Beranda / Rumah Tangga / Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta / Bab 2 Nasib Kakak Adik yang Menyedihkan

Share

Bab 2 Nasib Kakak Adik yang Menyedihkan

Penulis: Noona Y
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 12:19:31

“Kakak saya tidak salah! Jangan terus-terusan kalian perlakukan dia seperti ini!” ujar Amelia dengan suara lantang, dengan penuh keberanian melangkah menghadang Devina yang lagi-lagi mau memukul kakaknya.

Mata Devina berkilat tajam menatap Amelia yang berani menantangnya. "Kau pikir siapa dirimu! Kamu ini cuma anak kecil yang belum tahu apa-apa?"

Amelia, seorang siswi berusia 13 tahun, mengenakan seragam sekolah SMP dan siap berangkat ke sekolah. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat kakaknya sedang diperlakukan kasar oleh mertua serta iparnya.

Amelia bersekolah di salah satu sekolah negeri elit di Jakarta, berkat perjanjian yang dibuat oleh Adelia dan ayah Samuel, Jusuf Widyantara. Sebagai imbalan atas pernikahan Adelia dengan Samuel, Jusuf Widyantara setuju untuk membiayai pendidikan Amelia.

"Keluarga kami hanya ingin memastikan Adelia memahami aturan di rumah ini. Tidak ada yang salah jika ia mendapatkan hukuman karena memecahkan guci antik senilai 25 juta, bukan? Apalagi, ia tidak akan mampu membayarnya," seru Selly, tertawa sinis.

"Kakakku tidak bersalah! Aku sendiri yang melihat Bu Devina mendorongnya hingga kepalanya terbentur guci! Lalu kalian menyalahkan kakak dan terus membully dia!" Amelia berteriak, matanya menyala dengan kemarahan yang mendidih.

Plak!

Devina mengangkat tangannya dan menampar Amelia dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat semua orang terkejut.

Amelia terjatuh ke lantai, tangannya memegang pipi kanan yang terasa sakit. Matanya mulai terisi air mata, tapi ia tidak menangis. Ia hanya terdiam, menatap Bu Devina dengan mata yang penuh kebencian.

Adelia langsung menarik Amelia ke dalam pelukannya, melindungi adiknya dari kemarahan Bu Devina. "Kalau memang harus dihukum, hukum saya saja. Tapi jangan sakiti adik saya." ucap Adelia, suaranya terdengar lemah dan sedih.

Devina tidak menjawab. Ia hanya menatap Adelia dan Amelia penuh kebencian. "Kalian berdua jangan berani melawan saya! Kalau bukan karena suami saya, saya tidak akan pernah menerima kalian berdua di rumah ini! Kalian adalah pengemis yang tidak tahu diuntung!"

Adelia diam, menunduk. Tak satu pun kata keluar dari mulutnya, meski hatinya bergemuruh oleh luka dan penghinaan dari ibu mertua.

“Ayah kami yang menyelamatkan Paman Jusuf dari kebakaran gudang. Tapi lihat bagaimana kalian memperlakukan kami sekarang. Kakakku menantu keluarga ini bukan pembantu!” ucap Amelia dengan lantang.

“Amelia, diam,” Adelia menegur pelan. Ia memegang tangan adiknya erat.

Devina tertawa sinis, "Sejak kapan aku menganggap dia sebagai menantu, kakakmu ini hanya seorang pembantu yang tidak berguna. Putra saya harusnya punya istri yang lebih muda, usia kakak kamu sudah 27 tahun, tidak cocok melahirkan keturunan, apalagi berasal dari keluarga miskin, seperti kalian!"

Sekuat tenaga Adelia menahan air mata. Ia tahu dirinya bukan istri yang diinginkan keluarga Widyantara. Tapi ia harus bertahan demi masa depan Amelia. Demi pendidikan yang sudah dijanjikan.

Selly mendorong Adelia dan menjambak rambutnya. Adelia meringis, tubuhnya bergetar menahan sakit. Tapi ia tidak melepaskan pelukannya pada Amelia.

Tangis Amelia ikut pecah saat rambutnya ikut ditarik. Ia menjerit, tak tahu harus berbuat apa selain memeluk kakaknya lebih erat.

