Share

Kebangkitan Klan Phoenix
Kebangkitan Klan Phoenix
Penulis: Jimmy Chuu

Di Pintu Portal.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:04:54

Pohon prem bergoyang lembut, aroma bunganya yang manis memenuhi udara. Awal musim semi membawa keindahan yang memikat siapa saja yang melangkah ke sini.

Tahun ini adalah 575 dalam kalender Kekaisaran Hersen. Di tengah ketenangan, sebuah portal sihir muncul, memancarkan cahaya biru keperakan. Dari dalamnya, tiga sosok muncul: seorang pemuda manusia, seekor Kyuubi berekor sembilan, dan seekor Pegasus yang memancarkan aura agung.

Namun....

"Berhenti!" Suara tegas memecah keheningan Hutan. "Jangan bergerak, serahkan diri sekarang juga!"

Sekelompok prajurit Kekaisaran dengan baju zirah muncul dari balik pepohonan, lanngsun mengepung. Gerakan tentara itu serempak, jumlahnya lima ratus orang.

"Tentara Suci Qinchang?" gumam pemuda bernama Kiran itu bingung.

Kiran memandang sekeliling dengan heran. "Kenapa kalian, pasukan elit Kekaisaran, mengepungku? Apa salahku?" tanyanya tenang.

"Aku juga bagian dari Tentara Suci. Aku sedang menjalankan tugas rahasia!" Kiran mengangkat sebuah token emas. Token ini adalah simbol kehormatan tertinggi, bukti statusnya yang tinggi di Tentara Suci.

Pemimpin pasukan itu, seorang pria besar dengan helm berbentuk naga, berhenti sejenak, menatap token itu.

Namun, wajahnya mengeras.

"Ini bukan urusanku. Tugas kami menangkap Anda dan membawa Anda ke hadapan Kaisar. Di sana Anda akan mengetahui kesalahan Anda," jawabnya dingin.

Kiran tersenyum tipis, lalu tertawa. "Menangkapku dengan lima ratus orang ini? Kalian terlalu percaya diri. Aku ragu kalian bisa melakukannya," katanya.

Gadis kecil bernama Roneko maju. Meskipun kecil, sembilan ekor Kyuubi di belakangnya menegaskan identitasnya sebagai makhluk mistis legendaris. Matanya memancarkan aura api. Roneko adalah ahli chakra api. Kali ini dia siap memuntahkan api tekutuk, menghabisi lima ratu tentara.

Keheningan langsung menyelimuti area, ketegangan memenuhi udara.

Pemimpin Tentara Suci, Khanze, melangkah maju, ia memberi kode dengan jarinya. Seketika, seratus Tentara Suci bergerak serentak, mengepung Kiran dengan pedang dan tombak terhunus.

"Baiklah," ujar Kiran menantang. "Jika kalian ingin melihat kemampuan seorang penyihir, aku akan menunjukkannya."

Sebagai penyihir tingkat tinggi, Kiran hanya perlu menggumamkan kata kunci sederhana untuk menghabisi seseorang.

BAM!

Sebuah pedang api muncul di tangannya, menyala-nyala dengan kilauan merah kekuningan yang ganas.

"Berani melawan ini?" ejeknya, pandangannya penuh provokasi.

"Sombong!" cecar Khanze dengan kemarahan. Ia menunjuk Kiran dengan pedangnya, memberi perintah tanpa suara.

Seratus Tentara Suci bergerak serentak. Pedang berukir rumit di tangan mereka berkilau dalam serangan yang terkoordinasi.

"Menyerah!" desis mereka dari balik helm.

Namun, Kiran hanya melambaikan pedang apinya dengan santai.

WHOOSH!

Api berkobar menghantam seratus prajurit itu. Kobaran api mengaum seperti harimau yang dilepaskan.

PANG!

Sebuah ledakan terdengar, diikuti suara logam remuk.

Baju zirah sepuluh prajurit melengkung dan koyak. Tubuh mereka terlempar seperti layang putus. Tak lama batuk-batuk, dan memuntahkan darah.

Melihat ini, Kiran memandang Khanze dengan senyum dingin.

Keheningan melanda. Kiran bahkan belum mengeluarkan sihir apinya sepenuhnya, tetapi efeknya sudah sedemikian brutal.

Khanze, yang awalnya penuh percaya diri, kini ragu. Matanya mengamati Kiran dengan waspada, tetapi ia tidak bergerak.

Kabar burung diantara Tentara Suci berkata, Kiran adalah Knight sekaligus penyihir. Ini sosok yang mengerikan diantara dua job petarung.

Kebisuan melanda arena.

