Beranda / Zaman Kuno / Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas! / Bab 35. Bukan Suami Istri, Melainkan Rival Politik Abadi

Share

Bab 35. Bukan Suami Istri, Melainkan Rival Politik Abadi

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 07:39:41

Lina mengangkat tirai jendela emas-nya, mata tajam phoenix nya menatap sosok Nadine Guifei yang dibantu membungkuk oleh pelayannya.

"Mengejutkan, Anda sudah siuman?" tanya Lina sambil tersenyum simpul.

Nadine Guifei kembali berdiri tegap, menatap Lina dengan tatapan masih jatuh ke tanah.

"Berkat usaha yang mulia kaisar dan doa restu Huanghou niangniang, kondisi saya berangsur membaik."

Huanghou menaikkan alis kirinya, tersenyum semakin dalam, namun bukan ketulusan yang timbul.

"Tidak perlu khawatir, Nadine Guifei. Istana akan melakukan penyelidikan semaksimal mungkin untuk menangkap lalat yang berkeliaran di sekitar Anda," balas Huanghou, itu sarkas.

Lalat hanya akan hinggap dan mengelilingi sesuatu yang kotor.

Pandangan Nadine Guifei mendingin diam-diam, bersitegang dengan Huanghou sudah menjadi hal yang tidak asing untuknya.

Alih-alih tersulut, Nadine Guifei pun membalas dengan senyum yang sama.

"Benar, saya percaya dengan kepedulian kaisar dan Anda, niangniang. Beruntung,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 64. Jentikan Sang Adipati

    Langkah kaki berat bergema di lorong batu yang lembap. Lampu minyak yang tergantung di sepanjang dinding berkelip-kelip, menimbulkan bayangan panjang yang bergerak seirama dengan sosok lelaki tinggi besar itu. Dialah pemimpin Gihu—penguasa kelompok pembunuh paling ditakuti di seluruh daratan.Udara dingin malam pegunungan menyelinap masuk dari celah-celah jendela, membuat bulu kuduk berdiri. Namun tidak ada yang lebih menusuk daripada pemandangan yang tiba-tiba ia temui.BRAK!Pintu kayu besar yang menuju ruang pribadinya terbuka dengan kasar. Kedua penjaga yang seharusnya berdiri tegak di kanan dan kiri pintu kini terkapar tak bernyawa. Leher mereka disayat bersih, darahnya masih mengalir membasahi lantai batu.Mata sang pemimpin Gihu menyipit tajam. Ia melangkah cepat masuk, siap mencabut belati dari pinggangnya. Namun langkahnya terhenti seketika ketika melihat pemandangan yang jauh lebih mengejutkan.Di kursi utama yang biasanya hanya ia duduki, kini tampak seorang pria lain du

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 63. Bidak Yang Mulai Bergerak

    BRUK!Suara ember kayu jatuh ke lantai membuat Dalia menoleh cepat. Ia tengah membersihkan ruang utama kediaman pribadinya, sementara Hana sibuk di sisi lain, memeras kain basah dengan tangan gemetar.“Hana,” panggil Dalia lirih. “Kau tidak apa-apa?”Pelayan muda itu buru-buru mengusap air matanya dengan punggung tangan, tetapi suaranya pecah. “Nona... belakangan ini Anda selalu terluka. Luka-luka kecil, darah, bahkan nyaris kehilangan nyawa. Jika boleh memilih, saya lebih rela hidup kita tetap seperti dulu. Meskipun sederhana, yang penting Anda tidak harus melewati semua ini.”Tangannya yang mungil menggenggam kain basah begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Isakannya kian terdengar jelas.Dalia menatapnya tenang, lalu menghampiri. Tangannya yang lembut menyentuh bahu Hana. “Tenanglah. Kau lihat sendiri, aku masih berdiri di hadapanmu. Pada akhirnya, aku tidak mati, bukan? Luka-luka ini... hanya lecet kecil, tidak lebih dari itu.”Hana menggeleng keras, air matanya kembali

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 62. Api Liar Yang Membutakan

