หน้าหลัก / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Kebangkitan Sang Priest – Part II.

แชร์

Kebangkitan Sang Priest – Part II.

ผู้เขียน: Jimmy Chuu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-02 19:56:43

Ancaman di depan mata semakin nyata.

"Kita berpencar. Buat mereka bingung!" teriak yang lainnya, berusaha menyusun rencana untuk menyelamatkan diri dari bencana yang mengancam.

Ketika ketiga perapal mantra ini mencoba melarikan diri, tiba-tiba Kiran sudah berdiri di hadapan salah satu perapal mantra. Dia berdiri di atas Galileon jarahan. Pedang Bintang tampak berkilauan di tangan, memancarkan cahaya tajam yang menakutkan.

"Mau lari? Jangan mimpi!" ejek Kiran, suaranya penuh tantangan dan keberanian, menggema di tengah kegelapan yang menyelimuti medan pertempuran.

Perapal mantra ini menatap Kiran dengan tatapan marah, lalu melepaskan kutukan sekali lagi, berusaha membuat Kiran menjadi kaku dan membatu, seolah-olah ia adalah patung yang tak berdaya.

Namun, suara misterius dari atas bukit kembali terdengar...

"Healing!!"

"Buff!"

"Debuff!"

Seperti kejadian sebelumnya, cahaya berwarna putih itu jatuh menimpa Kiran dan kawan-kawannya.

Energi pemulihan menyembuhkan mereka dengan cepat, dan e
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Chen Sang Priest.

    "Chen... Anda baik-baik saja?" tanya Kiran, matanya menantang cahaya matahari senja yang membayangi Chen. Priest itu berdiri tegak di depan Kiran, meski tubuhnya tampak goyah.Di belakang Kiran, sahabat-sahabatnya—Emma, Nethon, Pigenor, dan Malven—mendaki tebing tinggi, berusaha secepat mungkin mencapai gua tempat Chen berdiri.Suara angin berdesir mengiringi gerakan gesit para petarung terlatih itu. Dalam sekejap, mereka sudah berdiri di samping Kiran, wajah mereka memancarkan keprihatinan yang mendalam saat menatap Chen."Tuan Priest... Terima kasih atas bantuan Anda," ucap Emma, suaranya lembut, menghangatkan suasana. Dia merasa lega melihat Chen masih berdiri di sana, meskipun jelas bahwa dia belum pulih sepenuhnya.Chen hanya memberikan senyuman tipis, senyum yang memancarkan keikhlasan meskipun wajahnya terlihat pucat. Dengan sikap hormat, dia membungkuk sambil memegang dadanya, tanda bahwa ia belum sepenuhnya pulih dari kelelahan yang dideritanya."Priest, Anda baik-baik saja?"

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Klan Grimbeard.

    Keesokan hari, kelompok Kiran meninggalkan kaki gunung, bergerak menuju Puncak Rotos. Angin pagi bertiup lembut, membawa udara segar yang memenuhi paru-paru, menyegarkan semangat kelompok yang kini berjumlah enam orang."Beruntung kami mendapatkan Galileon peninggalan Krado dan kelompoknya. Perjalanan ini jadi lebih mudah..." teriak Kiran dengan ekspresi gembira, suara tawanya mengisi udara pagi yang sejuk.Galileon adalah makhluk tunggangan yang sangat cepat menyesuaikan diri. Meskipun ganas, begitu seseorang berhasil menaklukkan mereka, makhluk itu akan patuh sepenuhnya.Kiran dan kawan-kawannya harus berjuang selama satu jam untuk menaklukkan Galileon. Berulang kali mereka terjungkal, terhempas oleh kekuatan Galileon yang liar, sebelum akhirnya menaklukkannya."Dan kita akan lebih cepat mencapai puncak, lalu bertemu Kemrick sang penempa..." tambah Nethon dengan semangat yang menyala, membayangkan pertemuan yang indah dengan sang kurcaci legendaris."Ngomong-ngomong, seperti apakah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Bintang Abadi Tursite.