Khanze menggenggam pedangnya lebih erat, berusaha mencari sisa keberaniannya. Namun, sebelum ia sempat mengambil keputusan, suara lantang dari langit terdengar memecah kesunyian.

"Kiran! Menyerahlah!" Suara pria itu menggema. "Kau tahu tindakanmu tak bisa dimaafkan. Tapi jika kau menyerah sekarang, aku mungkin bisa membantumu di hadapan Kaisar."

Dari langit, seorang pria tampan muncul, mengenakan zirah perang yang memantulkan cahaya. Ia berdiri di atas pedang raksasa yang melayang, melawan gravitasi dengan mudah.

Prajurit yang mengepung Kiran terdiam, terkesima melihat aksi luar biasa itu.

Wajah Kiran tetap datar, tetapi sorot matanya tajam. Ia tidak menjawab, hanya memandangi pria itu dengan ekspresi rumit.

>>> 

“Master Cho!” seru Kiran, terkejut, saat melihat sosok yang melayang di udara.

Sosok itu berdiri di atas pedangnya yang memancarkan cahaya sihir, tampak gagah dan menakutkan.

Dalam sekejap, Master Cho meluncur turun dengan anggun, mendarat di tanah dengan kedua kaki tegak.

Ia menjaga jarak dari Kiran, aura dominannya membuat para tentara di sekitarnya mundur beberapa langkah.

Master Cho adalah guru pribadi Kiran di Akademi Sihir Golden Arrow. Ia mengenakan zirah perak berukiran sihir kuno dan membawa tombak panjang bercahaya magis. Auranya memancarkan seorang ahli sihir level lima.

Kiran segera membungkuk hormat. Rasa segan dan kagum bercampur di wajahnya.

Di dekatnya, Roneko, Kyuubi berekor sembilan, dan Diolos, pegasus bersayap emas, bersiap siaga, tubuh mereka tegang. Kehadiran Master Cho terasa memberatkan udara. Mereka mulai membaca mantar siap bertarung.

“Hentikan...” desis Kiran, memberi isyarat. “Dia guruku.”

Roneko dan Diolos menurunkan sikap siaga, meski tatapan mereka tetap tajam.

“Master Cho,” kata Kiran, suaranya hormat meski nada waspada terdengar. “Anda datang mewakili Kekaisaran Qingchang, bukan? Tolong jelaskan kesalahan saya agar saya yakin kekaisaran tidak salah tangkap!”

Master Cho tidak langsung menjawab, memindai Kiran dari atas hingga bawah.

Hatinya bergetar saat menyadari keahlian tempur sihir Kiran telah menyamai dirinya. Aura pesona level lima Kiran begitu kuat, seperti badai terkurung di dalam tubuhnya.

“Kiran...” akhirnya Master Cho berbicara, suaranya rendah. “Aku mewakili kekaisaran untuk memintamu pulang. Kamu dituduh sebagai mata-mata Klan Phoenix Merah.”

Kiran mengangkat alis, menunggu gurunya melanjutkan.

“Berita tentang transformasimu di Hutan Ternola telah menyebar. Mereka mengatakan kamu menggunakan sihir Phoenix di Realm Wonderland.”

Master Cho mencondongkan tubuh, suaranya berubah menjadi bisikan. “Berita ini mengguncang Kekaisaran Qingchang. Sebaiknya kamu ikut denganku dan menjelaskan semuanya di hadapan Kaisar.”

Nada tekanan Master Cho membuat Kiran sulit membantah. Sementara Roneko dan Diolos tampak gelisah, tidak rela Kiran pergi sebagai tawanan perang.

Tiba-tiba, Roneko membuka mulut lebar. Suara menggelegar terdengar dari tenggorokannya.

ROAR!

Uap panas memenuhi atmosfer. Api besar menyambar ke arah Master Cho.

“Tahan, Roneko! Jangan gegabah!” teriak Kiran, ekspresinya ngeri. Namun, seruannya terlambat.

Lidah api menghantam Master Cho.

DUAR!

Ledakan mengguncang tanah. Green Dragon Crescent Blade, senjata legendaris Master Cho, berputar di udara, menciptakan layar pelindung magis yang memantulkan api ke segala arah.

Roneko terhuyung mundur, kekuatan sihirnya terhisap oleh pukulan balik. Namun, Master Cho berdiri tegak, matanya tajam memandang makhluk legendaris itu.

Para Tentara Suci yang dipimpin Khanze bergegas maju, suara gemerincing senjata menambah ketegangan. Khanze, wajah merah karena amarah, maju paling depan.

“Mahluk terkutuk!” teriak Khanze. “Berani melawan titah Kaisar! Kau sudah bosan hidup?”

