Share

Part 28 B

"Eh, Mbak Puspa, ngapain?" ucap Rani setelah turun dari tangga. Melihatku yang sedang menyapu lantai. "Biar bi Surti aja mbak yang nyapu-nyapu." Rani langsung turun dengan tergesa-gesa.

"Nggak pa-pa, lagi. Aku udah biasa nyapu-nyapu."

Rani merebut sapu yang kupegang. "Udah mbak nggak usah."

"Bi Surti!!!" teriak Rani meneriaki Art.

Perempuan paruh bayah itu langsung keluar dengan tergesa-gesa. "Ada apa, Non? "

"Ini Bibi lantainya disapu, ya. Daripada mbak Puspa yang nyapu. Kasihan."

"Eh, nggak papa lagi. Aku malah seneng. Bisa sambil olahraga."

"Udah, Mbak Puspa santuy-santuy aja. Duduk manis di sofa sambil nonton tv."

"Bosen, Ran. Pengen ada aktivitas apa gitu."

"Ngegym aja, Mbak. Aku temenin." Atau jalan-jalan naik sepeda."

Aku mengerucutkan bibir.

Kami berdua menoleh saat Reno baru saja datang entah darimana. Cowok itu mengenakan celana training dan kaos oblong berwarna hitam. Tangannya menenteng sebungkus plastik.

"Ada apa ini?"

"Ini kak, Mbak Puspa malah nyapu-nyapu," jawab Rani dengan wajah sedikit kesal. Padahal ini bukanlah masalah yang terbilang serius.

"Nggak papa kali, nggak bikin orang sakit," jawabku malas.

Reno tersenyum, kemudian menepuk-nepuk puncak hijabku.

"Mau ice cream Ran." Reno menyodorkan splastik ice cream kepada Rani.

Rani terdiam, kemudian mengambil beberapa biji dari dalam plastik. Setelah itu, Reno meraih tanganku dan menariknya menuju ke belakang. Ke kolam renang.

"Temenin aku berenang." Reno tersenyum, mendudukkan tubuhku pada kursi kayu panjang di pinggir kolam.

Pria itu menaruh seplastik ice cream ke pangkuan, kemudian melompat ke dalam kolam.

Aku tersenyum melihat Reno begitu gesit berenang di dalam kolam.

Aku mengelupas sebungkus ice cream rasa coklat, kemudian menjilatnya dengan nikmat.

Aku tertawa kecil saat Reno menciprat-cipratkan air ke arahku. Untung hanya sampai kena kaki.

"Pus, gimana? Aku pinter, kan, berenang?" teriak Reno dari dalam kolam.

Aku manggut-manggut.

"Berenang itu bagus lho, untuk fisik. Yang pengen jadi polisi, jadi TNI harus sering-sering berenang,"  jelas Reno dari ujung sana.

"Kalau pengen tinggi juga harus rajin-rajin berenang."

"Kalau pengen kurus?" tanyaku setelah menjilat ice cream.

"Bisa juga, tapi kebanyakan orang gendut itu nggak bisa berenang." Reno terkekeh.

Aku mengerucutkan bibir.

Reno menenggelamkan dirinya ke dalam kolam, kemudian dia sudah muncul di pojok sana.

Pria itu menenggelamkan tubuhnya lagi. Tak lama kemudian, ia muncul di depanku.

Aku mendengkus, karena terjekut. Reno terkekeh, kemudian naik ke atas kolam dengan tubuh basah kuyup.

"Suapin, Pus." Reno mendekat, aku sedikit menggeser tubuh menghindari tubuhnya.

"Bekasku mau?" Aku menyodorkan ice creamku.

Di luar dugaan, Reno menggigit ice yang baru saja aku jilat. Dia sama sekali tidak merasa jijik.

"Enak," ucapnya kemudian tangannya bergerak untuk menyentuh sudut bibirku. Aku sedikit menghindar.

"Itu coklatnya nempel di bibir."

Aku langsung mengeluarkan lidahku untuk membersihkan sisa-sisa ice cream yang menempel di sudut bibir. Namun, kalah cepat dengan Reno yang menghapusnya dengan jari telunjuk.

Aku membeku beberapa saat, ketika Reno mencolek sudut bibirku.  Bekas coklat yang tadi berada di ujung bibirku kini menempel di ujung jari telunjuknya. Kemudian tanpa ragu, pria itu menjilat coklat yang menempel di ujung jarinya tersebut.

Paham nggak yang baca? Wkwkw

Reno mencolek sisa-sisa ice cream yang menempel di sudut bibirku. Kemudian menjilatnya. Yah, intinya gitu.

Pria itu benar-benar membuat jantungku berdetak kencang.

Reno tersenyum, kemudian kembali melompat. Menceburkan diri ke dalam kolam. Bagaikan ikan lumba-lumba. Dia berenang cukup cepat. Sesekali Reno memakai gaya kupu-kupu.

"Pus, kapan kamu berhenti dapetnya."

"Nggak tahu," jawabku sambil melahap ice cream bekas gigitan Reno tadi.

"Yah, lama enggak?" tanya Reno kemudian kembali menyelam.

"Nggak tahu."

"Aku dua hari lagi ada tugas."

"Tugas apa?"

"Menyelidiki bandar narkoba di Bandung." Reno sedikit nemelankan nada bicaranya. Takut ada yang mendengar.

"Berapa hari?"

"Mungkin seminggu."

"Yah!" Aku menghela napas kecewa.

"Makanya, kapan kamu berhenti menstruasi. Kita belum malam pertamaan."

"Mana kutahu lah."

"Dasar!"

"Kalau seminggu, aku pulang ke Lampung ajalah, nemenin Pita."

"Gimana, sih?"

"Ya ngapain aku di sini, orang kamunya nggak ada."

"Nemenin mama, lah."

"Di sini, aku nggak punya aktivitas. Bosen jadinya.".

"Shopping-shopping kan bisa."

"Aku nggak hobi shopping."

"Ya seneng-seneng kek. Rumah kamu kan di sini."

***

Aku terlonjak girang sehabis keramas. Aku buru-buru mencari Reno. Rupanya dia sedang...

Ah, aku langsung bergindik-gindik sebal. Reno sudah menakai sepatu dan tas ransel di punggungnya.

"Mau ke mana?"

"Aku harus berangkat sekarang."

"Nggak bisa ditunda?"

"Sorry, Pus."

Reno memelukku. Kemudian mengecup puncak kepalaku.

Apakah dia tidak sadar, aku habis keramas?

Reno berpamitan, kemudian pergi dari rumah.

Padahal aku baru saja ingin mengatakan bahwa sekarang aku bisa....

Dipakai bersenang-senang.

Bersambung...

Next or no?

Comment dong, biar makin semangat updatenya hehe...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status