    Kiran dan kawan-kawannya tiba di Puncak Rotos ketika malam sudah sangat larut. Di puncak gunung, hanya terlihat pepohonan cemara yang bergoyang tertiup angin.Suara daun bergesek menimbulkan simfoni yang memberi kesan menyeramkan pada malam itu."Kita akan mencari pintu masuk ke Kota Ironhold di tiap tebing terjal. Nanti akan ada petunjuk," jelas Pigenor, mengambil alih kepemimpinan. Dalam hal ini, Pigenor lebih memiliki pengetahuan tentang Kaum Kurcaci. Jadi, alangkah bijak jika dia yang memimpin perjalanan menuju kota di perut bumi."Kita membagi kelompok menjadi dua. Kami ke barat dan kalian ke timur," teriak Pigenor kepada Kiran, Emma, dan Nethon. Dia sendiri sekelompok bersama Malven dan Chen."Baik!" balas Kiran, memisahkan diri.Kiran dengan kelompoknya bergerak menuju timur, menyusuri jalan setapak yang samar di bawah cahaya bintang.+++Malam semakin larut. Suara binatang malam sesekali terdengar menjawab langkah-langkah Pigenor, Malven, dan Chen, yang meraba-raba di tebing.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Gerbang Kota Ironhold – Part I.

    "Kalian sudah diizinkan masuk. Silakan ikuti kurcaci ini!" ucap Skarfum, suaranya tegas dan jelas di tengah malam yang dingin."Akhirnya!" gumam semua orang dengan lega. Wajah mereka berseri-seri setelah kelompok itu disetujui untuk mengunjungi Kota Ironhold oleh Skarfum dan para kurcaci penjaga gerbang. Perasaan lega itu seperti beban berat yang terangkat dari pundak mereka."Di mana sesungguhnya letak pintu menuju Kota Ironhold?" tanya Kiran penasaran.Sejak awal ia dan kelompoknya mencarinya, namun tak juga menemukannya, seolah pintu itu tersembunyi oleh sihir yang kuat. Mereka telah mengelilingi tebing ini selama berjam-jam, memeriksa setiap celah dan retakan, namun tak ada tanda-tanda pintu.Alih-alih masuk ke dalam perut bumi, mereka malah diajak bertarung oleh kelompok kurcaci, sebuah sambutan yang tidak terduga."Kita lihat saja," bisik Pigenor, matanya mengamati setiap celah di tebing. "Aku yakin, pintu itu menggunakan sandi dan dikelola secara sihir. Hanya mereka yang tahu r

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Gerbang Kota Ironhold – Part II.

    "Ikuti aku!" ucap Skarfum, langsung mengambil alih kepemimpinan. Suaranya tegas, menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang percaya diri.Skarfum, bersama dua kurcaci yang badannya paling tinggi, membawa gada dan tameng, berjalan hati-hati di depan.Mereka tampak waspada, seolah siap menghadapi bahaya yang mungkin mengintai di setiap sudut lorong. Sikap mereka membuat semua orang bertanya-tanya. “Apakah yang harus diwaspadai para kurcaci? Bukankah ini jalan menuju tempat tinggal mereka?”Tentang hal ini, jawabannya akan ada belakangan.Saat itu, di belakang Skarfum, ada Kiran, Emma, Nethon, Chen, dan dua Elf mengikuti dengan langkah yang sama hati-hati. Pasukan kurcaci lainnya berbaris rapi di belakang, menjaga agar tidak ada yang tertinggal.Lorong itu panjang dan meliuk-liuk, menembus jauh ke dalam perut bumi. Saking heningnya, bahkan suara napas semua orang terdengar jelas, menambah kesan bahwa mereka benar-benar sendirian di tempat yang asing ini.Setelah berjalan kira-kira dua ja

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ring Of Iron.

    Memasuki Kota Ironhold, suara dentingan logam yang dipalu terdengar makin bertalu-talu, bercampur dengan bau logam panas dan asap yang memenuhi udara. Bukan hanya satu atau dua benturan saja, tapi ada banyak, menciptakan simfoni yang menggetarkan.Suara-suara itu berasal dari bengkel-bengkel penempa yang tersebar di seluruh kota, di mana para kurcaci sibuk mengerjakan senjata, perisai, dan perhiasan. Setiap pukulan palu seolah memiliki makna tersendiri, seperti bahasa rahasia yang hanya dimengerti oleh para kurcaci."Mari kita menghadap pemimpin klan terlebih dahulu. Tak usah memikirkan sarapan pagi. Aku yakin, kalian pasti akan dijamu di kediaman Pemimpin Gladgrik," ucap Skarfum, sambil memimpin kelompok Kiran melewati jalan berbatu-batu yang dipahat dengan halus. Tekstur batu yang dingin terasa di bawah kaki mereka, menambah kesan kuat dari kota ini.Kota Ironhold adalah tempat yang unik. Rumah-rumah penduduk semua terletak di sisi tebing, dipahat dengan seni tinggi sehingga mencer

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-06
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pemimpin Gladgrik.

