Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 437. Kekuatan Iblis Guardian

Share

437. Kekuatan Iblis Guardian

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 21:22:45

Guardian mengangkat wajahnya, menatap langit yang kini berdenyut dengan energi gelap. Cahaya ungu berputar-putar di atas mereka, membentuk lingkaran raksasa dengan simbol-simbol kuno yang berpendar di setiap sisinya. Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit mulai aktif sepenuhnya.

Rendy mengeratkan genggamannya pada pedang, tubuhnya masih dipenuhi luka dari bentrokan sebelumnya. Namun, semangatnya tidak redup sedikit pun. Sebaliknya, auranya semakin menggelegar, menyelimuti sekelilingnya dengan tekanan luar biasa. Ia menatap Guardian dengan penuh keteguhan.

"Jika aku tidak menghancurkan formasi ini sekarang, kehancuran akan menelan dunia ini," gumamnya.

Guardian berdiri perlahan, tubuhnya gemetar karena luka yang ia derita. Namun, tatapan matanya masih menyala dengan tekad. "Kau memang luar biasa, Rendy. Tapi aku belum mengeluarkan seluruh kekuatanku."

Sekelebat, Guardian mengangkat kedua tangannya ke atas. Energi hitam berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran yang semakin membesar. Dari p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   531. Menemui Clarissa Tan

    Helikopter meluncur di atas lautan biru kehijauan yang luas, membelah awan tipis yang menggantung rendah. Di kejauhan, Shadow Island mulai terlihat—pulau kecil yang terisolasi, dikelilingi tebing tinggi dan hutan gelap seperti pelindung alami dari dunia luar.Di dalam kabin, suara baling-baling terasa seperti detak jantung yang memburu. Renata duduk di seberang Rendy, mengenakan sabuk pengaman dan menatap jendela, namun jelas pikirannya tidak ada di sana. Matanya kosong, tak menatap langit, tak menatap laut. Ia sedang mengukur luka di dalam hatinya, luka yang tidak terlihat tapi terasa tajam.Rendy ingin bicara, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Ia hanya bisa menatap jemari tangannya sendiri—yang dulu digunakan untuk menyelamatkan nyawa, kini justru tak mampu melindungi perasaan orang yang ia cintai.Loksa di kursi depan hanya menoleh sekali, matanya tajam seperti biasa."Kita akan mendarat dalam tiga menit. Cuaca tenang, tapi energi spiritual di pulau ini tidak."Rendy menganggu

  • Kebangkitan Naga Perang   530. Memerlukan Jawaban

    Ponsel masih tergenggam di tangan Rendy. Jemarinya membeku, sementara pikirannya berkelana terlalu jauh, terlalu cepat. Pertanyaan Renata menggantung di udara seperti kabut dingin: “Kak Rendy sendirian, kan?”Rendy menatap ke arah tempat tidur. Seruni mulai bergerak, menggeliat pelan seperti kucing yang baru terbangun. Cahaya matahari pagi menyapu sebagian wajahnya, menyilaukan bulu matanya yang perlahan terbuka. Tatapan mereka bertemu.Hening.Seruni mengangkat tubuhnya, duduk di atas ranjang sambil mengusap mata. “Kamu mau pergi?” tanyanya pelan, suaranya masih berat, namun mengandung ketulusan yang membuat dada Rendy sesak.Ia mengangguk pelan. “Aku harus ke Shadow Island. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan … seseorang yang harus kutemui.”Seruni menatapnya dalam-dalam. Mata itu, mata yang pernah menyaksikan dunia runtuh di sekelilingnya, kini terlihat rapuh. Namun, bukan karena takut—melainkan karena ia tahu dirinya tak bisa ikut.“Clarissa, ya?” tanyanya pelan.Rendy tak menjawa

  • Kebangkitan Naga Perang   529. Bingung

    Langit masih berwarna biru kelam ketika Rendy membuka matanya. Udara pagi yang dingin menyusup lewat celah jendela Hotel Aurora Velaris, menggigit kulitnya dan membuatnya menghela napas panjang. Aroma samar linen bersih dan embusan angin laut yang asin terasa menyelimuti ruangannya yang hening.Ia duduk di sisi tempat tidur, matanya menatap sosok Seruni yang masih terlelap di balik selimut putih tebal. Nafas gadis itu teratur, tenang, dan sesekali terdengar gumaman kecil dari bibirnya yang bergerak dalam mimpi. Wajahnya terlihat damai—terlalu damai untuk diganggu dengan berita bahwa ia harus ditinggal pagi-pagi sekali.Rendy menghela napas pelan. Ada pergolakan di dadanya. Ia tahu, ini bukan waktunya untuk membangunkan Seruni. Terlalu banyak yang sedang dipertaruhkan. Terlalu banyak luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Perlahan, ia berdiri, mengambil ponsel dari meja di samping ranjang. Jarinya bergerak cepat, menekan kontak Renata.Nada sambung berdengung di telinga, dan dalam beb