"Tolong, kak Selly, jangan! Jangan sakiti adik saya!" Adelia terus memohon sambil menahan sakit di kulit kepala, hatinya ikut tercabik melihat Amelia yang kesakitan.

"Selain kamu, adik kamu juga harus kami hukum!" Selly tertawa Selly tertawa rendah dan kejam. Tangannya kembali terangkat, siap melampiaskan kekejamannya lagi.

Dengan sisa tenaga dan keberanian sebagai seorang kakak, Adelia nekat mencengkeram pergelangan tangan iparnya dan menariknya menjauh dari Amelia.

“Jangan sakiti dia!” seru Adelia, suaranya bergetar namun tegas. “Sakiti aku, tapi jangan sentuh adikku lagi!”

Selly terkejut sejenak, tak menyangka Adelia berani melawan, meski hanya sedikit. Tapi reaksi itu hanya membuatnya semakin marah.

“Berani kamu melawan?! Sekarang kamu merasa punya nyali, ya?!” Selly bersiap menyerang lagi.

Tiba-tiba, suara berat Samuel menggema di ruangan. “Cukup! Aku tidak tahan mendengar keributan ini!”

Semua orang menoleh, terkejut melihat Samuel berdiri di ambang pintu. Ia tampak kesal. “Ma, Selly... Sebaiknya… Kalian kembali ke kamar.”

Devina dan Selly tidak percaya bahwa Samuel tidak mendukung mereka dan malah menyuruh mereka kembali ke kamar. Akhirnya mereka mundur perlahan. Sementara itu, Adelia memapah Amelia kembali ke kamar mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 160 Berikan Nama

    Pintu kamar VIP terbuka pelan. Seorang suster masuk, mendorong troli inkubator bening beroda yang di dalamnya terbaring seorang bayi mungil—terbungkus selimut lembut, wajahnya tenang, napasnya perlahan.“Bu Adelia…” suara suster lembut. “Ini putra Ibu.”Adelia yang masih berbaring setengah duduk langsung menoleh. Tatapannya tajam, matanya membesar, air mata langsung mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menatap bayi itu—kulitnya merah muda, kecil sekali, dengan selang oksigen tipis di hidungnya. “Boleh… aku lihat lebih dekat?” suara Adelia nyaris berbisik, lirih karena lemah, tapi juga penuh dorongan naluri.Suster tersenyum dan mendorong inkubator hingga tepat di sisi tempat tidur Adelia.Adelia mencondongkan tubuh sedikit, sambil menahan nyeri luka operasi. Tapi ia tak peduli. Pandangannya terkunci pada bayinya yang mungil. Samuel berdiri di sisi lain ranjang, meletakkan tangannya di bahu Adelia. ikut menatap ke dalam inkubator. “Dia kuat, sama seperti kamu.”Adelia mengangguk, air mat

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 159 Adelia Merengek

    "Dia selamat. Bayi kita kuat, sama seperti kamu. Lahir dengan berat dua koma tujuh kilo. Napasnya sempat lemah, tapi sekarang sudah stabil. Dokter bilang dia pejuang, sama seperti ibunya.”Air mata mengalir. Ia menutup mulut dengan tangan lemah, terisak pelan. “Aku mau lihat dia…” Samuel mengangguk. “Tentu saja. Begitu kamu sedikit lebih kuat, Suster akan bawa dia ke kamar. Tapi kamu harus pulih dulu ya…”Adelia tersenyum haru. “Dia mirip siapa, Mas?”Samuel tersenyum sumringah. “Wajahnya kecil dan halus… mirip kamu. Tapi bibir dan alisnya… kayaknya dapat dari aku.”Mereka tertawa pelan, penuh rasa syukur. Tak lama pintu ruangan terbuka. Dokter masuk diikuti dua perawat yang membawa alat-alat medis.“Maaf, kami perlu memulai tindakan perawatan intensif. Kami akan bersihkan luka operasi, cek tekanan darah, dan siapkan pemindahan ke ruang rawat VIP," ucap Sang dokter Samuel berdiri, mengangguk. “Silakan, Dok. Saya tunggu di luar.”Sebelum ia melangkah keluar, ia membungkuk sedikit dan