    Aula di kediaman pemimpin Kurcaci terasa dingin, seolah suhu di dalam ruangan ini sengaja dijaga rendah untuk menciptakan suasana megah dan agung.Batu tebing yang dilapisi marmer khusus berkilau, memantulkan cahaya lampu minyak yang menggantung di dinding. Pantulan cahaya ini membuat semua orang mengeretakkan gigi, merasakan dinginnya udara yang menusuk tulang.Di tengah aula, seorang kurcaci bertubuh tambun duduk di singgasana megah.Janggutnya panjang, mencapai dada, dan terlihat terawat dengan baik. Dia mengenakan baju besi cemerlang, tampak dikerjakan oleh ahli terampil, memancarkan aura agung dan misterius sebagai simbol kekuasaannya.Topi ala bangsawan yang dia kenakan tampak dibuat dengan tangan trampil, menyerupai helm perang namun juga berkesan indah dan mewah. Semua perhiasan dan pakaiannya menunjukkan statusnya sebagai pemimpin yang dihormati."Tuanku, ini para tamu dari dunia atas. Mereka penyihir dan Elf. Tampaknya ingin mengungkapkan permintaan pada Klan Grimbeard kami.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-06
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Arena – Ring of Iron.

    Cahaya obor berkilauan memantul pada dinding batu kota Ironhold, menciptakan bayangan yang bergerak seiring dengan gemeretak api. Aula pertemuan yang tadinya hening kini menjadi mencekam saat Gladgrik, pemimpin Klan Grimbeard, menatap kalung di leher Kiran dengan pandangan tercengang."Kalung sihir buatan Walrock..." desisnya, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Tahukah kau apa artinya ini, anak muda? Walrock hanya memberikan belenggu ini pada mereka yang dianggap ancaman terbesar bagi kekuasaannya."Kiran mengangguk pelan, membenarkan. "Itulah mengapa aku membutuhkan bantuan Penempa Kemrick. Aku dengar keterampilannya melampaui penempa mana pun di Benua Ayax ini."Gladgrik terdiam sejenak, masih membelai Bintang Abadi Tursite yang berkilau di tangannya. Matanya menyipit, seolah sedang menimbang sesuatu yang berat."Kemrick memang ahli dalam menempa spiritual, tapi..." ia berhenti sejenak, "dia tidak akan menolong sembarang orang. Terutama manusia dan penyihir.""Tapi kami sudah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07

บทล่าสุด

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Darah dan Es di Crystalline.

    Emma bergerak cepat namun hati-hati melalui toko yang gelap, mengambil beberapa potong roti dan keju dari dapur untuk perbekalan perjalanan. Ia berhenti sejenak di ambang pintu depan, mendengarkan suara-suara dari luar.Jalanan tampak sepi, namun ia tahu pasukan Hersen berpatroli sepanjang malam, terutama sejak kabar tentang penyusupan di ibukota menyebar.Dengan satu tarikan napas dalam, Emma membuka pintu dan melangkah keluar ke dalam malam. Udara dingin menyapu wajahnya, membawa aroma kristal dan es yang khas Kota Crystalline. Ia menarik tudung jubahnya lebih rendah, menyembunyikan wajahnya dari pandangan siapapun yang mungkin berpapasan dengannya.Jalanan kota berkilau dalam cahaya bulan, kristal-kristal biru memantulkan sinar keperakan yang menciptakan pemandangan seperti di negeri dongeng.Namun bagi Emma, keindahan itu hanyalah topeng yang menyembunyikan bahaya. Setiap bayangan bisa menyembunyikan penjaga, setiap sudut bisa menjadi tempat penyergapan.Ia bergerak dari satu baya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pengkhianatan di Bawah Cahaya Bulan.

    Suara Madam Elyra memecah keheningan, lembut namun penuh keterkejutan.Emma berbalik perlahan, mendapati wanita tua itu berdiri di ambang pintu, mengenakan jubah tidur berwarna biru tua. Wajahnya yang biasanya ramah kini dipenuhi kebingungan dan kekecewaan."Madam," kata Emma, suaranya tercekat. Botol eliksir booster terasa berat di tangannya, bukti pengkhianatannya yang tak terbantahkan."Kau... mencuri ramuanku?" tanya Madam Elyra, matanya beralih pada tas kain yang kini setengah penuh dengan botol-botol ramuan. Suaranya bergetar, bukan oleh kemarahan, melainkan oleh luka pengkhianatan.Emma menelan ludah, merasakan rasa bersalah yang menusuk hingga ke tulang. "Aku bisa menjelaskan.""Menjelaskan apa?" Madam Elyra melangkah masuk ke ruangan, matanya tidak lepas dari tas berisi ramuan curian."Bahwa kau memanfaatkan kebaikanku? Bahwa kau berpura-pura selama ini?""Bukan seperti itu," kata Emma, suaranya hampir memohon. "Aku harus pergi, Madam. Teman-temanku dalam bahaya.""Teman?" Ma

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Delapan Pot Mana, Satu Dosa.

