Share

Bab 3 Hadiah Pertama Dari Suamiku

Author: Noona Y
last update Last Updated: 2025-04-10 12:20:23

"Seandainya... Ayah masih hidup, pasti kakak nggak akan menderita begini." Amelia bergumam, suaranya parau karena menangis, tangan Amelia gemetar saat mengoleskan antiseptik ke pelipis Adelia yang terluka.

Adelia hanya menatap adiknya, ia tetap tersenyum meski luka di wajahnya masih terasa perih. “Kita nggak bisa mengubah masa lalu, Amel. Ayah dan Ibu sudah tiada, tapi kita masih punya satu sama lain. Lagipula, sebelum pergi, Ayah sudah berusaha menjamin masa depan kita lewat Paman Jusuf.”

Sebuah insiden kebakaran telah merenggut nyawa ayah mereka, Suherman Widodo. Sedangkan ibu merekaーLina Laraswati sudah meninggal, setelah berjuang melahirkan Amelia.

Mendengar itu, Amelia menunduk, menyembunyikan rasa kecewanya. Adelia mengelus lembut puncak kepala adiknya, ia tahu, adiknya belum bisa menerima kenyataan bahwa di balik rumah besar dan tempat tidur empuk itu, tersembunyi penderitaan yang terus mereka telan dalam diam.

Hari ini bukanlah kali pertama Amelia menyaksikan dirinya dianiaya. Pada malam pengantinnya, Amelia juga menyaksikan bagaimana Adelia diusir dengan kasar oleh suaminya, Samuel.

Sejak malam itu, Adelia terpaksa tidur bersama Amelia. Kamar kecil dekat dapur yang disediakan oleh keluarga Samuel, bukan di kamar utama tempat seorang istri seharusnya berada.

"Kak, lebih baik kita pergi saja! Aku nggak peduli soal sekolah, asal aku masih punya Kakak!" Amelia memeluk Adelia erat, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Adelia terdiam. Ia mengerti apa yang dirasakan Amelia. Bagaimana mungkin adiknya yang masih remaja harus terus melihat kakaknya disakiti? Tapi ada kenyataan pahit yang tak bisa dihindari.

"Tidak bisa, Amel. Kakak sudah menikah." ucap Adelia pelan, penuh keputusasaan bukan tak ingin pergi, tapi karena dirinya sudah terikat oleh janji dan pengorbanan.

Amelia menatapnya, bingung dan terluka. “Tapi… Kak, suami kakak nggak pernah melindungi ataupun membela Kakak saat dianiaya seperti tadi…”

Adelia memaksakan senyum walau hatinya luka. “Bukan soal suami kakak baik atau tidak. Tapi kakak yang sudah memilih jalan ini… demi kamu. Jadi Kakak harus bertahan.”

Amelia menggenggam tangan kakaknya erat. Ia ingin marah, tapi melihat wajah tenang Adelia, kata-kata itu jadi tertahan di tenggorokan.

Seketika terdengar ketukan di pintu.

Tok... Tok... Tok....

Tiba-tiba salah seorang pelayan mengetuk kamar mereka.

"Masuk," seru Adelia, sembari mengusap airmata yang jatuh di pipi.

Pelayan itu masuk dan berdiri di ambang pintu, ia membawa bingkisan kecil berbalut kain sutra merah.

"Tuan Samuel mengirimkan ini untukmu,” katanya dengan nada ketus, seraya meletakkan bingkisan di atas meja dekat ranjang. Tanpa memberi waktu bagi Adelia untuk berbicara, pelayan itu pergi begitu saja.

Adelia terkejut, setelah setahun menikah, ini pertama kalinya aia menerima hadiah dari suaminya.

"Kak, apa itu?" tanya Amelia penasaran.

Adelia memandang bingkisan dengan hati berbunga-bunga. "Aku tidak tahu, Amel... Tapi sepertinya ini sebuah gaun pesta."

Amelia menatap bingkisan itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Gaun pesta? Tumben sekali suami kakak, tiba-tiba kasih gaun pesta, bukankah ini aneh?" Amelia mengerutkan keningnya, merasa sangat curiga.