  • Kebangkitan Naga Perang   528. Romantis

    Di luar, Horizon City masih terus berdenyut. Tapi di dalam suite itu, waktu seolah melambat. Dua manusia duduk di ambang sesuatu yang belum mereka beri nama—lebih dari hubungan, lebih dari misi, lebih dari takdir.Rendy memandangi wajah Seruni dengan mata yang tak sekadar melihat—tapi mencoba menyelami. Setiap gurat halus, setiap bayangan yang jatuh di pipinya akibat cahaya lembut dari lampu meja, terasa seperti sebuah teka-teki yang ingin ia pahami sepenuhnya. Bukan karena ia mirip seseorang dari dunia lain. Bukan karena nostalgia atau takdir. Tapi karena sosok perempuan ini—di sini, malam ini—telah menggetarkan sesuatu yang lebih nyata dalam dirinya.“Seruni ...” suaranya rendah, nyaris bergetar, seolah kata-kata itu menuntut keberanian tersendiri. “Kalau aku menyentuhmu malam ini … itu bukan karena kamu mengingatkanku pada seseorang dari dunia paralel. Tapi karena aku ingin mengenalmu, benar-benar mengenalmu … sebagai perempuan yang berdiri di hadapanku sekarang.”Seruni tak segera

  • Kebangkitan Naga Perang   527. Hotel Aurora Velaris

    Langit Horizon City malam itu tampak seperti kanvas hidup—penuh warna, gerak, dan gemerlap cahaya yang berpendar seperti ribuan permata ditaburkan di angkasa. Jalan-jalan bersinar bak urat nadi kota yang berdetak tanpa henti, sementara gedung-gedung menjulang bagai penjaga malam yang menyimpan rahasia manusia modern.Dari lantai 49 Hotel Aurora Velaris, panorama itu terbentang megah. Jendela kaca raksasa di suite mewah mereka tak sekadar menampilkan pemandangan, melainkan menciptakan ilusi bahwa batas antara langit dan lantai telah lenyap.Di dalam, lampu-lampu sengaja diredupkan, hanya meninggalkan semburat hangat dari lampu meja dan sinar biru lembut yang memancar dari kolam jacuzzi pribadi di sudut ruangan. Aroma lavender samar dari diffuser bergelut pelan dengan uap teh dan jejak aroma sabun kayu dari kamar mandi.Seruni berdiri di dekat jendela, siluetnya menyatu dengan kerlip kota di belakangnya. Gaun satin putih yang ia kenakan jatuh mengikuti lekuk tubuhnya, membaur dengan caha

  • Kebangkitan Naga Perang   526. Ajakan Seruni

    Suara gemuruh mesin pesawat semakin keras, menggulung udara seperti gelegar badai yang tak kunjung reda. Turbulensi kecil membuat kabin sedikit bergetar, menggoyangkan tirai-tirai jendela dan gelas-gelas plastik yang masih setengah berisi di baki penumpang. Lampu kabin meredup seiring malam yang kian merayap, menciptakan suasana samar yang mengaburkan batas antara realita dan bisikan perasaan.Di tengah kekacauan bunyi itu, Seruni hanya tersenyum—sebuah senyum yang tidak menjawab, tapi juga tidak menolak. Rendy sempat bertanya sesuatu, namun kata-katanya tertelan oleh bisingnya dunia. Gadis itu mendekat, tubuhnya sedikit condong ke arah Rendy, seperti sebuah rahasia yang hendak diungkapkan hanya untuknya.Nafas hangatnya menyentuh telinga Rendy, membawa aroma samar yang memabukkan—seperti bunga melati yang mekar diam-diam di malam hari, ketika tak ada mata yang memandang tapi keharumannya tak bisa dihindari.“Apa kamu benar-benar ingin cari tahu, Rendy?” bisiknya. Lembut. Menggoda. Pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status