แชร์

Bab 5 Pelukan

ผู้เขียน: Miss Luxy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-24 17:54:43

Vina membuka matanya dan langsung melepaskan tangan Ramli dari pundaknya. Tentu saja Ramli sangat terkejut dengan sikap Vina yang tiba-tiba pergi.

"Sudah cukup! Terima kasih banyak atas pijitin nya, sekarang udah agak mendingan!" kata wanita itu sambil duduk sedikit menjauh dari Ramli.

Ramli sendiri juga tidak bisa memaksa majikannya. Pria itu pun ikut duduk di ranjang yang sama namun mereka saling berjauhan.

"Maaf jika saya sudah membuat Bu Vina merasa tidak nyaman," kata Ramli merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa, santai saja!" jawab Vina yang sejatinya ia juga sangat gugup.

"Baiklah, saya akan berusaha untuk santai, lalu...setelah ini kita ngapain lagi? Apa kita segera ke tujuan utama? Bikin anak?"

Kata-kata Ramli langsung membuat Vina meremang, bulu kuduknya berdiri, bukan karena ada setan, tapi kata-kata Ramli terasa menghantui pikiran melebihi seekor setan.

"Emmm gimana, ya! Jujur, aku tuh nggak bisa nafsu dengan pria lain selain sama suamiku sendiri. Jadi, aku minta maaf jika nanti aku nggak bisa bayangin wajahmu, karena hanya suamiku yang selalu ada di pikiranku!" kata Vina terus terang.

Ramli tertawa dan bisa memahami ucapan istri majikannya.

"Tidak apa-apa, Bu Vina. Saya sangat mengerti sekali. Tapi, saya akan usahakan untuk membuat Bu Vina senyaman mungkin, saya juga tidak mungkin menyakiti Anda. Saya akan melakukannya sesuai request, jika Anda minta slow, oke saya bisa. Anda minta kecepatan sedang-sedang saja, saya juga tidak keberatan. Bahkan, Anda minta full tenaga, saya juga tidak masalah sama sekali!"

Kata-kata Ramli cukup membuat Vina tertawa kecil.

Rasanya aneh saja, untuk membicarakan hal tabu itu terasa seperti memesan ojek.

Ramli melihat Vina tertawa kecil, pria itu pun garuk-garuk pelipisnya, apa salah dengan ucapannya?

Bukankah ia dibayar untuk menghamili istri orang?

Seharusnya ia harus bisa memberikan pelayanan yang senyaman mungkin untuk Vina. Agar wanita itu tidak trauma misal mereka melakukan hubungan intim lagi jika kehamilan belum berhasil.

"Kenapa ketawa, Bu? Ada yang lucu, ya?" tanya Ramli sambil mengulum senyumnya.

Vina menegakkan kepalanya, sejenak wanita itu tersenyum hingga menunjukkan deretan giginya yang putih bersih.

Beda sekali dengan gigi Ramli yang berwarna putih keruh bahkan cenderung kekuningan karena terlalu banyak minum kopi dan merokok.

"Astaga, apa yang sedang terjadi pada kita, Ramli? Ini sangat tidak masuk akal, bukan? Lucu sekali!" kata Vina sambil menggelengkan kepalanya.

Ramli ikut tertawa, "Entahlah, Bu. Saya juga tidak menyangka bisa mendapatkan pekerjaan seperti ini dari Pak Rangga. Menghamili Anda adalah sesuatu yang sangat tabu dan terlarang. Tapi, sepertinya kita sama-sama membutuhkan hal ini. Bu Vina ingin anak, dan saya ingin membiayai anak-anak saya di desa!" kata Ramli yang seketika menarik perhatian Vina untuk membicarakan anak-anak pria itu.

"Anak-anakmu tinggal sama neneknya?" tanya Vina. Ramli mengangguk lemah.

"Ohhh, lalu, apa kamu tidak ingin menikah lagi? Kamu masih muda dan kuat, pasti banyak wanita yang ingin menjadi istrimu!" kata Vina lagi.

Ramli menundukkan wajahnya sambil menggelengkan kepala. "Saya berjanji tidak akan menikah lagi. Almarhum istri saya adalah wanita terakhir dalam hidup ini, saya hanya fokus membesarkan anak-anak, itulah kenapa saya merantau ke Jakarta dan kebetulan bertemu dengan Pak Rangga saat beliau dikejar-kejar preman."

Ramli mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya. "Beliau membawa saya ke rumah kalian dan dipercaya sebagai kepala pelayan. Sungguh, ini adalah kehormatan untuk saya, sampai akhirnya, saya harus melakukan sesuatu yang sangat besar yakni... Dibayar untuk menghamili istrinya!"