Adelia tak ingin berpikiran negatif, langsung saja ia membuka bingkisan itu. Lalu mengangkat gaun mewah berwarna biru gelap yang terbuat dari bahan satin halus. Gaun itu tampak sangat elegan, dengan sentuhan bordir indah di bagian pinggang dan bahu. Bahkan, ada aksen payet yang berkilauan di sepanjang lengan gaun.

Amelia terdiam saat melihat gaun mewah itu. "Wow, Kak! Gaun ini... indah sekali. Sepertinya kak Samuel tahu selera kakak."

Adelia tersenyum menatap gaun itu. Ia merasa sangat terharu, suaminya yang dingin bisa memikirkan sesuatu yang indah seperti ini.

"Kak, lihat! Ada catatan di dalam bungkusnya." seru Amelia memberikan catatan kecil itu.

Adelia terdiam sejenak, lalu membaca catatan kecil dari suaminya yang bertuliskan 'Pakai gaun ini di pesta hari jadi kita, berdandanlah yang cantik.'

Hatinya terenyuh, karena Samuel ternyata masih mengingat hari jadi pernikahan mereka. Padahal, pernikahan mereka sendiri tidak pernah dirayakan dengan pesta. Bagaimana bisa tiba-tiba ia diingatkan seperti ini?

"Tidak kusangka, dia akan mengingatnya dan ingin merayakannya juga!" ucapnya lirih, matanya berkaca-kaca, sembari memeluk gaun pemberian suaminya.

Sekali lagi, Adelia menatap gaun itu penuh kekaguman, lalu membayangkan dirinya mengenakan gaun mewah ini dan berdansa dengan suaminya saat di pesta hari jadi mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 160 Berikan Nama

    Pintu kamar VIP terbuka pelan. Seorang suster masuk, mendorong troli inkubator bening beroda yang di dalamnya terbaring seorang bayi mungil—terbungkus selimut lembut, wajahnya tenang, napasnya perlahan.“Bu Adelia…” suara suster lembut. “Ini putra Ibu.”Adelia yang masih berbaring setengah duduk langsung menoleh. Tatapannya tajam, matanya membesar, air mata langsung mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menatap bayi itu—kulitnya merah muda, kecil sekali, dengan selang oksigen tipis di hidungnya. “Boleh… aku lihat lebih dekat?” suara Adelia nyaris berbisik, lirih karena lemah, tapi juga penuh dorongan naluri.Suster tersenyum dan mendorong inkubator hingga tepat di sisi tempat tidur Adelia.Adelia mencondongkan tubuh sedikit, sambil menahan nyeri luka operasi. Tapi ia tak peduli. Pandangannya terkunci pada bayinya yang mungil. Samuel berdiri di sisi lain ranjang, meletakkan tangannya di bahu Adelia. ikut menatap ke dalam inkubator. “Dia kuat, sama seperti kamu.”Adelia mengangguk, air mat

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 159 Adelia Merengek

    "Dia selamat. Bayi kita kuat, sama seperti kamu. Lahir dengan berat dua koma tujuh kilo. Napasnya sempat lemah, tapi sekarang sudah stabil. Dokter bilang dia pejuang, sama seperti ibunya.”Air mata mengalir. Ia menutup mulut dengan tangan lemah, terisak pelan. “Aku mau lihat dia…” Samuel mengangguk. “Tentu saja. Begitu kamu sedikit lebih kuat, Suster akan bawa dia ke kamar. Tapi kamu harus pulih dulu ya…”Adelia tersenyum haru. “Dia mirip siapa, Mas?”Samuel tersenyum sumringah. “Wajahnya kecil dan halus… mirip kamu. Tapi bibir dan alisnya… kayaknya dapat dari aku.”Mereka tertawa pelan, penuh rasa syukur. Tak lama pintu ruangan terbuka. Dokter masuk diikuti dua perawat yang membawa alat-alat medis.“Maaf, kami perlu memulai tindakan perawatan intensif. Kami akan bersihkan luka operasi, cek tekanan darah, dan siapkan pemindahan ke ruang rawat VIP," ucap Sang dokter Samuel berdiri, mengangguk. “Silakan, Dok. Saya tunggu di luar.”Sebelum ia melangkah keluar, ia membungkuk sedikit dan