Dengan keberanian ambisius, Khanze mengangkat katana dan mengayunkannya ke arah Roneko, berharap serangan itu mengubah keadaan.

Namun, angin kencang melanda.

WUSH!

Diolos mengepakkan sayap, menciptakan ratusan belati angin yang meluncur tajam ke arah Khanze dan para prajuritnya.

Belati itu berkilauan dalam cahaya sihir, mengincar titik vital.

Sebelum belati itu mencapai sasaran, Green Dragon Crescent Blade bergerak lagi. Master Cho menciptakan layar pelindung sihir di depan para prajurit.

TRANG!

Suara hantaman logam dan sihir menggema. Semua belati terpatahkan, berubah menjadi debu berkilauan yang menghilang.

Khanze dan prajuritnya terhindar dari kematian.

“Sungguh berbahaya!” desis Khanze, mengusap keringat dingin.

Matanya melirik Kiran, yang berdiri siap perang di tengah medan. “Anak muda ini benar-benar berbahaya. Dia membawa dua makhluk aneh yang kekuatannya mengerikan!”

Khanze menggenggam katana lebih erat, sementara para prajurit menunggu perintah, ketakutan bercampur rasa ingin bertahan hidup.

Di depan mereka, Kiran siap bertempur, sorot matanya tajam.

Master Cho terlihat murka. Dengan suara berat, ia menegur muridnya.

“Kiran, murid Akademi Golden Arrow! Apakah kau merasa cukup kuat untuk melawan perintah gurumu? Sudahkah kau melupakan hubungan antara Master dan murid?” Kata-kata ini menusuk hati Kiran, membuat keberaniannya runtuh.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
NACL
lanjutkan tor
goodnovel comment avatar
Jimmy Chuu
itu untuk mempercepat cerita
goodnovel comment avatar
Christyvera liem
kiran sudah pesona level Lima? kok bisa? kan sebelumnya masih level 3, kapan naik level pesonanya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pengorbanan Terakhir.

    Kiran meraung, suara yang tidak lagi manusiawi. Suara yang penuh kesakitan, kemarahan, dan kesedihan yang tak terbendung.Api keemasan meledak dari tubuhnya, menyapu ruangan dalam gelombang panas yang membakar segala sesuatu yang disentuhnya.Para Knight Qingchang terpental ke belakang, beberapa dengan jubah yang terbakar, jeritan kesakitan memenuhi udara.Eadric Windmere berlindung di balik perisai sihir, wajahnya yang tadi penuh kemenangan kini dipenuhi ketakutan. "Kendalikan dia!" teriaknya pada para penyihir. "Sekarang!"Siken dan Eve Whitehouse bergerak serentak, es dan api putih melesat ke arah Kiran yang kini berlutut di antara tubuh kedua orang tuanya, kepalanya tertunduk dalam kesedihan yang tak terucapkan.Namun, sebelum serangan mereka mencapai sasaran, sosok besar menerobos masuk, menghalangi jalan mereka. Roneko, dalam wujud sempurnanya, berdiri protektif di depan Kiran.Kesembilan ekornya terangkat tinggi, api keemasan berkobar semakin terang hingga menyilaukan mata, men

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Harga Sebuah Kesepakatan.

    Kiran mengangguk pelan, gerakan yang penuh kekalahan. Perlahan, ia menurunkan Crimson Dawn. Pedang itu menghantam lantai marmer dengan dentang keras, suara yang seolah menandai berakhirnya harapan.Api keemasan yang tadi berkedip lemah kini padam sepenuhnya, meninggalkan bilah logam yang dingin dan tak bernyawa."Aku milikmu," kata Kiran, mengangkat kedua tangannya dalam gestur menyerah."Kiran, tidak!" teriak Pigenor, berusaha bergerak maju tapi ditahan oleh dinding es Siken yang muncul di hadapannya. Es itu berkilau kebiruan, hampir transparan namun sekeras baja."Ini keputusanku," kata Kiran tegas, matanya menatap satu per satu teman-temannya, menyimpan wajah mereka dalam ingatannya. "Aku tidak akan membiarkan siapapun mati untukku lagi."Eadric tersenyum puas, senyum kemenangan yang membuat wajahnya tampak lebih kejam. "Bijaksana," katanya, perlahan menurunkan pedangnya dari leher Kora. Wanita itu terhuyung lemah, tangannya menyentuh luka di lehernya."Kau boleh berbicara dengan i

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Sebuah Keputusan.

