Beranda / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Kiran dan Peta Orchid Altaalaite.

Share

Kiran dan Peta Orchid Altaalaite.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 16:41:19

"Beruntung?" Zephyrus tertawa. "Tidak, anak muda. Itu bukan keberuntungan. Itu adalah keterampilan dan strategi. Kau membiarkan Yuta menghabiskan energinya dengan serangan-serangan beruntun, sementara kau menghemat energimu sendiri. Sangat cerdik."

Kiran tersenyum, sedikit malu dengan pujian itu. "Aku datang untuk mengambil hadiahku, Tuan Zephyrus."

"Tentu, tentu," kata Zephyrus, kembali ke balik meja kasir. Ia membungkuk, mengambil sesuatu dari laci tersembunyi.

"Ini Pedang Bintangmu, dan tentu saja, informasi yang kau cari."

Zephyrus meletakkan Pedang Bintang di atas meja, bilahnya berkilau keperakan di bawah cahaya obor. Di samping pedang, ia meletakkan sebuah gulungan perkamen tua yang menguning dimakan usia, diikat dengan tali kulit yang sudah rapuh.

"Peta menuju Orchid Altaalaite," kata Zephyrus dengan suara rendah, nyaris berbisik. "Sangat langka dan sangat berharga."

Kiran mengambil gulungan itu dengan hati-hati, membukanya perlahan. Peta itu menunjukkan jaringan lorong bawah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Naga Es dan Phoenix Api

    Kiran membungkuk dalam penghormatan terakhir, napasnya sedikit terengah di balik topeng yang kini terasa panas di wajahnya. Saat ia menegakkan tubuhnya kembali, matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata biru es Siken.Elf Hitam itu tidak bertepuk tangan seperti tamu lainnya. Ia hanya menatap, tatapannya sedingin es abadi di puncak gunung tertinggi namun anehnya juga penuh dengan api kecurigaan yang nyaris terlihat.Zetta Mui membisikkan sesuatu pada Siken, bibirnya nyaris tidak bergerak, dan Elf Hitam itu mengangguk sekali, gerakan yang hampir tak terlihat.Kapten Bao, dengan kewaspadaan seorang prajurit terlatih, memberi isyarat halus pada beberapa pria berpakaian sipil yang tersebar di ruangan—prajurit menyamar yang kini bersiaga, tangan mereka bergerak sedikit lebih dekat ke senjata tersembunyi.Eve Whitehouse terus memainkan api kecil di jarinya, nyala kecil yang menari-nari seperti hidup, matanya yang tajam tidak pernah lepas dari sosok Kiran.Jahan, kepala pelayan dengan wibawa

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dance of the Flaming Phoenix.

    Kemudian, atraksi andalan mereka dimulai.Kolam air di tengah panggung—yang sebelumnya tampak biasa saja—tiba-tiba menyala dengan api biru yang aneh, api yang tidak membakar namun bergerak seperti air.Yasmin melangkah ke atasnya dengan keanggunan yang mustahil, seolah air dan api adalah perpanjangan dari tubuhnya sendiri. Ia menari di atas permukaan yang menyala itu, tubuhnya bergerak dalam harmoni sempurna dengan elemen api dan air, menciptakan pemandangan magis yang membuat para tamu terpesona dan terpaku.Dari balik tirai, Kiran memperhatikan bahwa Siken tampak sama sekali tidak terkesan.Elf Hitam itu berbisik sesuatu pada Eve Whitehouse, yang kemudian tersenyum dingin—senyum yang tidak mencapai matanya yang waspada.Kapten Bao dan Lyra terus mengamati seluruh ruangan dengan tatapan tajam, sementara Zetta Mui tampak menikmati pertunjukan, meski matanya sesekali melirik ke arah tirai tempat Kiran bersembunyi, seolah merasakan kehadirannya.Setelah tarian memukau Yasmin berakhir, g

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Elf Hitam dan Empat Pemburu.

