Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 08. Kasir Murahan Butik Ternama

Share

08. Kasir Murahan Butik Ternama

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-08-22 16:40:08

Berbeda dengan Hezkil yang kebingungan, Cindy sudah jauh lebih tenang.

Putri keluarga Huang itu kini turun dengan anggunnya di depan Butik Channel yang menjadi favoritnya.

Seorang petugas Valet pun menghampiri Rendy di mobil. "Mas, biar aku bawa mobil ini ke tempat parkir khusus!"

"Biar petugas Valet yang parkirkan mobilnya, Ren ... kamu ikut masuk saja!” ujar Cindy.

"Beruntung sekali sopir ini ... sudah pakaiannya lusuh seperti itu, majikannya begitu baik pada dirinya," gerutu petugas Vaalet sambil mengambil alih mobil MBenz dari tangan Rendy.

Tampilan mewah sudah terlihat di halaman depan butik yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang kaya ini.

Begitu masuk ke dalam butik, hawa dingin dan wangi aromatherapy langsung menerpa Rendy membuatnya agak mual.

"Selamat datang Nona Cindy!" sapa gadis penjaga butik yang berada di meja kasir sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

Namun, wangi parfum murahan yang menusuk hidung langsung tercium dan menerpa hidung Rendy.

HAAATCHIII...!!!

Rendy bersin sekeras-kerasnya begitu hidungnya merasakan geli akibat aroma tajam dari parfum murahan yang berasal dari campuran biang parfum ini.

Gadis kasir ini langsung memandang tidak senang Rendy yang mengambil beberapa tisu dari meja kasirnya.

Menurutnya, pria gembel ini seharusnya menunggu di luar butik saja karena membuat pandangannya tidak sedap saat memandang Rendy yang berpakaian ala kadarnya.

Bahkan, dia memakai sandal jepit yang membuat gadis kasir ini jijik melihatnya!

Yang benar saja?

Sementara itu, Cindy sudah jauh meninggalkan Rendy saat Rendy sibuk mengambil tisu untuk meredakan bersin-bersinnya.

Sang istri sudah tenggelam dalam kemewahan memilih pakaian pesta yang cocok untuknya.

"Mas, sopir dilarang masuk! Harap menunggu di luar saja!" serunya dengan nada memerintah dan perasaan jijik.

Bagi gadis kasir ini, bertemu orang miskin adalah suatu kesialan bagi dirinya.

Rendy menatap gadis kasir ini dengan hidungnya yang memerah akibat terus bersin-bersin.

HAAATCHIII ...!!!

Sekali lagi, Rendy bersin, tapi tidak ditutupi tangannya, sehingga gadis kasir ini langsung mundur– khawatir virus dari Rendy menular terhadap dirinya.

"Sudah miskin, penyakitan lagi! Huss ... keluar sana sebelum aku panggil sekurity!"

Gadis kasir ini berparas lumayan, tapi tertutupi oleh riasan make-up yang sangat tebal menutupi seluruh wajahnya.

Kaos bertuliskan Dolce & Gabbana yang melekat ketat di tubuhnya menampilkan belahan dadanya yang besar dan menantang.

Baju yang menurutnya sudah menunjukkan kalau dia adalah gadis yang berkelas. Padahal, itu tiruan semata!

Tampak sekali, ia melakukannya untuk menggoda pria-pria kaya yang berkunjung ke butik ini.

Hanya saja, wangi parfum murahan itu ….

"A-aku ini ... HAAATCHIII!"

Lagi-lagi Rendy bersin dan kali ini mengarah ke gadis kasir, membuat marah dirinya.

Saat berbicara, terlihat kawat gigi murahan yang dibuat di tukang gigi yang sedang mengadakan diskon.

Tidak ada jaminan keamanan dan kebersihan kawat gigi ini, sehingga saat berbicara gadis ini terlihat sibuk merapikan kembali kawat giginya yang kendor.

"Kesabaranku sudah habis! Sekurity!" panggilnya terhadap petugas keamanan butik ini.

Seorang petugas keamanan bertubuh kekar datang seketika begitu gadis kasir ini memanggilnya.

“Ada apa, Nona?" tanyanya dengan wajah garang.

"Usir pria miskin dan penyakitan ini dari sini!" perintahnya sambil memandang jijik terhadap Rendy.

Rambut Naga Perang yang acak-acakan turut membantu penampilan miskin dan lusuh dirinya, sehingga tanpa ragu satpam butik ini mencengkram lengannya keras-keras untuk menyeretnya keluar dari toko.

Rendy sadar.

Dia tidak bisa mengeluarkan kekuasaan dan kekuatannya di butik ini–khawatir Cindy mengetahui identitas dirinya dan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

"Tunggu dulu ... aku datang bersama Nona Cindy! Dia minta bantuanku memilih pakaian pesta untuknya!" kata Rendy dengan jujur.