    BUK!"Itu bayaran kalian, cepat jauhi ibu kota sebelum fajar." Bram melempar sekantung emas ke arah pria misterius berjubah hitam. Tanpa banyak bicara, keduanya pun berbalik, meninggalkan posisi masing-masing. Masuk ke dalam salah satu ruangan megah untuk tamu Kekaisaran, Bram berhenti dan membungkuk dari balik tirai. Seorang pria dengan bola mata ungu dan rambut perak merendam tubuhnya di bak mandi besar penuh uap. "Sudah saya serahkan, yang mulia," ucap Bram. Kedua mata Rangga yang semula tertutup, perlahan terbuka dan melirik dingin. "Bagaimana kondisi di luar?""Adipati Gara mulai bergerak melakukan penyelidikan, sepertinya... Pria itu tahu bahwa kelompok yang menyerang adalah Gihu," jawab Bram.Rangga menyeringai tipis, timbul raut kepuasan yang sulit dijelaskan dari wajahnya. Gihu, kelompok pembunuh bayaran elite yang hanya dapat disewa oleh orang-orang tertentu. Mereka memandang status dan materi calon penyewanya, bahkan tidak semua bangsawan mampu membeli jasa mereka.

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 61. Haus Abadi Yang Mendambakan Air

    Setelah pertempuran berakhir, kelompok pria berjubah hitam berhasil dipukul mundur. Dalia kembali bersama Giandra. "Masih terasa dingin?" tanya Giandra dari belakang, mereka menaiki kuda yang sama. Mantel hitam tebal adipati Gara masih bertengger di tubuhnya, sementara pemiliknya masih berada di lokasi sebelumnya. Memasuki area penonton perburuan, semua orang mulai menatap kembalinya Dalia penuh ricuh. Sosok Dalia yang kotor tanpa alas kaki berhasil menyita banyak simpati. Giandra turun lebih dulu dari kuda, kemudian mengangkat tubuh Dalia dan memapahnya kehadapan Kaisar. Melihat suasananya yang tegang, Giandra mengeratkan pegangannya pada bahu Dalia. "Bicaralah dengan jujur pada Kaisar, kakak akan selalu melindungimu." Dalia menatap Giandra, tersentuh. Bibirnya tersenyum samar. "Iya."Dalia berlutut di hadapan Kaisar dan Huanghou, Giandra pun mulai menepi dengan raut wajah tegang. Mengacaukan acara perburuan, tidak peduli apa pun dalihnya, pelakunya tetap akan mendapatkan hu

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 60. Antara Timur & Barat | Adipati & Putra Mahkota

    "Nona! Tidak perlu takut! Aku akan mindungimu!" Rangga masih terus meneriakinya. Dalia dikepung banyak panah, memblokir posisinya untuk tidak pindah ke tempat lain. "Aku akan menolongmu, nona! Percaya padaku!" Seru Rangga lagi. Menoleh ke arah adipati Gara, pria itu hanya menatapnya dingin namun penuh penekanan. Di sana, Faqih dan Bima memperhatikan adipati Gara yang hanya diam memperhatikan Rangga selalu maju membujuk Dalia. "Yang mulia, Anda tidak mau berseru apa pun?" tanya Faqih. Adipati Gara melihat pria itu sekilas, lalu terbatuk pelan. "Wanita bodoh! Cepat kemari!" Faqih dan Bima mengusap wajahnya kasar saat mendengar seruan adipati Gara. Kalimat membujuk apa seperti itu?Dalia kesal, dua pria aneh itu hanya terus meneriakinya perintah. Tidak bisakah mereka melihat langkahnya diblokir oleh puluhan panah? Jika dirinya nekat berlari, panah-panah itu bisa saja menghujani tubuhnya!Suara teriakan perlawanan terdengar, Dalia melihat pasukan berjubah hitam itu kembali bangki

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 59. Kepungan Segala Arah

    Di lokasi penonton, semua orang bersorak karena dua kelompok berburu telah kembali. Mereka meneriaki adipati Gara dan putra mahkota kekaisaran Barat secara bersamaan. Saat kasim pribadi kaisar hendak mengumumkan sesi berburu terakhir, yaitu penimbangan hasil buruan, suara teriakan terdengar. Semua orang menoleh, seorang nona bangsawan histeris menatap ke arah gerbang masuk dan keluar area penonton. "DARA!" Jenderal besar Maneer melompat turun dari kudanya, menatap penuh keterkejutan pada sosok putrinya yang kembali dengan pakaian berlumuran darah, lengan wanita itu terluka cukup parah. "APA YANG TERJADI?!" tanya Jenderal besar Maneer. "SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MELAKUKAN INI PADAMU?!"Jenderal besar veteran militer itu murka, namun kedua matanya tampak berkaca-kaca menatap putrinya. Dara jatuh ke pelukan Ayahnya, busur panah berlumuran darah di tangannya rusak total. Jenderal besar Maneer gemetar, suasana pun berubah riuh. "Da-- Dalia... Ayah... Dalia..." ujar Dara dengan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status