"Memang tidak sesuai dengan hati kecil saya, tapi rengekan anak kedua yang ingin dibelikan sepeda, membuat hati saya goyah, terpaksa saya harus menerima tawaran Pak Rangga. Maafkan saya, Bu!" ungkap Ramli yang seketika membuat Vina merasa kasihan.

"Iya, aku juga seperti itu. Rasanya ini sangat mustahil ya, kan? Tapi, Papa terus mendesakku untuk segera punya anak. Jika tidak, Papa akan memecat suamiku dari jabatannya dan aku tidak ingin itu terjadi, aku sangat menyayangi suamiku. Kamu ngerti perasaanku, kan?" balas Vina yang tanpa sadar wanita itu menangis.

Melihat wanita yang sedang menangis, membuat jiwa melankolis seorang Ramli luluh.

Pria berotot itu tak tega melihat Vina bersedih, reflek pria itu bergerak mendekat dan duduk di samping Vina.

"Aku takut sekali, Ram! Takut kehilangan semuanya!" Vina makin sesenggukan. Sontak, Ramli memeluk wanita itu untuk menenangkannya.

Dan entah kenapa, Vina langsung menyandarkan kepalanya pada dada besar sang pelayan. Seakan-akan ia merasa mendapatkan ketenangan ketika berada di dalam pelukan pria itu.

BERSAMBUNG

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 167 anaknya ayah??

    Rangga menyeret kedua anak itu dengan kasar. Sungguh, ia tidak ingin anak-anak Ramli ada di rumahnya, sudah pasti sang istri akan semakin dekat dengan keluarga Ramli karena ia tahu jika Vina sangat menyukai anak-anak. Di saat yang bersamaan, Vina datang dan segera menghadang suaminya yang sedang membawa kedua bocah itu dengan kasar. "Berhenti, Mas!" teriak Vina dan seketika Rangga berhenti. Pria itu menoleh ke arah di mana Vina sedang berlari kecil ke arah mereka. "Bu Vina, kami takut!" teriak Ayu yang terlihat seperti sedang menggigil saking takutnya. Vina langsung mengambil kedua anak itu dari tangan sang suami. "Lepaskan mereka, Mas!" sahut Vina dengan kesal. "Vin! Kamu sadar nggak sih apa yang sudah kamu lakukan? Kamu biarkan anak-anak kampung ini datang ke rumah kita! Ingat, Vin. Kamu ini sedang hamil, aku tuh cuma nggak mau kehamilanmu terganggu karena dua bocah kotor ini! Pasti mereka nggak jauh beda dengan bapaknya yang dekil itu!" kata Rangga. Bagas dan Ayu nampak

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 166 Lepaskan, sakit

    "Ah, sudah, sudah! Kalian sudah pasti capek, siapa yang ngantar?" Ramli langsung mengalihkan pembicaraan."Pak Dhe Romi," jawab Bagas."Pak Dhe Romi? Kok ayah nggak lihat dia?" tanya Ramli lagi."Udah pulang! Habis nganterin kami pak Dhe langsung pulang, katanya buru-buru mau ketemu sama Bu Dhe Wiwik di pematang sawah!" jawab Bagas dengan polosnya."Di pematang sawah? Ngapain?" Ramli nampak serius karena ia tahu salah satu asistennya itu sedang menjalin asmara dengan wanita bernama Wiwik."Katanya mau nanam timun, Yah!" celetuk Bagas yang tidak tahu apa-apa.Mendengar jawaban putranya, Ramli nampak menggelengkan kepala. Ia tahu apa yang sedang dilakukan oleh sang asisten bersama pacarnya itu di pematang sawah, tidak mungkin Romi betul-betul menanam timun, pasti timun lainnya."Nanam timun, ya? Dasar Romi semprul!" gerutu Ramli."Kenapa, Yah? Kok ayah kesel gitu sama Pak Dhe Romi, bukankah nanam timun itu bagus?" sahut Bagas dengan ekspresi bingung."Ya...bagus sih! Tapi kalau timunnya