    Kiran merasakan detak jantungnya mengencang, berdentum di balik rusuknya seperti genderang perang.Siken—Elf Hitam pengendali air, panglima kedua Kaisar Oberon. Pemburu Phoenix yang ditugaskan khusus untuk menemukannya.Nama yang selama lima bulan terakhir dibisikkan dengan ketakutan di setiap sudut persembunyian Klan Phoenix Merah."Dia tidak akan mengenaliku," gumam Kiran, setengah meyakinkan dirinya sendiri, setengah mencari kepastian dari Yasmin."Tentu saja tidak," Yasmin menjawab dengan senyum tipis yang tidak sepenuhnya mencapai matanya. Jemarinya yang lentik merapikan lipatan jubah Kiran dengan gerakan yang tampak kasual, namun Kiran tahu wanita itu sedang memeriksa jimat-jimat pelindung yang tersembunyi di dalamnya."Tapi tetap berhati-hatilah. Elf Hitam memiliki indra yang jauh melampaui manusia biasa. Mereka bisa mencium kebohongan seperti serigala mencium darah."Kiran mengangguk sekali, lalu bangkit dari kursinya dengan gerakan yang telah ia latih ratusan kali hingga semp

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Topeng Phoenix di Taman Mimpi.

    "Dan itulah alasan kau membutuhkan kami," Nirajh menimpali dengan nada kebapakan."Pelatihan dari Suku Devahari dan pengetahuan Klan Phoenix Merah." Ia menghela napas panjang. "Namun, sebelum itu semua dimulai, kita harus memastikan keselamatanmu. Seluruh kota sedang memburumu.""Bagaimana?" tanya Kiran, suaranya hampir berbisik.Sudut bibir William terangkat sedikit, membentuk senyuman yang nyaris tak terlihat."Dengan cara yang paling aman," ujarnya, "tepat di depan mata mereka."+++Lima bulan berlalu sejak insiden di Perpustakaan Nasional Zolia. Kota Zahranar perlahan kembali ke ritme normalnya, meski bayangan kewaspadaan masih menggantung di udara.Perpustakaan yang terbakar kini dalam proses rekonstruksi, dengan perancah-perancah kayu mengelilingi struktur yang gosong. Kisah tentang penyihir api misterius dan makhluk berekor sembilan perlahan memudar menjadi bisikan-bisikan di sudut gelap kota—setengah dilupakan, setengah menjadi legenda.Di jantung Zahranar, tak jauh dari hiruk

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Klan yang Bangkit dari Abu.

    Pintu itu membawa mereka ke lorong lain yang berakhir pada tangga melingkar yang menanjak.Mereka menaikinya dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara langkah mereka sendiri. Pikiran Kiran berputar dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terucapkan, mencoba menyusun kembali kepingan-kepingan masa lalunya dalam cahaya kebenaran baru ini.Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah pintu kayu yang tampak usang, dengan ukiran-ukiran kuno yang hampir tak terlihat di permukaannya.William mengetuk dengan ritme yang jelas telah dihafalkan—tiga ketukan, jeda, lalu dua ketukan lagi.Pintu terbuka tanpa suara, menampakkan ruangan luas yang tersamar sebagai gudang tua. Beberapa orang duduk mengelilingi meja kayu besar, semua mata tertuju pada Kiran saat ia melangkah masuk."Penerus Sang Phoenix telah tiba," ucap William, suaranya kini mengandung penghormatan yang tak pernah Kiran dengar sebelumnya.Seorang pria tua bangkit dari kursinya. Janggut keperakannya berkilau dalam cahaya lilin

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dua Wajah Sang Guru.

    Kegelapan lorong sempit menelan Kiran dan Roneko begitu pintu rahasia tertutup di belakang mereka.Udara lembab dan pengap menyergap paru-paru, sementara derap langkah prajurit yang mengejar memudar perlahan, terhalang dinding batu tebal yang menyembunyikan keberadaan mereka.Tangan kuat yang menarik mereka masuk melepaskan cengkeramannya.Sosok tinggi itu bergerak tanpa suara, menutup pintu rahasia dengan gerakan yang menunjukkan keakraban dengan mekanisme tersembunyi.Kiran memicingkan mata dalam gelap pekat. Seberkas cahaya biru pucat muncul dari ujung tongkat yang dipegang penyelamat misterius mereka, menerangi lorong batu sempit yang meliuk jauh ke dalam perut bumi."Ikuti aku," ujar sosok itu dengan suara rendah yang membangkitkan ingatan samar."Dinding di sini meneruskan suara."Tanpa kata, Kiran dan Roneko mengikuti, menyusuri lorong berkelok yang semakin dalam.Tetesan air dari langit-langit batu menciptakan simfoni lembut yang mengiringi langkah mereka. Udara semakin dingin

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kematian yang Tidak Sendirian.