    Bulan purnama mengintip dari balik awan tipis, menyinari Kota Crystalline dengan cahaya keperakan yang dingin. Bangunan-bangunan kristal biru berkilau seperti permata raksasa, menciptakan pemandangan yang hampir ajaib di tengah keheningan malam.Di dalam toko alkemis Madam Elyra, Emma duduk tegang di tepi tempat tidurnya, mendengarkan dengan seksama setiap suara di sekitarnya.Detak jantungnya terasa seperti genderang perang yang bertalu-talu di dadanya. Keputusan telah dibuat. Ia harus pergi ke Zahranar, harus menemukan Kiran dan Roneko. Tidak ada pilihan lain.Emma menunggu hingga suara dengkuran halus Madam Elyra terdengar dari kamar sebelah. Wanita tua itu selalu tidur nyenyak setelah minum teh chamomile favoritnya.Dengan langkah seringan kucing, Emma bangkit dan mengambil tas kain yang telah ia siapkan di bawah tempat tidur."Sekarang atau tidak sama sekali," bisiknya pada diri sendiri.Lorong toko terasa panjang dan mengintimidasi dalam kegelapan. Lantai kayu berderit pelan di

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Rencana Kabur.

    Madam Elyra menatapnya sejenak, seolah menimbang kebenaran kata-katanya, sebelum kembali fokus pada ramuannya. "Ya, ada kemiripan. Alkimia dan sihir adalah dua cabang ilmu yang berasal dari akar yang sama. Keduanya berusaha memahami dan memanipulasi alam, hanya dengan cara yang berbeda."Percakapan mereka terhenti ketika pintu toko terbuka, lonceng kecil di atasnya berdenting nyaring. Dua tentara Hersen berseragam hitam dan merah melangkah masuk, wajah mereka keras dan angkuh."Selamat pagi, Tuan-tuan," sapa Madam Elyra dengan sopan, meskipun Emma bisa melihat ketegangan di bahunya. "Ada yang bisa saya bantu?""Kami membutuhkan ramuan penambah stamina," kata salah satu tentara, suaranya kasar dan tidak ramah. "Yang terkuat yang kau miliki.""Tentu," jawab Madam Elyra, berjalan ke rak di belakangnya. "Saya memiliki elixir stamina tingkat menengah yang baru saja saya buat kemarin."Sementara Madam Elyra melayani para tentara, Emma mundur ke sudut toko, berusaha tidak menarik perhati

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Berita dari Ibukota.

    Kristal-kristal biru berkilauan memantulkan cahaya matahari pagi, menciptakan ribuan pelangi kecil yang menari di sepanjang jalan-jalan Kota Crystalline. Bangunan-bangunan yang terbuat dari kristal biru menjulang dengan anggun, menciptakan pemandangan yang memukau namun juga mengintimidasi. Di balik keindahan itu, Emma merasakan bahaya yang semakin nyata setiap harinya.Sudah dua minggu berlalu sejak ia terdampar di tepi Sungai Crystalline dan diselamatkan oleh Madam Elyra. Dua minggu yang diisi dengan kewaspadaan konstan dan kepura-puraan yang melelahkan. Dua minggu tanpa kabar tentang teman-temannya, tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau telah tertangkap.Emma berdiri di ambang jendela toko alkemis milik Madam Elyra, matanya mengawasi jalanan dengan seksama. Akhir-akhir ini, aktivitas tentara dan penyihir Hersen semakin meningkat. Hari ini saja, ia telah melihat tiga kelompok penyihir pemanggil api berpatroli di sekitar pasar, jubah merah mereka berkibar seperti lidah api ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Alkemis di Negeri Mata-Mata.