    Debu mengambang lambat di udara Shab-e-Hazar Khayal, berkilau keemasan tertimpa cahaya api yang masih menjilat sisa-sisa furnitur mewah.Suara-suara pertempuran yang tadi memenuhi ruangan kini lenyap, digantikan keheningan mencekam yang hanya sesekali dipecahkan oleh derak kayu terbakar dan rintihan pelan dari mereka yang terluka.Asap mengepul dari berbagai sudut, menciptakan kabut tipis yang memberi kesan mistis pada pemandangan kehancuran.Di tengah reruntuhan yang dulunya adalah restoran termewah di Zahranar, waktu seolah berhenti. Semua mata tertuju pada drama yang tengah berlangsung di pusat ruangan.Kora Wang berlutut di lantai marmer yang retak, rambut hitamnya yang kini dipenuhi uban terurai berantakan di sekitar wajahnya yang lebam.Matanya, meski diselimuti ketakutan, memancarkan ketegaran yang hanya dimiliki seorang ibu. Darah mengalir tipis di lehernya, tempat ujung pedang Eadric Windmere menekan kulitnya.Di sampingnya, Arhun Wang duduk di benda sederhana, kalau bisa dik

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dua Sandera.

    Roneko menggigit leher Mandrasath dengan gerakan cepat, taringnya yang setajam belati menembus sisik hitam naga itu yang konon sekeras baja.Mandrasath meraung kesakitan, suaranya menggetarkan jendela-jendela di seluruh kota, tapi dengan cepat membalas dengan pukulan ekor berduri yang menghantam sisi tubuh Roneko dengan kekuatan yang mampu menghancurkan tembok benteng.Kedua makhluk raksasa itu terpisah oleh momentum serangan, melayang berhadapan di udara seperti dua dewa perang kuno. Roneko melepaskan semburan api keemasan dari mulutnya, api yang begitu terang hingga bayangan-bayangan di bawah menghilang untuk sesaat.Mandrasath membalas dengan hembusan es biru yang membekukan awan-awan di sekitarnya. Kedua serangan bertemu di tengah udara kosong, menciptakan pilar energi yang menjulang tinggi ke langit seperti mercusuar supernatural, terlihat dari seluruh penjuru kota hingga ke pelosok terjauh.Langit Zahranar kini dipenuhi cahaya spektakuler, api keemasan Roneko dan es biru Mandras

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertarungan Para Penyihir.

    "Kau masih belum menguasai kekuatan penuhmu, Phoenix," kata Siken, suaranya tetap tenang meski situasi kacau di sekitar mereka, seolah mereka sedang bercakap di taman yang damai."Kau tidak akan bisa mengalahkanku.""Mungkin," Kiran mengakui, matanya waspada mengamati setiap gerakan lawan. "Tapi aku akan mencoba."Kiran melesat maju dengan gerakan yang telah ia latih selama berbulan-bulan, Crimson Dawn terayun dalam sabetan horizontal yang meninggalkan jejak api di udara seperti goresan kuas seorang pelukis.Siken menghindar dengan gerakan mulus yang hampir tak terlihat mata, tubuhnya seolah mengalir seperti air yang tidak bisa ditangkap. Ia membalas dengan tendangan berselimut es ke arah rusuk Kiran, gerakan yang begitu cepat hingga hampir tak terlihat.Kiran menangkis dengan lengan kirinya, meringis saat es menggigit kulitnya seperti ribuan jarum kecil. Ia memutar tubuhnya, mengayunkan pedang dalam serangan beruntun yang semakin cepat, setiap gerakan mengalir ke gerakan berikutnya s

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ketika Langit Ibukota Terbakar.

    Auman Roneko menggetarkan seluruh Zahranar, gelombang suara purba yang merambat melalui batu dan kayu, begitu dahsyat hingga kaca-kaca jendela Shab-e-Hazar Khayal bergetar dan retak dalam pola-pola seperti jaring laba-laba.Para tamu yang masih berusaha melarikan diri terhenti di tengah langkah, wajah mereka pucat pasi mendengar suara yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya—suara yang membangkitkan ketakutan primordial dalam darah mereka."Apa itu?" bisik salah seorang prajurit Zolia, busurnya gemetaran di tangannya yang basah oleh keringat dingin. Matanya menatap langit malam dengan ketakutan yang tak tersembunyi.Jawabannya datang dalam bentuk ledakan dahsyat saat atap restoran mewah itu hancur dalam sekejap.Serpihan kayu dan kaca berterbangan ke segala arah bagai hujan mematikan saat sosok raksasa berwarna merah keemasan menerobos masuk dari langit.Roneko, dalam wujud sempurnanya yang jarang terlihat, berdiri di tengah kehancuran dengan sembilan ekor berapi yang menjulang ting

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status