Compartir

Bab 306

Autor: Lilis
last update Última actualización: 2025-11-30 16:24:16

Di dalam gubuk akar itu, suasana hening. Hanya suara kabut di luar yang mendesis halus, seperti bisikan makhluk yang bersembunyi.

Lin Yue duduk bersila, mengambil kantong kecil dari ruang penyimpanan spiritualnya. Ia mengeluarkan beberapa makanan kering—roti kering, kaldu pekat dalam labu bambu, dan buah buahan.

Ia menyusunnya di atas daun besar, lalu menatap Mo Han yang bersandar di dinding, pedangnya tetap di pangkuan.

“Mo Han,” ucap Lin Yue datar. “Mo Han ayo makan.”

Mo Han mempersempit mata, tidak bergerak.

“Aku tidak lapar, kau saja.”sambil. Menatap makanan di depannya.

Lin Yue menghela napas dalam, ia menoleh ke arah Mo Han yang tidak jauh darinya di kita sudah lelah karena pertarungan tadi,kau juga laparkan, dan kau sepertinya selalu kesal sepanjang perjalanan.

“Kau belum makan sejak pagi,” katanya sambil menahan emosi.

Mo Han akhirnya menoleh, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.

“Dan aku tidak makan makanan yang bisa saja kau simpan racun di dalamnya
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 337

    Lin Yue menatap barisan para tetua tanpa berkedip. Matanya dingin, tajam—seolah setiap wajah tua di hadapannya hanyalah halaman terbuka yang sudah ia baca sejak lama. “Sejak awal,” ucapnya pelan, suaranya tenang namun menghantam, “sejak saat kalian mengundangku bersama Qingyan, aku sudah tahu maksud kalian.”ucap Lin Yue sambil menatap mereka dengan datar dan tajam. Salah satu tetua menyipitkan mata. Yang lain mengeraskan rahang, aura mereka berdenyut semakin berat. “Aku tidak bodoh,atau aku terlalu pintar” lanjut Lin Yue, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. “Aku tahu kalian tidak pernah melakukan sesuatu tanpa tujuan,makanya aku pura pura tidak tahu dan mengikuti arus sampai di titik ini." Ia menggeser tatapannya, berhenti tepat pada tetua di tengah. “Aku mengiyakan,” katanya jujur. “Karena aku juga membutuhkan informasi.” Keheningan menegang. “Namun yang membuatku terkejut…” Lin Yue melanjutkan, nadanya merendah, “Adalah saat aku menyadari bahwa apa yang ka

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 336

    Aura para tetua meledak bersamaan. Tekanan berat turun seperti gunung runtuh—tanah di bawah kaki retak membentuk pola petir, udara bergetar, napas siapa pun selain mereka seolah langsung tercekik.cukuo membuat kekuatan di bawah mereka sekarat. Namun—. Lin Yue tidak bergerak. Tidak mundur. Tidak menunduk. Bahkan rambutnya pun berkibar. Para tetua menatap Lin Yue dengan tatapan bingung,mustahil jika kekuatannya berada di level lebih tinggi dari pada mereka pikirnya. “Mustahil…” gumam salah satu dari mereka, suara seraknya bergetar. “Dengan tingkat kultivasinya, dia seharusnya—” “—Sudah bisa membuatnya mati,” sambung yang lain, rahangnya mengeras. Lin Yue mendengar semuanya. Ia mengangkat kepalanya perlahan, tatapan matanya tajam seperti jurang tanpa dasar. Lalu— Ia menyeringai. Senyumnya lebar, jelas, tenang… dan sepenuhnya menghina para tetua yang merasa di atas. “Tekanan aura?” katanya pelan, seolah sedang menilai sesuatu yang membosankan. “Kalian benar-b