    Emma menatap hasil perbuatannya dengan mata kosong. Ini bukan pertama kalinya ia membunuh, tapi rasa berat di hatinya tidak pernah berkurang. Setiap nyawa yang ia renggut adalah beban yang harus ia tanggung, setiap tetes darah adalah noda yang tak akan pernah hilang dari tangannya."Demi misi," bisiknya pada dirinya sendiri, sebuah mantra penghiburan yang semakin kehilangan maknanya setiap kali diucapkan. "Demi harapan."Dengan tangan gemetar, Emma mendorong tubuh-tubuh tak bernyawa itu ke dalam sungai, membiarkan arus deras membawa mereka pergi.Bukti kejahatannya, bukti keberadaannya, terhapus oleh air yang sama yang telah membantunya membunuh.Namun, penggunaan sihir terakhir itu telah menguras habis sisa-sisa energi spiritualnya.Emma merasakan kegelapan mulai menyelimuti pandangannya, tubuhnya terhuyung ke depan. Ia berusaha bertahan, berusaha tetap sadar, tapi kelelahan dan kehilangan darah akhirnya mengalahkannya.Saat kesadarannya mulai menghilang, Emma merasakan tubuhnya jatu

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pedang Air di Sungai Crystalline.

    Air bergemuruh laksana seribu kuda perang menerjang medan laga.Sungai Crystalline, dengan derasnya yang tak kenal ampun, membelah Hutan Terlarang di perbatasan dua kekaisaran besar—Qingchang dan Zolia.Airnya yang jernih berkilau kebiruan bahkan di bawah cahaya bulan, seolah ribuan kristal kecil menari-nari di permukaannya. Sungai ini tidak mengenal batas politik, mengalir bebas menembus tembok sihir yang memisahkan dua kekaisaran, sebuah jalur alam yang menentang kehendak manusia.Di tepi sungai yang berbatu, tersembunyi di balik semak belukar yang rimbun, Emma meringkuk dengan napas tertahan.Darah mengalir dari luka di bahunya, menciptakan aliran merah tipis yang bercampur dengan air sungai yang dingin. Matanya yang biru cerah kini redup oleh kelelahan dan ketakutan, mengawasi gerakan para penyihir dan tentara Qingchang yang menyisir area perbatasan."Cari di setiap sudut!" Suara komandan pasukan Qingchang memecah keheningan malam."Mereka tidak mungkin menghilang begitu saja!"Em

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Siken - Pengendara Mandrasath Pengendali Air

    "Siken," kata Sang Warlock, suaranya bergema di ruangan batu yang dingin, "Klan Phoenix Merah telah muncul kembali.""Mereka bersembunyi di Zolia seperti tikus di balik dinding. Aku ingin kau pergi ke sana, temukan mereka, dan hancurkan mereka. Tidak boleh ada yang tersisa—bahkan debu pun tidak."Siken mengangkat wajahnya, senyum dingin menghiasi bibirnya yang pucat seperti bulan di malam tanpa bintang. Mata birunya yang sedingin es lautan utara menatap tajam."Dengan senang hati, Tuanku. Apakah ada petunjuk khusus tentang mereka?" tanyanya, jari-jarinya yang panjang dan pucat memainkan belati perak di pinggangnya."Mereka memiliki Kyuubi berekor sembilan," jawab Sang Warlock. Keheningan mencekam melanda ruangan, seolah-olah suara Sang Warlock berasal dari dimensi lain yang menerobos masuk ke dunia fana. Bara api di obor-obor dinding bergoyang tanpa angin, seakan-akan takut."Dan kemungkinan besar, pemimpin mereka adalah penerus Sage Alaric. Dia adalah seorang pemuda bernama Kiran

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Amarah Di Kota Oros.

    Kaisar Darius mengangkat tangannya, menghentikan kata-kata Kapten Bao. Ia tidak perlu mendengar kelanjutannya. Semua orang tahu apa yang terjadi pada kerajaan-kerajaan yang berani menentang atau mengecewakan Warlock Hitam Oberon Kravit—kehancuran total."Kita harus menemukan mereka sebelum Kaisar Oberon mengirim pasukannya ke sini," kata Kaisar Darius akhirnya, suaranya tegas dan matanya menyiratkan kekhawatiran. "Kerahkan seluruh pasukan, sisir setiap sudut Zahranar. Temukan penyusup itu dan jaringan Klan Phoenix Merah yang mungkin bersembunyi di kota ini," Titah Kaisar Darius penuh otoritas."Baik, Yang Mulia," jawab Kapten Bao, bangkit dari posisi berlututnya. "Saya akan memimpin pencarian sendiri.""Dan Lyra," Kaisar Darius berpaling pada penyihir wanita itu, "hubungi Klan Zorya. Minta bantuan mereka untuk mendeteksi keberadaan penyihir asing di kota kita."Lyra mengangguk, wajahnya serius. Dia bersyukur tidak di jatuhi hukuman oleh kaisar."Saya akan melakukannya segera, Yang

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status