Home / Zaman Kuno / Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas! / Bab 52. Salju Yang Menyimpan Pandang

Share

Bab 52. Salju Yang Menyimpan Pandang

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2025-09-03 00:35:30

Mengantar Dalia kembali, adipati Gara bergegas menuju Istana begitu menerima sinyal kembang api panggilan dari Kaisar.

Tiba di Istana, penampilan Kaisar yang duduk dengan raut wajah lelah terlihat jelas. Putra langit itu melirik dengan malas pada kehadiran adiapti Gara.

"Ada apa?" tanya adipati Gara.

Kaisar menjawab dengan nada bicara yang lelah. "Jenderal Ishraq baru saja mengirim pesan, dia telah menemukan orang yang tepat untuk mengawasi keluarga Wanda dan kekaisaran Barat."

Adipati Gara mengangguk singkat. "Itu bagus, selama Anda dan jenderal besar Ishraq yakin dia bisa dipercaya."

Melihat raut wajah adipati Gara yang tidak seperti biasanya, kaisar menaikkan alis kirinya sekilas.

"Apa yang baru-baru ini terjadi? Mengapa rasanya aku melihat bunga bermekaran bahkan di dalam lubang telingamu?" tanya Kaisar.

Adipati Gara tetap tenang, meskipun tertangkap basah karena perasaannya, pria itu masih datar. "Benarkah? Rasanya saya seperti biasa saja."

Kaisar berdecak kesal, mereka s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Xiu.Lan
wah bertemu naga yg satunya naga mana yg jadi pemenangnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 52. Salju Yang Menyimpan Pandang

    Mengantar Dalia kembali, adipati Gara bergegas menuju Istana begitu menerima sinyal kembang api panggilan dari Kaisar. Tiba di Istana, penampilan Kaisar yang duduk dengan raut wajah lelah terlihat jelas. Putra langit itu melirik dengan malas pada kehadiran adiapti Gara. "Ada apa?" tanya adipati Gara. Kaisar menjawab dengan nada bicara yang lelah. "Jenderal Ishraq baru saja mengirim pesan, dia telah menemukan orang yang tepat untuk mengawasi keluarga Wanda dan kekaisaran Barat." Adipati Gara mengangguk singkat. "Itu bagus, selama Anda dan jenderal besar Ishraq yakin dia bisa dipercaya." Melihat raut wajah adipati Gara yang tidak seperti biasanya, kaisar menaikkan alis kirinya sekilas. "Apa yang baru-baru ini terjadi? Mengapa rasanya aku melihat bunga bermekaran bahkan di dalam lubang telingamu?" tanya Kaisar. Adipati Gara tetap tenang, meskipun tertangkap basah karena perasaannya, pria itu masih datar. "Benarkah? Rasanya saya seperti biasa saja." Kaisar berdecak kesal, mereka s

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 51. Gerhana dan Salju

    Di dalam gendongan adipati Gara, Dalia melingkarkan kedua tangannya erat di leher pria itu. Setelah berbincang singkat, adipati Gara mendadak mengangkat tubuhnya dan membawanya tanpa mengatakan tempat apa yang akan mereka datangi. Pria itu membawa Dalia melompat dari atap satu ke atap lainnya dengan jurus tradisional qinggong. "Yang mulia, jika saya jatuh maka saya akan menuntut ganti rugi besar pada Wangfu adipati!" Seru Dalia sambil memejamkan kedua matanya. Adipati Gara tidak peduli, namun mata pria itu sesekali memperhatikan Dalia yang meringkuk takut di pelukannya. Senyum samar pun muncul di wajah dingin pria itu. Tak lama mereka berhenti di sebuah tebing tinggi asing, pria itu menurunkan Dalia dengan hati-hati. Dalia tertegun saat mendapati gerhana bulan yang jauh lebih terlihat jelas dan dekat dari tempat mereka berdiri. Kemudian matanya menyapu seluruh ruang terbuka tak terbatas di hadapannya, salju menyelimuti daratan dengan sempurna. Ketika melihat gerbang kekaisara

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 50. Lirik Kecapi Untuk Takdir Pernikahan Berdarah Penuh Duri

