Share

Bab 4

last update Last Updated: 2024-04-04 15:24:39

Rosa—ibunda Jovan, wanita itu gugup setengah mati ketika tuan besar Lavine menatap matanya begitu tajam. Pria itu belum bersuara saja sudah membuatnya ketakutan. Andai anaknya tidak bodoh, tidak akan jadi seperti ini. Sekarang mungkin dia sedang ongkang-ongkang kaki menikmati indahnya kehidupan memiliki menantu kaya.

"T-tuan, tolong maafkan Jovan, dia benar-benar di luar kendali aku sebagai ibunya. Tolong maafkan dia," ucap Rosa terbata-bata. Bahkan setelah membuat kekacauan seperti ini anaknya entah pergi ke mana.

"Satu kesalahan belum tentu kumaafkan, dia berani membuat kesalahan lain. Anakmu benar-benar menjijikkan!" hardik Domenico penuh penekanan. Ada untungnya juga cucu perempuan satu-satunya itu tidak menikah dengan Jovan.

"Apa maksud anda, Tuan? Kesalahan apa lagi yang sudah dibuat Jovan?" tanya Rosa bingung. Jika boleh, dia ingin mencekik Jovan sekarang juga.

Tanpa menjelaskan panjang lebar, Domenico segera memberikan kode pada pengikut setianya. Pria berumur lebih muda dari Domenico itu dengan gesit membuka sebuah video di ponselnya dan menunjukkan langsung pada Rosa.

Dua bola mata wanita itu nyaris buta melihat adegan panas sang anak. Sayangnya, wanita yang menjadi partner ranjang Jovan bukanlah Shiren. Tidak tahu siapa wanita itu.

"T-tidak mungkin! Jovan tidak mungkin seperti itu!" Meski mulut mengelak kuat, kenyataan tetap berjalan sesuai cerita. Di layar ponsel canggih itu, wajah Jovan terlihat dengan jelas. Bahkan mulut Jovan berkali-kali mengucap kata memuja untuk partner ranjangnya.

Setelah cukup, video itu pun ditutup. Kini, hanya ada keheningan di antara mereka. Rosa berkali-kali membuka tutup matanya berharap semua ini mimpi. Berharap ketika dia membuka mata statusnya sudah berubah menjadi besan dari keluarga terpandang. Hanya saja, ini semua tetap nyata.

"Katakan di mana dia sekarang, dia harus membayar lunas tanpa sisa setelah membuat semuanya hampir kacau. Aku tak peduli pada apapun, kecuali Shiren. Anakmu mengacaukan perasaan cucu tersayangku, Rosa. Shiren bahkan harus menikah dengan orang yang tidak dia sukai, bahkan belum tentu mereka saling mengenal. Dan itu semua karena anakmu. Jangan pikir aku tidak tahu bagaimana sifatnya selama menjadi kekasih Shiren. Dia selalu memanfaatkan Shiren untuk kebutuhan gengsinya yang setinggi langit, gayanya yang seolah memiliki pabrik uang sendiri. Padahal, itu semua dia dapatkan dari Shiren. Sudah dari dulu aku ingin memisahkan mereka berdua. Namun melihat Shiren bahagia, itu semua tidak kulakukan. Kupikir, Jovan bisa berubah menjadi lebih baik setelah menjadi keluarga kami. Beruntung Tuhan masih menyayangi keluarga kami sehingga dia tidak jadi masuk menjadi bagian Lavine." Domenico mengatakannya dengan santai, namun berhasil menusuk Rosa pada bagian paling dalam.

Ya, bahkan dia pun ikut menikmati harta Shiren. Tas semahal apapun Shiren selalu memberinya secara percuma. Wanita itu memang sangat mencintai Jovan.

Setelah diam cukup lama, Rosa pun memberanikan diri membuka suara.

"Tuan, silahkan Tuan hukum Jovan semau yang Tuan inginkan. Asal jangan buat dia mati, hanya dia yang aku miliki di dunia ini. Dan aku akan berusaha mengembalikan apapun barang mahal yang Shiren berikan. Tolong, biarkan Jovan tetap hidup." Rosa memohon dengan sangat. Sekarang dia tidak ingin egois, dia tidak punya siapa-siapa lagi selain Jovan si bajingan.

"Apapun selain kematian?" tanya Domenico memastikan.