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 158 Antara Hidup dan Mati

    "Aku dimana?" seru Adelia, dalam kegelapan hampa.Gelap. Sunyi. Tubuh Adelia melayang entah ke mana. Tak ada rasa, hanya lelah yang terasa menyesakkan.Lalu…“Bangun, Adel! Kamu harus hidup!”Suara tegas itu menusuk hening. Suara yang tak asing."Arabella."Adelia menoleh ke kanan ke kiri tapi tak melihat siapa-siapa. “Aku di sini…” suara itu kembali terdengar, lembut tapi mendesak.Adelia memejamkan matanya sejenak, mencoba fokus. Di antara kehampaan dan kegelapan yang membungkusnya, suara itu seperti nyala senter di tengah badai. Ia merentangkan tangannya, berjalan perlahan di ruang hampa yang tak berbentuk, tak berujung.“Arabella? Di mana kamu?” serunya pelan.Sekilas, bayangan Arabella muncul. Sosok berpakaian putih berdiri di kejauhan, rambutnya tergerai. “Kamu belum boleh menyerah, Adel,” kata suara itu. “Kamu masih harus berjuang.”Adelia memeluk tubuhnya sendiri. “Tapi aku lelah… sangat lelah…”Lantai hampa di bawahnya retak. Suhu di sekitarnya perlahan mendingin. Angin ent

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 157 Situasi Darurat

    “Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.Samuel : Halo?Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?S

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 156 Bertahanlah

    “Mama…”Suara kecil itu terdengar lirih dari ambang pintu.Isabella, dengan mata masih setengah mengantuk, berdiri terpaku melihat ibunya tergeletak di lantai dapur. Matanya membesar saat melihat darah menggenang dan tubuh Adelia yang menggigil sambil memegangi perutnya.“Ica... sayang, tolong Mama...” suara Adelia bergetar, penuh tangis, namun tetap berusaha tenang. “Dengar Mama, ya nak… dengarkan baik-baik…”Isabella mendekat beberapa langkah, tampak kebingungan dan ketakutan. “Mama sakit...?”Adelia menggelengkan kepala, lalu memaksakan senyum meski tubuhnya sedang kesakitan. “Iya, Mama sakit… tapi kamu bisa bantu Mama, sayang. Bisa, ya?”Isabella mengangguk cepat.“Ambilkan tas Mama… di ruang tamu. Cepat, ya? Di dalamnya ada ponsel. Tolong bawain sini, Sayang…” suara Adelia bergetar.Isabella langsung berlari keluar dapur, sambil bergumam. "Tas Mama… tas Mama…” gumamnya panik, menoleh ke kanan dan kiri, lalu mulai memeriksa setiap sudut sofa.Ia menyingkirkan bantal, “Di mana sih…

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 155 Tolong

    "Apa maksudmu?” tanya Devina, tergagap, tapi wajahnya mencoba tetap tenang.Adelia melangkah maju, menatap lurus ke wajah mertuanya. “Jangan main sandiwara lagi, Mama. Aku tahu jamu itu bukan buat kesehatan. Dokter menemukan sesuatu yang bisa membahayakan kandungan aku!”Wajah Devina pucat pasi.Adelia melanjutkan perkataannya. “Aku bukan gadis bodoh dan naif seperti dulu. Mama pikir aku bakal langsung minum jamu itu? Dari warnanya saja aku sudah curiga—jelas itu bukan jamu biasa, tapi racun!”“Adel… kenapa kamu bilang begitu? Mama selama ini cuma khawatir… Mama nggak pernah berniat jahat… Mama cuma khawatir. Adel, tolong… jangan buka luka lama itu lagi." suara Devina mulai lirih.“Khawatir? Tapi Mama mau bunuh aku dan anakku. Maksud Mama apa, hah?!”Suara Adelia bergema di dapur yang sunyi. Kata-katanya seperti tamparan keras yang membuat Devina terdiam seketika.Devina menggigit bibir. Tangannya yang tadi menggenggam apron, mulai gemetaran.“Apa Mama pikir aku ini bodoh? Apa Mama pi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status