Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 07. Kisah Sepotong Lemper Ayam

Share

07. Kisah Sepotong Lemper Ayam

Author: Zhu Phi
last update Huling Na-update: 2024-08-22 16:40:04

Sementara itu, Cindy Huang menarik napas panjang.

Lolos dari maut tetap saja membuat dirinya sulit mengendalikan diri.

Hanya saja, satu pertanyaan mengusiknya saat ini.

"Dari mana kamu belajar menyetir sehebat itu? Aku jadi merasa tidak mengenalimu lagi, Rendy!" ujarnya dengan wajah penasaran.

Sungguh, suaminya sangat mahir mengemudikan mobil mewah. Padahal, setirannya agak berbeda dengan mobil biasa.

"Kamu masih ingat kedai roti dan kue milik kakekmu, tidak?”

Alih-alih menjawab, Rendy justru bertanya tiba-tiba.

Hal ini membuat Cindy membelalak. "Kok kamu tahu kalau aku dulu sering berada di kedai makanan kakek?"

Masa kecilnya memang lebih banyak dihabiskan di kedai roti dan kue milik kakeknya yang dahulu ada di jalanan yang sedang mereka lewati.

Wajah penasaran Cindy membuat Rendy tersenyum.

Dulu, Naga Perang bukan siapa-siapa.

Dia hanyalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih dan selalu sukses melaksanakan tugasnya.

Namun suatu hari, terjadi pengkhianatan di organisasi tempatnya bekerja.

Rekan sejawatnya yang juga kekasihnya saat itu menghianatinya dengan membocorkan tugas yang diembannya, sehingga pemimpin organisasi hitam yang diincarnya berhasil lolos.

Parahnya lagi, kekasihnya itu sendiri disewa oleh pemimpin organisasi hitam itu untuk menghabisi dirinya.

Terluka parah dan bersembunyi berhari-hari, membuat Naga Perang kelaparan.

Tertatih-tatih dia berhasil mencapai kota Buitenzorg, tempat mereka berada saat ini.

Naga Perang yang masih sangat muda saat itu hampir pingsan karena terluka parah dan kelaparan.

Namun, wajah cantik seorang gadis muda yang menyodorkan kue ketan yang dibungkus daun pisang, membuat ia seakan mendapatkan kekuatannya kembali.

Kue ketan yang belakangan dia ketahui adalah Lemper Ayam yang merupakan kue yang paling laris di Kedai Roti dan Kue milik kakeknya Cindy.

Bahkan, kakek Cindy tanpa ragu membawanya ke dalam kedai dan mengobatinya sampai bisa berjalan kembali.

Setelah itu, Naga Perang kembali ke habitat aslinya dan menjalankan tugasnya kembali.

Kekasih yang mengkhianatinya berhasil dieksekusi olehnya dan mengambil tampuk pimpinan organisasi hitam pembunuh bayaran tempatnya bekerja.

Bisnisnya berkembang pesat.

Namun karena teringat sang gadis dan kakeknya yang pernah menolongnya, Naga Perang kembali ke sana. Sayangnya, mereka sudah pindah.

Kakek Cindy meninggal dunia tak lama setelah menolong dirinya, sehingga Cindy dibawa ibunya tempat ibunya bekerja.

Barulah sekitar empat tahun yang lalu, Naga Perang berhasil menemukan Cindy Huang, gadis muda yang pernah menyelamatkan hidupnya.

Ia telah tumbuh dewasa dan menghadapi krisis di perusahaan keluarganya.

Jadi, diam-diam, Naga Perang yang sangat berkuasa membantu perusahaan keluarga Huang sehingga berjaya kembali.

Bukan hanya itu saja, Naga Perang juga melamar Cindy untuk menjadi istrinya tanpa menyebutkan identitas aslinya.

Kala itu, dia beralasan kalau kakeknya Cindy yang telah menjodohkan dirinya dengan Cindy dengan menunjukkan surat wasiat dari kakeknya Cindy yang telah dipalsukannya.