    Pigenor terkejut. Wanita ini mengenalnya."Siapa kau?" tanyanya lembut, sambil memeriksa luka-luka di tubuh wanita itu."Lila," bisik wanita itu, suaranya nyaris tak terdengar. "Letnan... Kekaisaran..."Ingatan Pigenor berputar cepat, mencari nama itu dalam benaknya. Lila... nama itu terasa familiar, tapi ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Terlalu banyak wajah, terlalu banyak nama yang ia temui selama perjalanan bersama Kiran."Kau terluka parah," kata Pigenor, melihat luka bakar hitam di bahu Lila yang semakin melebar. Api hitam Ifrit, ia mengenalinya. Api yang membakar jiwa, bukan hanya daging."Aku akan membantumu."Dengan gerakan cepat, Pigenor merogoh kantung kecil di pinggangnya, mengeluarkan sebutir pil berwarna keperakan. Pil Bulan Perak, obat langka yang hanya dimiliki oleh kaum Elf Putih, mampu menyembuhkan luka paling parah dan bahkan mengembalikan seseorang dari ambang kematian."Telan ini," perintahnya, memasukkan pil itu ke mulut Lila dengan lembut.Lila menelan pi

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Nama yang Terbakar di Bibir.

    Pigenor kembali ke penginapan kecilnya dengan hati yang lebih ringan dari berminggu-minggu sebelumnya. Ia mengemas barang-barangnya yang sedikit, menyiapkan ramuan dan jimat perlindungan yang tersisa.Besok, ia akan meninggalkan Xianyang. Besok, ia akan satu langkah lebih dekat dengan teman-temannya.Malam berikutnya tiba dengan cepat. Pigenor menunggu di balik bayangan Gerbang Selatan, jubah hitamnya menyamarkan sosoknya dalam kegelapan. Tepat saat bulan berada di puncak langit, sebuah karavan kecil muncul.Lima kereta barang dengan lambang dagang Farouk, ditarik oleh kuda-kuda kuat."Naiklah ke kereta terakhir," bisik Farouk saat melewati Pigenor. "Tetap tersembunyi sampai kita melewati perbatasan."Pigenor menyelinap ke kereta terakhir, bersembunyi di antara tumpukan kain sutra dan rempah-rempah. Perjalanan dimulai dalam keheningan, hanya suara roda kereta dan langkah kuda yang terdengar di jalanan sepi.Mereka melakukan perjalanan selama tiga hari, melewati desa-desa kecil dan hut

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perburuan Terakhir Elf Putih.

    Angin malam berbisik di antara pepohonan, membawa aroma daun basah dan tanah lembap.Pigenor bergerak tanpa suara, setiap langkahnya seringan sentuhan kupu-kupu pada kelopak bunga. Kulitnya yang pucat berkilau samar dalam kegelapan, hampir transparan saat ia memanipulasi cahaya di sekitarnya untuk menyatu dengan bayangan hutan.Sudah tiga minggu berlalu sejak pertempuran di tembok perbatasan Qingchang dan Zolia. Tiga minggu sejak kelompok mereka tercerai-berai seperti daun-daun kering tertiup badai musim gugur.Tiga minggu sejak ia terakhir melihat Kiran, Emma, Jasper, dan Chen.Pigenor menghela napas panjang, merasakan beban kesedihan dan kekhawatiran yang semakin berat di pundaknya. Sebagai Elf Putih, ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki teman-temannya.Kemampuan untuk menyatu dengan alam, berkamuflase hingga menjadi tak terlihat bagi mata biasa, dan menyelinap melewati penghalang yang bahkan dijaga ketat oleh penyihir-penyihir kuat.Kemampuan itulah yang membuatnya berhasil ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status