Rosa dengan berat hati mengangguk. Wanita berdarah Asia itu tampak sangat pasrah.

Setelah itu, dua pria yang tak lagi muda pergi dari hadapan Rosa. Mereka harus segera menemukan Jovan.

***

Jovan sendiri saat ini masih bersembunyi di apartemen miliknya. Tentu bersama wanita yang telah dia hukum habis-habisan. Karena wanita inilah adegan dewasa mereka tersebar, bahkan sampai di tangan Shiren. Mungkin jika Shiren tidak tahu video itu, dia bisa membuat sandiwara kecelakaan atau apalah itu agar bisa dimaklumi. Tidak seperti ini, sudah pasti kesejahteraan hidupnya terganggu.

"Argh! Kenapa wanita ini sangat bodoh!" pekik Jovan kesal. Dia sedari tadi mondar-mandir di balik pintu apartemen.

Seorang wanita muncul dari dalam kamar yang ada di unit apartemen Jovan, penampilannya tampak sangat kacau. Dia mendekat pada Jovan dan berdiri di sampingnya.

"Maafkan aku," cicit wanita itu.

Jovan menoleh, amarahnya kembali memuncak melihat wanita di sebelahnya.

"Apa kamu pikir dengan kata maaf cukup untuk semuanya? Kenapa kamu sangat bodoh, Olivia?" Jovan berkata penuh penekanan, dia menatap nyalang wanita bernama Olivia itu.

"Karena aku mencintaimu!" balas Olivia dengan lantang. Hal itu sukses membuat amarah Jovan semakin memuncak.

Jovan menarik lengan Olivia membawa wanita itu ke hadapan sebuah cermin besar. Di sana, bayangan mereka yang sama-sama kacau terlihat. Wajah cantik Olivia basah oleh air mata, sedangkan wajah tampan Jovan penuh oleh raut tegang dan murka.

"Kamu lihat wanita itu? Dia adalah seorang jalang yang sangat kurang ajar. Jalang memang pantas disembunyikan, bukan? Tapi jalang satu itu, dia sangat kurang ajar. Aku membayarnya sesuai dengan yang dia mau, tugasnya hanya memuaskanku, bukan untuk mengacaukan kehidupanku. Sungguh, dia jalang yang sangat tidak tahu diri!" Bertepatan dengan mulut Jovan terkatup, pintu apartemen mereka berhasil didobrak dari luar.

Hal itu sukses membuat Jovan dan Olivia terkejut. Tak lama, para pria berpakaian begitu rapi datang untuk menangkap keduanya. Jovan dan Olivia hanya bisa pasrah, berpikir untuk bisa kabur pun rasanya percuma.

"Dasar manusia tidak tahu diri!" geram James seraya memasukkan Jovan dan Olivia ke dalam mobil. James, dia adalah orang kepercayaan Domenico.

Mereka dengan cepat melesat menuju tempat di mana Domenico berada. Awalnya Domenico mengajak Shiren untuk bertemu Jovan terakhir kalinya. Namun tanpa disangka, Shiren sama sekali tidak mau bertemu dengan Jovan. Dia seolah sangat jijik seakan melihatnya saja membuatnya muak.

Di sini Shiren berada, rooftop hotel bersama beberapa cup es krim. Dia hanya melamun seraya menikmati es krimnya. Di ujung pagar rooftop, Nicholas tampak tenang merokok.

"Rokok bisa membunuhmu, Nicholas," ujar Shiren seraya menengok ke arah pria itu berada. Beberapa saat matanya sempat terpesona, menatap kagum akan indahnya ciptaan Tuhan satu itu. Usia Nicholas lebih muda 2 tahun darinya, namun auranya sangat tidak bisa diremehkan.

"Merokok atau tidak manusia akan sama-sama mati, Shiren. Justru jika sambil merokok kematian akan terasa jauh lebih nikmat," balas Nicholas bersamaan dengan asap terakhir yang keluar dari mulutnya.

Nicholas akhirnya mendekat ke arah Shiren dan berdiri di depannya. Tanpa diduga, Nicholas justru mengecup bibir mungil Shiren yang terasa manis seperti es krim.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Extra Part

    "Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Ekstra Part

    Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Tamat

    "Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Bab 261

    Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Bab 260

    Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari

  • Kehangatan Nyonya Presdir   Bab 259

    Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status