Vera Huang pun tidak kuasa menolak Rendy karena surat wasiat dari kakeknya Cindy berkekuatan hukum.

Ditambah, Rendy juga berusaha membujuk Vera agar mengizinkan pernikahan mereka dengan janji sejumlah barang berharga yang akan diberikannya nanti setelah tiga tahun kemudian.

"Kamu tidak tahu? Aku kan tinggal dan lahir di Kota Buitenzorg ini, jadi aku tahu persis siapa dirimu dan kakekmu. Bahkan kakekmu telah menjodohkan kita sejak kecil dengan surat warisan yang dibuatnya."

"Kenapa kakek menjodohkan aku denganmu? Apa istimewanya dirimu? Sampai sekarang saja kamu hanya bantu-bantu mengurus Keluarga Huang ... kamu tidak pernah bekerja sejak menikah denganku, pantas mama selalu merendahkanmu juga saudara-saudaraku!" ucap Cindy Huang dengan rasa penasaran.

Meski awalnya terpaksa menerima, lambat laun, Cindy sebenarnya menyukai Rendy yang sangat perhatian dan sayang terhadap dirinya.

Sayangnya, perbedaan pendidikan dan derajat antara dirinya dengan Rendy membuat Cindy menjaga jarak agar tidak dihina oleh saudara-saudaranya terutama ibunya yang sangat membenci Rendy dan dianggap aib bagi Keluarga Huang.

Bahkan Cindy yang telah menikah dengan Rendy tetap harus menggunakan marga Huang, bukan marga Wang yang merupakan marganya Rendy.

"Aku tidak tahu!" jawab Rendy seenaknya. "Aku hanya menjalankan wasiat kakekmu karena pernah menolongku! Apa kamu sudah lupa semuanya?"

Cindy terdiam dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingat sama sekali tentang peristiwa tolong-menolong itu.

"Ya sudahlah! Tidak masalah lagi sekarang! Oh iya, malam ini ulang tahun mamamu, kan?" tanya Rendy saat mobil mewah MBenz berhenti di sebuah butik ternama di Buitenzorg ini.

Di sisi lain, Hezkil terus menelepon ayahnya karena rasa penasaran dan tidak puas terhadap tindakan Rendy Wang yang telah menghancurkan mobil kesayangannya.

"Ayah tidak bisa menemukan kamera lalu lintas yang bisa memotret mobil MBenz dari orang yang mencelakai dirimu!" kata ayahnya.

"Aku tahu siapa pelakunya, ayah! Dia itu suami dari Cindy Huang, CEO dari Huang Corporation yang levelnya masih di bawah perusahaan kita."

Hezkil begitu menggebu-gebu ingin ayahnya mengirim bodyguard untuk memukuli Rendy habis-habisan serta mematahkan kedua kaki dan tangannya karena telah menghinanya sedemikian dalamnya.

"Siapa namanya? Biar ayah kirim orang untuk menghajarnya habis-habisan dan melemparnya ke laut dalam!" seru ayahnya.

Mendapat respon positif, Hezkil semakin bernafsu untuk menghancurkan Rendy. “Namanya Rendy Wang, ayah! Pecundang yang seharusnya tidak pantas hidup di dunia ini!"

Lama tidak terdengar suara dari balik ponselnya, membuat Hezkil mengira ada yang salah dengan sinyal ponselnya.

"Ayah?" tegurnya.

"Kurang ajar! Anak sialan! Kamu ingin menghancurkan ayah? Cepat kamu cari orang bernama Rendy Wang itu dan mohon pengampunan darinya! Kalau kau tidak mampu melakukannya, jangan pulang lagi ke keluarga Wu!" teriak ayahnya dari balik ponsel yang membuatnya terkejut sehingga ponselnya terjatuh.

Saat itu juga dia melihat wajah pucat Tristan yang mengenggam ponsel mahalnya sambil gemetaran.

