.

Dia meletakkan surat cerai yang telah ditandatanganinya di atas meja kerja suaminya. Ada juga cincin kawin yang selama ini dia kenakan di atasnya.

Ara hanya ingin Wei tahu kalau dirinya sudah benar-benar rela untuk melepasnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status