“HA-HA-HA …”

Kali ini, suara tertawa Sekurity Butik ini terdengar membahanan di dalam butik. Namun, dia tidak terus menyeret Rendy keluar dari butik.

"Jangan bermimpi, anak muda! Kamu ini hanya sopir yang tidak dipandang oleh Nona Cindy ... beruntung aku tidak mematahkan kedua tangan dan kakimu karena telah berbuat onar!" seru Sekurity Butik.

Gadis kasir memandang Rendy yang terseok-seok diseret oleh Sekurity Butik ini dengan penuh kemenangan. "Rasain ... dasar pemuda miskin! Bisa ketularan miskin kalau dia terus ada di dalam butik ini!" gumamnya dalam hati.

"Pak, kamu akan menyesal kalau terus menyeretku seperti ini!" kata Rendy mencoba membujuk Sekurity Butik ini melepaskan dirinya.

Rendy tidak merasakan ancaman yang berarti sehingga dia membiarkan saja Sekurity Butik menyeretnya, alih-alih dia melawan yang akan membongkar identitas dirinya di depan Cindy.

"Memangnya kamu ini siapa? Bisa membuatku menyesal? Mimpi!" sahut Sekurity Butik yang kian keras mencengkram lengan Rendy untuk menarik dan menyeretnya keluar dari Butik Channel.

Baru saja sampai di depan pintu putar Butik Channel ini, muncul seorang wanita anggun dengan wajah keras dan berwibawa.

Di belakangnya, ikut dua bodyguard bertubuh tegap dan berjas hitam.

Wanita ini memandang heran terhadap Rendy yang tengah diseret oleh Sekurity Butik.

"HENTIKAN!' teriaknya yang membuat ciut Sekurity Butik ini.

Sontak, tangannya melepaskan cengkramannya terhadap lengan Rendy.

Tubuhnya gemetaran dan wajahnya pucat pasi melihat wanita yang ada di hadapannya.

Hal yang sama juga terjadi pada gadis kasir yang tadi begitu sombong terhadap Rendy.

Wajahnya yang sudah putih tertutup bedak make-up langsung turut pucat pasi melihat wanita yang barusan masuk ke dalam Butik Channel ini.

Katrin Chow … mengapa dia melakukannya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
MISTERIOUS
keren banget
goodnovel comment avatar
Cultivator
keren ceritanya thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   531. Menemui Clarissa Tan

    Helikopter meluncur di atas lautan biru kehijauan yang luas, membelah awan tipis yang menggantung rendah. Di kejauhan, Shadow Island mulai terlihat—pulau kecil yang terisolasi, dikelilingi tebing tinggi dan hutan gelap seperti pelindung alami dari dunia luar.Di dalam kabin, suara baling-baling terasa seperti detak jantung yang memburu. Renata duduk di seberang Rendy, mengenakan sabuk pengaman dan menatap jendela, namun jelas pikirannya tidak ada di sana. Matanya kosong, tak menatap langit, tak menatap laut. Ia sedang mengukur luka di dalam hatinya, luka yang tidak terlihat tapi terasa tajam.Rendy ingin bicara, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Ia hanya bisa menatap jemari tangannya sendiri—yang dulu digunakan untuk menyelamatkan nyawa, kini justru tak mampu melindungi perasaan orang yang ia cintai.Loksa di kursi depan hanya menoleh sekali, matanya tajam seperti biasa."Kita akan mendarat dalam tiga menit. Cuaca tenang, tapi energi spiritual di pulau ini tidak."Rendy menganggu

  • Kebangkitan Naga Perang   530. Memerlukan Jawaban

    Ponsel masih tergenggam di tangan Rendy. Jemarinya membeku, sementara pikirannya berkelana terlalu jauh, terlalu cepat. Pertanyaan Renata menggantung di udara seperti kabut dingin: “Kak Rendy sendirian, kan?”Rendy menatap ke arah tempat tidur. Seruni mulai bergerak, menggeliat pelan seperti kucing yang baru terbangun. Cahaya matahari pagi menyapu sebagian wajahnya, menyilaukan bulu matanya yang perlahan terbuka. Tatapan mereka bertemu.Hening.Seruni mengangkat tubuhnya, duduk di atas ranjang sambil mengusap mata. “Kamu mau pergi?” tanyanya pelan, suaranya masih berat, namun mengandung ketulusan yang membuat dada Rendy sesak.Ia mengangguk pelan. “Aku harus ke Shadow Island. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan … seseorang yang harus kutemui.”Seruni menatapnya dalam-dalam. Mata itu, mata yang pernah menyaksikan dunia runtuh di sekelilingnya, kini terlihat rapuh. Namun, bukan karena takut—melainkan karena ia tahu dirinya tak bisa ikut.“Clarissa, ya?” tanyanya pelan.Rendy tak menjawa