"Ada apa gerangan? Siapa sebenarnya sampah pecundang bernama Rendy Wang itu?" pikir Hezkil dalam-dalam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ali Ghucci Malik
tolong jgn terlalu lama menyimpan identitas....ga asik cerita nya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kebangkitan Naga Perang   531. Menemui Clarissa Tan

    Helikopter meluncur di atas lautan biru kehijauan yang luas, membelah awan tipis yang menggantung rendah. Di kejauhan, Shadow Island mulai terlihat—pulau kecil yang terisolasi, dikelilingi tebing tinggi dan hutan gelap seperti pelindung alami dari dunia luar.Di dalam kabin, suara baling-baling terasa seperti detak jantung yang memburu. Renata duduk di seberang Rendy, mengenakan sabuk pengaman dan menatap jendela, namun jelas pikirannya tidak ada di sana. Matanya kosong, tak menatap langit, tak menatap laut. Ia sedang mengukur luka di dalam hatinya, luka yang tidak terlihat tapi terasa tajam.Rendy ingin bicara, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Ia hanya bisa menatap jemari tangannya sendiri—yang dulu digunakan untuk menyelamatkan nyawa, kini justru tak mampu melindungi perasaan orang yang ia cintai.Loksa di kursi depan hanya menoleh sekali, matanya tajam seperti biasa."Kita akan mendarat dalam tiga menit. Cuaca tenang, tapi energi spiritual di pulau ini tidak."Rendy menganggu

  • Kebangkitan Naga Perang   530. Memerlukan Jawaban

    Ponsel masih tergenggam di tangan Rendy. Jemarinya membeku, sementara pikirannya berkelana terlalu jauh, terlalu cepat. Pertanyaan Renata menggantung di udara seperti kabut dingin: “Kak Rendy sendirian, kan?”Rendy menatap ke arah tempat tidur. Seruni mulai bergerak, menggeliat pelan seperti kucing yang baru terbangun. Cahaya matahari pagi menyapu sebagian wajahnya, menyilaukan bulu matanya yang perlahan terbuka. Tatapan mereka bertemu.Hening.Seruni mengangkat tubuhnya, duduk di atas ranjang sambil mengusap mata. “Kamu mau pergi?” tanyanya pelan, suaranya masih berat, namun mengandung ketulusan yang membuat dada Rendy sesak.Ia mengangguk pelan. “Aku harus ke Shadow Island. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan … seseorang yang harus kutemui.”Seruni menatapnya dalam-dalam. Mata itu, mata yang pernah menyaksikan dunia runtuh di sekelilingnya, kini terlihat rapuh. Namun, bukan karena takut—melainkan karena ia tahu dirinya tak bisa ikut.“Clarissa, ya?” tanyanya pelan.Rendy tak menjawa

  • Kebangkitan Naga Perang   529. Bingung

    Langit masih berwarna biru kelam ketika Rendy membuka matanya. Udara pagi yang dingin menyusup lewat celah jendela Hotel Aurora Velaris, menggigit kulitnya dan membuatnya menghela napas panjang. Aroma samar linen bersih dan embusan angin laut yang asin terasa menyelimuti ruangannya yang hening.Ia duduk di sisi tempat tidur, matanya menatap sosok Seruni yang masih terlelap di balik selimut putih tebal. Nafas gadis itu teratur, tenang, dan sesekali terdengar gumaman kecil dari bibirnya yang bergerak dalam mimpi. Wajahnya terlihat damai—terlalu damai untuk diganggu dengan berita bahwa ia harus ditinggal pagi-pagi sekali.Rendy menghela napas pelan. Ada pergolakan di dadanya. Ia tahu, ini bukan waktunya untuk membangunkan Seruni. Terlalu banyak yang sedang dipertaruhkan. Terlalu banyak luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Perlahan, ia berdiri, mengambil ponsel dari meja di samping ranjang. Jarinya bergerak cepat, menekan kontak Renata.Nada sambung berdengung di telinga, dan dalam bebe

