Home / Urban / Kebangkitan Sang Raja Teknologi / Bab 16. Berkeliaran Dalam Dugaan

Share

Bab 16. Berkeliaran Dalam Dugaan

Author: KiraYume
last update Last Updated: 2025-08-04 20:00:40

Suasana di kantor pusat CyberShield mendidih dalam diam. Pendingin ruangan tidak cukup menurunkan suhu di ruangan Radja yang mulai kehilangan kendali. Ia berdiri, membungkuk di atas meja marmer hitam yang bersih sempurna, lalu menghantamnya dengan telapak tangan.

“Apa maksudmu mereka tidak memperpanjang kontrak dan pindah ke startup antah berantah?!” teriaknya ke kepala penjualan yang berdiri canggung, berkeringat di bawah cahaya lampu gantung yang terlalu terang.

Valeria duduk di kursi kulitnya, membaca laporan fluktuasi saham harian di tablet dengan ekspresi datar. Tidak ada keterkejutan. 

“Sudah kubilang. Kita meremehkannya. Dia tidak akan tinggal diam, Radja,” ucapnya pelan, jenuh atas peringatan yang sudah ia ulang untuk kesekian kalinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 20. Semua Menyatu

    Perdebatan telah berakhir. Semua penolakan, ragu-ragu, dan ketakutan yang sempat bergema di ruangan itu kini larut, digantikan oleh kesunyian yang jauh lebih dalam. Fokus. Dalam keheningan itu, tak ada yang terasa pasif. Setiap napas, gerakan, dan tatapan mengandung tujuan. Mereka bukan lagi sekadar sekelompok yang tertindas. Mereka kini adalah sebuah unit operasi. Tersusun. Tertarget. Terikat oleh satu misi yang sama.Clara berdiri dari kursinya dengan gerakan pasti, lalu mengambil spidol warna biru dari tray di bawah papan tulis digital. Suaranya jernih dan tak terbantahkan ketika mulai berbicara."Baiklah. Operasi Aurora," katanya sambil menggambar garis horizontal yang membentang di tengah layar. "Fase satu: infiltrasi digital. Freya, Raven, Tirta. Fase dua: penguatan pertahanan. Leo. Fase tiga: strategi pasar pasca-serangan. Itu bagianku."Ia menambahkan tiga titik besar di sepanjang garis waktu, menandainya dengan kode warna berbeda. Lalu dengan cepat, ia menambahkan rentang es

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 19. Sunyi yang Menipu

    Raven tidak langsung menjawab, membiarkan setiap kepala mencerna bukan hanya strategi yang ia lontarkan, tapi juga kemungkinan besar bahwa mereka bisa mengubah permainan.Freya menyentuh dagunya, matanya menatap papan, tapi pikirannya jelas sudah bergerak jauh lebih cepat dari gerakan tangannya. Ia menggigit ujung kukunya sebentar, lalu bersuara, seolah berbicara pada dirinya sendiri."Tunggu... Itu berarti, kita tidak perlu menembus pertahanan utama Aurora sama sekali. Kita hanya perlu mengaktifkan backdoor di sistem AI CyberShield yang sudah terhubung dengan mereka."Raven menoleh pelan, setengah tersenyum. "Tepat. Kita tidak mendobrak gerbang depan kastil. Kita menggunakan terowongan rahasia yang sudah kita bangun sendiri. Kita hanya perlu mencari kuncinya. Mudah-mudahan belum berkarat."

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 18. Menjadi Penyerang

    Keheningan yang menggantung di markas Quantix terasa seperti dinding tak kasatmata yang perlahan menyesakkan dada. Semua orang memandang ke arah Raven, menunggu. Beberapa dengan tatapan bingung, yang lain dengan sorot curiga.Raven berdiri tegak, tangannya menyilang di dada. Di balik sorot matanya yang tajam, pikirannya berkelindan liar. Ia tahu ini gila. Ia tahu, dari sudut pandang siapa pun, rencananya akan terdengar sembrono, jika tidak nekat.Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara datar yang sulit ditebak emosinya."Ini bukan sesuatu yang lain," ucapnya pelan. "Ini adalah efisiensi. Kenapa kita harus memenangkan sepuluh pertempuran kecil kalau kita bisa mengakhiri perang dengan satu pertempuran besar?"Clara mendongak dari kursi sebelah

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 17. Dunia Yang Lebih Besar

    Sorak-sorai di markas Quantix mulai mereda, meninggalkan ruang terbuka yang dipenuhi napas lega dan tawa kecil yang tersisa. Para anggota tim masih berdiri berkelompok, mengangkat gelas kopi dingin mereka dengan semangat, merayakan keberhasilan yang baru saja dicapai. Di dinding besar, grafik pertumbuhan dan indeks pujian dari media menghiasi layar—bukti kemenangan yang layak dibanggakan.Tapi Raven berdiri sedikit menjauh, di sisi ruang kerja yang tak terlalu terang. Ponselnya ada di genggaman, dan sorot matanya tidak memantul kemeriahan yang sama. Layar ponsel memancarkan cahaya tipis yang menyorot wajahnya yang berubah tegang. Di sana, hanya ada satu pesan, terenkripsi, tanpa nama pengirim, hanya susunan karakter acak sebagai alamat."Prolog yang bagus. Aku menantikan pertunjukan selanjutnya."Kalimat pendek itu terasa tajam. Tidak jelas apakah itu pujian atau peringatan. Tapi bagi Raven, tidak ada yang samar. Ezio sedang menonton. Entah dari mana, entah sejak kapan, dan entah seja

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 16. Berkeliaran Dalam Dugaan

    Suasana di kantor pusat CyberShield mendidih dalam diam. Pendingin ruangan tidak cukup menurunkan suhu di ruangan Radja yang mulai kehilangan kendali. Ia berdiri, membungkuk di atas meja marmer hitam yang bersih sempurna, lalu menghantamnya dengan telapak tangan.“Apa maksudmu mereka tidak memperpanjang kontrak dan pindah ke startup antah berantah?!” teriaknya ke kepala penjualan yang berdiri canggung, berkeringat di bawah cahaya lampu gantung yang terlalu terang.Valeria duduk di kursi kulitnya, membaca laporan fluktuasi saham harian di tablet dengan ekspresi datar. Tidak ada keterkejutan.“Sudah kubilang. Kita meremehkannya. Dia tidak akan tinggal diam, Radja,” ucapnya pelan, jenuh atas peringatan yang sudah ia ulang untuk kesekian kalinya.

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 15. Bebas Dari Belenggu

    “Dengar ini,” kata Clara, jarinya menekan sepotong teks pada layar tablet yang terpantul jelas ke layar besar. Semua anggota tim mencondongkan tubuh. “Dalam sesi pemeriksaan saksi kemarin, salah satu investor menyebut, dan ini kutipan langsung: ‘Radja bilang, satu-satunya cara menghentikan Raven adalah dengan mengikatnya di pengadilan, bukan dengan bersaing di pasar’.” Clara lalu memembuka sebuah file audio yang memutar persis kata-kata dari investor tersebut. Ruangan terdiam. Freya meletakkan laptopnya. Tirta yang sedang mengatur kabel berhenti. Bahkan Leo, yang biasanya sinis, mendekat dengan ekspresi baru.“Dia baru saja mengaku bahwa semua ini bukan karena kompetisi bisnis,” lanjut Clara, matan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status