  • Kebangkitan Naga Perang   529. Bingung

    Langit masih berwarna biru kelam ketika Rendy membuka matanya. Udara pagi yang dingin menyusup lewat celah jendela Hotel Aurora Velaris, menggigit kulitnya dan membuatnya menghela napas panjang. Aroma samar linen bersih dan embusan angin laut yang asin terasa menyelimuti ruangannya yang hening.Ia duduk di sisi tempat tidur, matanya menatap sosok Seruni yang masih terlelap di balik selimut putih tebal. Nafas gadis itu teratur, tenang, dan sesekali terdengar gumaman kecil dari bibirnya yang bergerak dalam mimpi. Wajahnya terlihat damai—terlalu damai untuk diganggu dengan berita bahwa ia harus ditinggal pagi-pagi sekali.Rendy menghela napas pelan. Ada pergolakan di dadanya. Ia tahu, ini bukan waktunya untuk membangunkan Seruni. Terlalu banyak yang sedang dipertaruhkan. Terlalu banyak luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Perlahan, ia berdiri, mengambil ponsel dari meja di samping ranjang. Jarinya bergerak cepat, menekan kontak Renata.Nada sambung berdengung di telinga, dan dalam bebe

  • Kebangkitan Naga Perang   528. Romantis

    Di luar, Horizon City masih terus berdenyut. Tapi di dalam suite itu, waktu seolah melambat. Dua manusia duduk di ambang sesuatu yang belum mereka beri nama—lebih dari hubungan, lebih dari misi, lebih dari takdir.Rendy memandangi wajah Seruni dengan mata yang tak sekadar melihat—tapi mencoba menyelami. Setiap gurat halus, setiap bayangan yang jatuh di pipinya akibat cahaya lembut dari lampu meja, terasa seperti sebuah teka-teki yang ingin ia pahami sepenuhnya. Bukan karena ia mirip seseorang dari dunia lain. Bukan karena nostalgia atau takdir. Tapi karena sosok perempuan ini—di sini, malam ini—telah menggetarkan sesuatu yang lebih nyata dalam dirinya.“Seruni ...” suaranya rendah, nyaris bergetar, seolah kata-kata itu menuntut keberanian tersendiri. “Kalau aku menyentuhmu malam ini … itu bukan karena kamu mengingatkanku pada seseorang dari dunia paralel. Tapi karena aku ingin mengenalmu, benar-benar mengenalmu … sebagai perempuan yang berdiri di hadapanku sekarang.”Seruni tak segera

  • Kebangkitan Naga Perang   527. Hotel Aurora Velaris

    Langit Horizon City malam itu tampak seperti kanvas hidup—penuh warna, gerak, dan gemerlap cahaya yang berpendar seperti ribuan permata ditaburkan di angkasa. Jalan-jalan bersinar bak urat nadi kota yang berdetak tanpa henti, sementara gedung-gedung menjulang bagai penjaga malam yang menyimpan rahasia manusia modern.Dari lantai 49 Hotel Aurora Velaris, panorama itu terbentang megah. Jendela kaca raksasa di suite mewah mereka tak sekadar menampilkan pemandangan, melainkan menciptakan ilusi bahwa batas antara langit dan lantai telah lenyap.Di dalam, lampu-lampu sengaja diredupkan, hanya meninggalkan semburat hangat dari lampu meja dan sinar biru lembut yang memancar dari kolam jacuzzi pribadi di sudut ruangan. Aroma lavender samar dari diffuser bergelut pelan dengan uap teh dan jejak aroma sabun kayu dari kamar mandi.Seruni berdiri di dekat jendela, siluetnya menyatu dengan kerlip kota di belakangnya. Gaun satin putih yang ia kenakan jatuh mengikuti lekuk tubuhnya, membaur dengan caha

  • Kebangkitan Naga Perang   526. Ajakan Seruni

    Suara gemuruh mesin pesawat semakin keras, menggulung udara seperti gelegar badai yang tak kunjung reda. Turbulensi kecil membuat kabin sedikit bergetar, menggoyangkan tirai-tirai jendela dan gelas-gelas plastik yang masih setengah berisi di baki penumpang. Lampu kabin meredup seiring malam yang kian merayap, menciptakan suasana samar yang mengaburkan batas antara realita dan bisikan perasaan.Di tengah kekacauan bunyi itu, Seruni hanya tersenyum—sebuah senyum yang tidak menjawab, tapi juga tidak menolak. Rendy sempat bertanya sesuatu, namun kata-katanya tertelan oleh bisingnya dunia. Gadis itu mendekat, tubuhnya sedikit condong ke arah Rendy, seperti sebuah rahasia yang hendak diungkapkan hanya untuknya.Nafas hangatnya menyentuh telinga Rendy, membawa aroma samar yang memabukkan—seperti bunga melati yang mekar diam-diam di malam hari, ketika tak ada mata yang memandang tapi keharumannya tak bisa dihindari.“Apa kamu benar-benar ingin cari tahu, Rendy?” bisiknya. Lembut. Menggoda. Pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status