    Di Istana megah Kekaisaran Timur, salah satu Istana kediaman di dalam harem milik Lina Wanda, wanita itu duduk dengan tatapan dingin di pavilliun belakang kediamannya. Kedua tangannya sibuk memetik senar kecapi, matanya dingin memperhatikan bulan sambil terus melantunkan lirik puisi miliknya. Di tengah malam penuh salju ini, hatinya justru memanas oleh perasaan marah, benci, dan muak. Ia berada di puncak tertinggi kekaisaran ini, namun hanya bisa menggigil seorang diri. Menarik napas dalam, setiap bait lirik adalah duri yang seolah melilit di leher jenjangnya. Bulan dingin menetes di atas genting giok,tirai sutra bergetar oleh angin musim gugur.Dua bayangan saling berhadapan tanpa salam,hati mereka dipisahkan bagai Sungai Luo dan Gunung Tai.Pernikahan ini lahir dari pena istana naga,bukan restu bunga meihua yang jatuh di musim semi.Setiap senyum bagaikan pedang bermata dua,menyembunyikan darah di balik keindahan kata.Di kamar berhiaskan tirai giok dan pilar naga,dingin l

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 49. Gerhana Indah Di Mata Sang Adipati

    "Apa yang membuat yang mulia adipati hingga bersedia repot-repot mendatangi kediaman bawahan ini secara langsung?" tanya Giandra setelah masing-masing dari mereka duduk tenang di dalam ruang kerjanya. Adipati Gara melirik Faqih sekilas, tak lama pria itu mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Satu lembar kertas usang yang terbakar dan hanya menyisakan seperempat bagian saja diletakkan di atas meja Giandra. Giandra mengerutkan keningnya cepat. "Bukankah bahan kertas seperti ini hanya ada di kekaisaran Barat?" Adipati Gara mengangguk singkat, mata mereka bertemu sama seriusnya. "Kertas ini ditemukan di wilayah istana harem oleh kasim pribadi Kaisar. Jejak pelaku yang membakar kertas ini nihil, saksi pun tidak ada." Giandra menarik napas dingin. "Jadi... Di dalam harem Kaisra ada pion pengkhianat? Tetapi siapa, yang mulia? Huanghou niangniang?""Belum dapat dipastikan, tetapi Kaisar mencurigai Huanghou. Mengingat, kondisi hubungan pihak Kaisar dan keluarga Wanda yang semakin mendingi

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 48. Naga Putra Langit Sang Barat

    Pria berambut perak yang mengenakan pakaian putih, terbaring dengan mata terpejam di hamparan rumput hijau yang luas. Perlahan, bulu mata putihnya bergerak mengedip. Bola mata terang berwarna ungu itu menatap penuh tanya ke arah langit yang berwarna hitam. Perlahan, ia berusaha mengambil posisi duduk dan memperhatikan sekitarnya. "Mimpi ini lagi," desisnya, ia sadar di mana dirinya berada. Menoleh ke arah Timur langit, bulan purnama sempurna berwarna merah darah. Bulan itu seolah memperhatikannya. Putra mahkota kekaisaran Barat, Rangga Tirta. Tak lama cahaya putih bersinar jatuh dari langit ke arahnya, membuat kedua matanya terpejam erat. Rangga berusaha membuka matanya, memastikan apa yang jatuh dari langit. Dia tahu bahwa ini alam mimpi, namun cahaya putih yang jatuh dari langit ini adalah hal baru untuknya. "Kau, naga putra langit." Suara wanita yang sangat jernih terdengar, cahaya menyilaukan pun berangsur hilang. Rangga perlahan membuka matanya, menatap ujung jubah pan

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 47. Peringatan Giandra

    "Apa kalian selama ini memperlakukan Dalia dengan acuh?!" Giandra berdiri menatap Ayah dan adik laki-lakinya penuh perasaan kecewa. Setelah mengantar Dalia ke kediamannya dan memanggil tabib, pria itu memutuskan untuk mendatangi ruang kerja perdana menteri. Membela Dalia, satu-satunya adik perempuannya. "Tidak ada yang menjamin luka milik Dalia dibuat oleh Salsa, kak. Lagi pula bukankah Salsa sudah dijatuhi hukuman? Apa itu masih belum bisa memuaskanmu?""Belum," jawab Giandra cepat dan tegas, membuat Gibran menatapnya tidak mengerti. "Apa yang sudah kalian lakukan pada Dalia selama aku tidak di sini? Mengacuhkannya? Membiarkan putri angkat itu menginjak harga dirinya?" ujar Giandra, perdana menteri dan Gibran terdiam. "Kediaman yang usang, makanan tidak layak, jatah uang yang bahkan lebih kecil dari pelayan paling rendah sekalipun!" lanjur Giandra. "Dalia yang menceritakan semua itu padamu? Ayolah, kak... Dia tidak benar-benar seperti yang kamu bay--""GIBRAN!" Giandra membenta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status