Share

Bab 8 Marah

"Naomi, nggak perlu bertengkar sama mereka demi membela aku," kata Yuki yang kasihan melihat perlakuan Keluarga Harison terhadap Naomi.

Yuki mengkhawatirkan kehidupan Naomi di Keluarga Harison. Menjadi istri dari keluarga konglomerat bukanlah hal yang mudah dijalani.

Naomi melambaikan tangan. "Selama ini mereka nggak pernah menghargai aku. Sekarang aku nggak perlu sungkan, sebentar lagi aku dan Clay akan bercerai."

Demi Clay, Naomi selalu berusaha keras untuk menyanjung anggota Keluarga Harison. Tidak peduli bagaimana Keluarga Harison memperlakukannya, Naomi berharap suatu saat nanti mereka bisa menerimanya. Sayangnya anggota Keluarga Harison tidak pernah menerima Naomi, mereka hanya berhubungan dengan orang-orang yang dianggap setara.

Di saat bersamaan, Naomi mengeluarkan ponselnya yang bergetar. Kemudian Naomi memutar bola mata sambil menunjukkan ponselnya kepada Yuki. "Nih, lihat!"

Tidak perlu ditanya, Naomi sudah tahu untuk apa Clay meneleponnya.

"Halo?" Naomi menjawab panggilan Clay.

"Kamu bicara apa ke Corin?" tanya Clay.

"Kamu nggak tahu? Kalau nggak tahu ngapain telepon? Oh iya, barusan aku bertemu Corin dan Mauren. Aku nggak nyangka, ternyata wanita itu dekat banget sama keluarga kalian?" jawab Naomi dengan nada menyindir.

Meskipun hanya berbicara melalui telepon, Naomi menyadari napas Clay yang terdengar berat. Naomi langsung menutup panggilan tersebut, lalu memejamkan mata untuk menyembunyikan kekecewaannya.

"Aku nggak nyangka hubungan kalian jadi gini." Yuki menghela napas panjang.

Yuki mendengar pembicaraan Naomi dan Clay di telepon. Tak hanya Naomi yang ketus, nada bicara Clay pun terkesan menyalahkan Naomi.

Tak lama setelah menutup telepon Clay, sekarang malah Indira yang menelepon Naomi.

Naomi menatap Yuki dengan frustrasi. Dia tidak ingin sahabatnya melihat sisi kehidupannya yang menyedihkan. "Yuki, aku harus pulang, kamu nggak perlu mengantarku."

Sebenarnya orang-orang terdekat mengetahui bagaimana kehidupan Naomi, mereka hanya tidak pernah mempertanyakannya secara langsung di hadapan Naomi.

Yuki mengangguk. "Hati-hati di jalan."

Setelah masuk ke dalam taksi, Naomi baru menjawab panggilan Indira. Sesaat Naomi menjawab panggilan tersebut, suara Indira yang ketus langsung terdengar di ujung telepon. "Datang ke wastu sekarang juga!"

"Nggak ada waktu," Setelah menjawab, Naomi langsung menutup teleponnya tanpa memberikan Indira kesempatan merespons. Naomi juga membisukan nada dering ponsel. Tidak peduli berapa kali Indira menelepon, Naomi tidak menjawab panggilannya.

....

Sesampainya di rumah, Naomi mengajak Bibi Arum untuk merapikan tanaman-tanaman di rumah.

Bibi Arum adalah pelayan di rumah. Sejak bekerja di rumah ini, Bibi Arum selalu memperlakukan Naomi dengan baik.

Di saat Naomi dan Bibi Arum sedang merapikan tanaman, telepon rumah berdering.

"Bi, tolong angkat teleponnya," pinta Naomi.

"Baik." Bibi Arum pergi menjawab telepon.

Entah apa yang dibicarakan orang di ujung telepon, tetapi raut wajah Bibi Arum tampak tegang. Setelah orang di ujung telepon selesai bicara, Bibi Arum menjawab sambil mengerutkan alis, "Nona Naomi pulang sekitar jam 9 pagi."

"Benar, Nona tidak pergi ke mana-mana setelah pulang," kata Bibi Arum.

"Krak." Naomi memotong batang bunga mawar. Sorotan mata Naomi terlihat masam, dia tahu apa yang terjadi, Mauren pasti sudah diculik.

Naomi lanjut merapikan bunganya, sementara Bibi Arum menutup telepon dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa

"Siapa yang telepon?" Naomi bertanya kepada Bibi Arum.

"Tuan Muda yang telepon," jawab Bibi Arum.

Apakah Clay layak disebut suami? Saat Mauren diculik, orang yang pertama dicurigai Clay adalah Naomi. Selama sepuluh tahun ini, apa yang Naomi dapatkan?

Walaupun sedang menjalani kehidupan baru, Naomi bergidik mengingat pengalaman pahitnya.

"Clay tanya apa?"

"Tuan menanyakan kapan Nona pulang. Lalu apakah Nona pergi lagi setelah pulang," jawab Bibi Arum.

Naomi mengangguk, sebentar lagi dia akan menghadapi pertempuran besar.

Naomi meletakkan gunting yang dipegang, lalu berkata kepada Bibi Arum, "Siang ini aku mau makan hotpot."

Naomi mau merayakannya. Walaupun sebentar lagi Naomi akan menjadi korban fitnah, dia harus makan yang banyak untuk melawan para musuhnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status