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 158 Antara Hidup dan Mati

    "Aku dimana?" seru Adelia, dalam kegelapan hampa.Gelap. Sunyi. Tubuh Adelia melayang entah ke mana. Tak ada rasa, hanya lelah yang terasa menyesakkan.Lalu…“Bangun, Adel! Kamu harus hidup!”Suara tegas itu menusuk hening. Suara yang tak asing."Arabella."Adelia menoleh ke kanan ke kiri tapi tak melihat siapa-siapa. “Aku di sini…” suara itu kembali terdengar, lembut tapi mendesak.Adelia memejamkan matanya sejenak, mencoba fokus. Di antara kehampaan dan kegelapan yang membungkusnya, suara itu seperti nyala senter di tengah badai. Ia merentangkan tangannya, berjalan perlahan di ruang hampa yang tak berbentuk, tak berujung.“Arabella? Di mana kamu?” serunya pelan.Sekilas, bayangan Arabella muncul. Sosok berpakaian putih berdiri di kejauhan, rambutnya tergerai. “Kamu belum boleh menyerah, Adel,” kata suara itu. “Kamu masih harus berjuang.”Adelia memeluk tubuhnya sendiri. “Tapi aku lelah… sangat lelah…”Lantai hampa di bawahnya retak. Suhu di sekitarnya perlahan mendingin. Angin ent

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 157 Situasi Darurat

    “Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.Samuel : Halo?Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?S

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 156 Bertahanlah

    “Mama…”Suara kecil itu terdengar lirih dari ambang pintu.Isabella, dengan mata masih setengah mengantuk, berdiri terpaku melihat ibunya tergeletak di lantai dapur. Matanya membesar saat melihat darah menggenang dan tubuh Adelia yang menggigil sambil memegangi perutnya.“Ica... sayang, tolong Mama...” suara Adelia bergetar, penuh tangis, namun tetap berusaha tenang. “Dengar Mama, ya nak… dengarkan baik-baik…”Isabella mendekat beberapa langkah, tampak kebingungan dan ketakutan. “Mama sakit...?”Adelia menggelengkan kepala, lalu memaksakan senyum meski tubuhnya sedang kesakitan. “Iya, Mama sakit… tapi kamu bisa bantu Mama, sayang. Bisa, ya?”Isabella mengangguk cepat.“Ambilkan tas Mama… di ruang tamu. Cepat, ya? Di dalamnya ada ponsel. Tolong bawain sini, Sayang…” suara Adelia bergetar.Isabella langsung berlari keluar dapur, sambil bergumam. "Tas Mama… tas Mama…” gumamnya panik, menoleh ke kanan dan kiri, lalu mulai memeriksa setiap sudut sofa.Ia menyingkirkan bantal, “Di mana sih…

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 155 Tolong

    "Apa maksudmu?” tanya Devina, tergagap, tapi wajahnya mencoba tetap tenang.Adelia melangkah maju, menatap lurus ke wajah mertuanya. “Jangan main sandiwara lagi, Mama. Aku tahu jamu itu bukan buat kesehatan. Dokter menemukan sesuatu yang bisa membahayakan kandungan aku!”Wajah Devina pucat pasi.Adelia melanjutkan perkataannya. “Aku bukan gadis bodoh dan naif seperti dulu. Mama pikir aku bakal langsung minum jamu itu? Dari warnanya saja aku sudah curiga—jelas itu bukan jamu biasa, tapi racun!”“Adel… kenapa kamu bilang begitu? Mama selama ini cuma khawatir… Mama nggak pernah berniat jahat… Mama cuma khawatir. Adel, tolong… jangan buka luka lama itu lagi." suara Devina mulai lirih.“Khawatir? Tapi Mama mau bunuh aku dan anakku. Maksud Mama apa, hah?!”Suara Adelia bergema di dapur yang sunyi. Kata-katanya seperti tamparan keras yang membuat Devina terdiam seketika.Devina menggigit bibir. Tangannya yang tadi menggenggam apron, mulai gemetaran.“Apa Mama pikir aku ini bodoh? Apa Mama pi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status