  • Kebangkitan Naga Perang   528. Romantis

    Di luar, Horizon City masih terus berdenyut. Tapi di dalam suite itu, waktu seolah melambat. Dua manusia duduk di ambang sesuatu yang belum mereka beri nama—lebih dari hubungan, lebih dari misi, lebih dari takdir.Rendy memandangi wajah Seruni dengan mata yang tak sekadar melihat—tapi mencoba menyelami. Setiap gurat halus, setiap bayangan yang jatuh di pipinya akibat cahaya lembut dari lampu meja, terasa seperti sebuah teka-teki yang ingin ia pahami sepenuhnya. Bukan karena ia mirip seseorang dari dunia lain. Bukan karena nostalgia atau takdir. Tapi karena sosok perempuan ini—di sini, malam ini—telah menggetarkan sesuatu yang lebih nyata dalam dirinya.“Seruni ...” suaranya rendah, nyaris bergetar, seolah kata-kata itu menuntut keberanian tersendiri. “Kalau aku menyentuhmu malam ini … itu bukan karena kamu mengingatkanku pada seseorang dari dunia paralel. Tapi karena aku ingin mengenalmu, benar-benar mengenalmu … sebagai perempuan yang berdiri di hadapanku sekarang.”Seruni tak segera

  • Kebangkitan Naga Perang   527. Hotel Aurora Velaris

    Langit Horizon City malam itu tampak seperti kanvas hidup—penuh warna, gerak, dan gemerlap cahaya yang berpendar seperti ribuan permata ditaburkan di angkasa. Jalan-jalan bersinar bak urat nadi kota yang berdetak tanpa henti, sementara gedung-gedung menjulang bagai penjaga malam yang menyimpan rahasia manusia modern.Dari lantai 49 Hotel Aurora Velaris, panorama itu terbentang megah. Jendela kaca raksasa di suite mewah mereka tak sekadar menampilkan pemandangan, melainkan menciptakan ilusi bahwa batas antara langit dan lantai telah lenyap.Di dalam, lampu-lampu sengaja diredupkan, hanya meninggalkan semburat hangat dari lampu meja dan sinar biru lembut yang memancar dari kolam jacuzzi pribadi di sudut ruangan. Aroma lavender samar dari diffuser bergelut pelan dengan uap teh dan jejak aroma sabun kayu dari kamar mandi.Seruni berdiri di dekat jendela, siluetnya menyatu dengan kerlip kota di belakangnya. Gaun satin putih yang ia kenakan jatuh mengikuti lekuk tubuhnya, membaur dengan caha

  • Kebangkitan Naga Perang   526. Ajakan Seruni

    Suara gemuruh mesin pesawat semakin keras, menggulung udara seperti gelegar badai yang tak kunjung reda. Turbulensi kecil membuat kabin sedikit bergetar, menggoyangkan tirai-tirai jendela dan gelas-gelas plastik yang masih setengah berisi di baki penumpang. Lampu kabin meredup seiring malam yang kian merayap, menciptakan suasana samar yang mengaburkan batas antara realita dan bisikan perasaan.Di tengah kekacauan bunyi itu, Seruni hanya tersenyum—sebuah senyum yang tidak menjawab, tapi juga tidak menolak. Rendy sempat bertanya sesuatu, namun kata-katanya tertelan oleh bisingnya dunia. Gadis itu mendekat, tubuhnya sedikit condong ke arah Rendy, seperti sebuah rahasia yang hendak diungkapkan hanya untuknya.Nafas hangatnya menyentuh telinga Rendy, membawa aroma samar yang memabukkan—seperti bunga melati yang mekar diam-diam di malam hari, ketika tak ada mata yang memandang tapi keharumannya tak bisa dihindari.“Apa kamu benar-benar ingin cari tahu, Rendy?” bisiknya. Lembut. Menggoda. Pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status