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 165 takut disuntik

    "Malah ketawa! Garukin!" seru Ramli yang merasa ingin sekali digaruk. Sensasi gatal itu sangat kuat, entahlah serangga apa yang sudah menggigitnya. "Iya maaf, habisnya kamu lucu banget! Kok bisa sih digigit di tempat ini, ini kan punya aku. Pasti kamu sedang tebar-tebar pesona sama tuh serangga, makanya dia gigit!" jawab Vina sembari menggaruk pelan area yang bentol itu. Ramli tak menjawabnya karena sentuhan tangan Vina membuat sensasi gatal itu sedikit berkurang. "Ah, ya, enak banget, teruskan!" Ramli terlihat sedang memejamkan matanya, sedangkan Vina, wanita itu terus menggaruk milik Ramli yang terkena gigitan serangga. Di sisi lain, Bagas dan Ayu tidak tahu apa yang dilakukan ayah mereka di sana. Kedua bocah itu berada cukup jauh dari bibir kolam renang agar tidak ikut tercebur, mereka khawatir dan akhirnya berteriak memanggil sang ayah. "Ayah, Bu Vina! Kalian tidak apa-apa, kan?" Suara teriakan Bagas seketika membuat Vina terkesiap, begitu juga dengan Ramli yang masih belum

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 164 digigit serangga betina

    Namun Vina harus segera menolong Ramli yang sepertinya pria itu tidak bisa naik sendiri ke permukaan. Justru Ramli makin menengah apalagi airnya makin penuh, belum lagi kedalaman kolam yang cukup dalam. Vina khawatir Ramli tidak bisa berenang dan nyawanya akan terancam. Terpaksa, mau tidak mau Vina harus masuk ke dalam kolam renang untuk menyelamatkan Ramli. Meskipun ia sedang hamil, tapi Vina masih bisa berenang aktif, renang adalah olahraga favoritnya. Wanita itu segera masuk ke kolam dan ia segera berenang ke tengah untuk mendekati Ramli. "Bu Vina hati-hati!" teriak Bagas dari atas. "Keren ya, kak! Bu Vina pandai berenang juga!" sahut Ayu. Sementara itu, Vina segera meraih tangan Ramli dan berusaha untuk membawa tubuh besar pria itu untuk menepi. Ramli memegangi tangan dan juga tubuh Vina, pria itu nampak lemas karena kram itu sudah menyiksanya. Setelah beberapa saat, Vina berhasil membawa Ramli ke tangga di tepian kolam. Lalu wanita itu meminta Ramli untuk segera naik.

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 163 mengisap darah Ramli

    Vina melihat Ramli yang sedang berdiri di tepian kolam renang sambil menundukkan kepalanya. Wanita itu mengira jika Ramli sedang sibuk memeriksa kolam renang itu. "Nah, itu dia ayah kalian!" ucap Vina kepada kedua bocah yang digandengnya. Bagas dan Ayu sangat senang sekali karena akhirnya mereka bisa bertemu lagi dengan sang ayah. "Ayah! Eh, ayah sedang ngapain tuh?" ucap Ayu. "Kita kagetin yuk, Dek! Tapi kamu jangan berisik biar ayah nggak noleh!" sahut Bagas. Ayu pun mengangguk dan mereka berjalan mengendap-endap agar Ramli tidak mendengarnya. Di sisi lain Vina sendiri mendukung kedua anak itu, wanita itu berjalan di belakang Bagas dan Ayu sambil berjalan pelan-pelan. Namun, tiba-tiba saja Bagas berhenti dan menoleh ke arah Vina yang berada di belakang. "Kenapa berhenti?" tanya Vina dengan suara super pelan. "Bu Vina aja deh yang jalan duluan!" jawab Bagas yang juga dengan suara bisik-bisik, tapi bukan bisik-bisik tetangga. "Tapi kenapa? Katanya kalian mau ngagetin aya

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 162 menggigit di bawah sana

    Bagas dan Ayu menatap takut ke arah Tuan Andreas. Kedua bocah itu nampak membawa kue-kue yang mereka pungut tadi dengan kardus yang sudah penyok. Vina melihat anak-anak itu tampak membawa sesuatu. "Kalian bawa apa ini? Wah, ini kue?" tanyanya sambil memegangi kardus yang berisi kue itu. Namun dengan cepat, Tuan Andreas melarangnya. "Jangan disentuh, Vin! Itu kue kotor, jangan diambil!" katanya dengan suara besar. Kedua bocah itu nampak takut dan tidak berani menatap kedua mata Tuan Andreas. Vina menoleh ke arah sang papa dan wanita itu tetap membawa kue yang dibawa oleh Bagas dan Ayu. "Maksud papa apa?" tanyanya menyelidik. "Mereka datang ke rumah ini bawa makanan apa itu! Makanan desa yang sudah pasti tidak higienis dan kamu jangan sampai memakannya! Papa sudah menyuruh mereka membuangnya tadi, tapi diambil lagi, menjijikan!" kata pria itu tanpa iba. Vina menghela napas panjang dan akhirnya tahu kenapa kedua anak itu menangis. "Pa, Bagas dan Ayu jauh-jauh datang ke sini

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status