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 335

    Keheningan pecah oleh satu hal. ketidakwajaran. Para tetua itu berdiri di hadapan mereka dengan jubah merah–hitam yang sama sekali asing. Tidak ada lagi warna suci. Tidak ada lagi simbol kebijaksanaan. Aura yang menguar dari tubuh mereka pekat, menyesakkan, dan… jujur. “Para tetua…?” suara Yun Chen nyaris tak keluar. “Itu… benar-benar kalian? Jadi benar… kalian tega berbuat jahat pada murid kalian sendiri?” Wei Yang mundur setengah langkah tanpa sadar. Tangannya gemetar, matanya membelalak menatap pakaian yang tak pernah ia bayangkan akan dikenakan oleh orang-orang yang selama ini ia hormati. “Jubah itu…” Su Yu berbisik, suaranya pecah. “Itu bukan pakaian sekte. Walaupun aku sudah mencurigainya… aku tidak pernah menyangka kalianlah dalangnya.” Ning Xue memucat. “Mereka… bahkan tidak berusaha menyembunyikannya lagi,” katanya pelan, raut wajahnya penuh kekecewaan. “Baguslah. Kini mereka datang sebagai musuh kita.” Beberapa dari mereka refleks menunduk—bukan karena hormat, melaink

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 334

    Saat itu juga, ular iblis itu menatap Yu Yan. Matanya— hitam pekat. Namun Yu Yan tidak memberontak. Tidak menjerit. Tidak bergerak. Ia hanya diam… terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja berada di ambang kematian. Keheningan itu justru lebih menakutkan. Semua orang menatap Lin Yue hampir bersamaan—tatapan penuh pertanyaan, ketakutan, dan harapan yang nyaris runtuh. Lin Yue menghela napas perlahan. Pemandangan itu… terlalu familiar. Ia teringat pada Pangeran Mo."Apa apaan ini kenapa bisa jadi begini?."ucapnya lirih."Junior Lin Yue apa yang kau lakukan kenapa dia jadi begitu?."Tanya Wei yang penasaran.Lin Yue ingin mengucapkan tapi tidak jadibkarena ia juga tidak tahu,bagaimana ia menjelaskannya. Pada saat matanya juga pernah berubah gelap—saat ia menjadi wadah Raja Iblis. Namun Yu Yan bukan wadah. Lalu apa yang terjadi padanya? Apa yang Raja Iblis itu lakukan…? Atau—siapa yang menyentuhnya lebih dulu?Lin Yue terus bermonolog dengan pikirannya t

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 333

    Tatapannya sempat mengikuti tubuh ular iblis yang masih menggeliat liar di kejauhan—namun hanya sesaat. Lin Yue segera berbalik, matanya jatuh pada Xue Feng yang tergeletak tak bergerak, dan Yu Yan yang napasnya tinggal benang tipis. “Kita mundur,” ucap Lin Yue tegas. “Kita selamatkan mereka dulu.” Tidak ada satu pun yang membantah. Bagi mereka, membunuh ular iblis tidak ada artinya jika harus menukar nyawa satu teman. Mo Han segera menggendong tubuh Xue Feng ke punggungnya. Lin Yue menahan Yu Yan di lengannya, sementara Ning Xue dan Su Yu membantu menopang. Wajah mereka pucat, langkah mereka goyah—namun tidak ada yang berhenti. Mereka berlari. Menyusuri lorong demi lorong gua yang gelap dan bercabang. Raungan ular iblis masih terdengar jauh di belakang—menggema, memantul di dinding batu, membuat jantung mereka tak pernah benar-benar tenang. Waktu terasa sangat lama. Hingga akhirnya— “Di sana!” Yun Chen menunjuk ke sisi dinding gua. Sebuah lubang sempit terlihat

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 332

    Formasi melingkar terbentuk dengan cepat.Para laki-laki berada di garis depan, sementara para perempuan menjaga celah di belakang dan di sisi. Napas mereka tersengal-sengal karena berlari sekuat tenaga, keringat membasahi pakaian mereka.Ular iblis itu bergerak lebih dulu.Tubuhnya meluncur di tanah dengan suara gesekan menjijikkan, sisiknya bergemeretak saat menghantam batu. Kepalanya terangkat tinggi, lalu—BRUUUS!Ia menerjang mereka, namun masih berhasil mereka halau.“Yun Chen, awas di sebelah kirimu!” teriak Lin Yue.Yun Chen langsung menoleh dan menangkis saat mulut buas itu hampir melahap kepalanya.CLANG! CLANG!Saat giginya beradu dengan pedang mereka, getaran keras langsung menjalar ke tangan. Taring itu jauh lebih keras daripada besi.“Berat…!” Wei Yang menggeram, lututnya nyaris tertekuk.Melihat itu, Yun Chen segera membantu Wei Yang yang sudah kesulitan menahan tekanan karena tenaga ular iblis jauh lebih besar dari mereka.Yun Chen dan Lan Jing bergerak bersamaan. Yun

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status