Share

Barisan Para Mantan

Author: Pipit Aisyafa
last update Last Updated: 2022-06-29 19:44:33

Nisa kembali duduk pada tempatnya, setelah sebelumnya menatapku dengan senyum penuh arti. Ah! Aku tak tahu apalagi yang akan ia lakukan.

"Makanlah, makanlah!" tawar Nisa pada semua yang ada di sana. Para laki-laki tersenyum dan menikmati hidangan. Hanya aku dan Syasya yang masih belum menyentuh makanan itu. Bahkan Bisa saja sudah mulai menyendok makanannya kemulut.

"Ngomong-ngomong semua yang disini, siapa yang paling lama pacaran dengan Syasya?" Lagi, Nisa membuka percakapan yang tak terduga. Seketika para lelaki yang aku yakin buaya semua itu menghentikan aktifitas makanya sejenak.

"Aku cuma kuat, 4 bulan."

"Aku hanya satu bulan, tapi walau satu bulan tetap bisa menikmatinya kok!"

"Aku 7 bulan." Akhirnya hanya satu orang yang menjawab tujuh bulan. Aku sendiri makin tak mengerti tapi penasaran dengan apa yang mereka sampaikan.

Mereka saling bersuara, memamerkan setiap hal yang mereka pernah lewati dengan istri baruku ini. Sungguh aku malu tapi sepertinya aku terlambat.

Kini apa yang bisa aku banggakan pada Nisa tentang Syasya jika ternyata Nisa saja tahu semua borok Syasya.

Aku ternyata tertipu perempuan murahan, yang hanya modal dempul untuk menggaet lelaki berduit dan memeras.

Cerita para lelaki di hadapanku sungguh membuat aku pusing. Mereka dengan tanpa Tedeng aling-aling mengatakan semua dan apa saja tentang Syasya. Ada yang bilang jika mereka merugi banyak saat berpacaran dengan Syasya yang doyan belanja dan ada juga yang berucap syukur dapat terlepas dari wanita matre satu ini.

Aku heran, saat semua manusia yang ada di hadapanku ini mengutarakan tentang kejelekan Syasya. Dia diam tanpa membantah. Apa itu artinya semua nyata adanya?

Kulirik wanita yang duduk tak jauh dariku. Matanya tertunduk, sendok dan garpu masih ia pegang dengan tangan gemetar. Apa dia merasa malu?

"Sya!" Panggilku, berusaha melihat rona wajahnya agar sedikit terangkat. Dia diam tanpa kata. Sedangkan celotehan para buaya terus aku dengar, bahkan Nisa terlihat antusias menanggapinya.

"Nis, sudah hentikan!" Akhirnya kuberanikan diri untuk berkata dengan tegas pada Nisa. Dia sudah kelewatan mempermalukan Syasya. Walau kenyataan ini juga membuat hatiku pilu dan malu.

"Kenapa, Mas. Ini hanya tentang masa lalu Syasya saja. Kenapa, Mas. Ngga terima?" Nisa mengajukan pertanyaan yang membuat aku tak mampu menjawab.

"Oh ya, diantara kalian siapa yang putus paling akhir?" tanya Nisa membuat aku muak sekali. Terlebih melihat kondisi Syasya yang sudah sangat malu.

"Saya, Mbak. Saya baru putus sama Syasya satu minggu yang lalu. Tepatnya saat Syasya menikah dengan suami Mbak." 

Aku terbelalak kaget, bagaimana bisa? Sedangkan aku menjalin hubungan dengan Syasya sudah tiga bulan hingga akhirnya aku mantap menikahinya.

"Itu saja kami sebelum putus sempat pergi ke Villa di puncak dua hari. Eh, dua harinya ia bilang ingin putus. Hanya karena aku tak membelikan tas branded yang harganya 15 juta."

Apa? I-itu artinya sebelum aku menikahi Syasya dia berkencan dengan laki-laki yang disebutnya dengan sebutan Rais? Aku meremas wajah dengan kasar. Apa-apaan ini!

"Sya ... Bantah semua perkataan mereka!" gerutuku, masih berusaha menghibur diri jika semua ini hanya lelucon konyol saja.

Nyatanya! 

Syasya tak mengucapkan sepatah katapun, aku makin tak mengerti dibuatnya. Jadi benar adanya apa yang mereka katakan?

Tiba-tiba Syasya menangis kencang. Membuat kami tersentak kaget. Kenapa? Aku ingin dengar bantahannya bukan tangisannya.

Dia menangis makin histeris, membuat kami panik. Beberapa laki-laki berusaha membujuk namun hasilnya nihil.

"Mas, tolongin Syasya dong! Kamu kan suaminya!" Perintah Nisa, aku yang sempat terpaku akhirnya berusaha mendekat. Menepuk-nepuk punggungnya agar segera tangisnya reda.

"Kamu kenapa, Sya?" tanyaku pelan begitu dia mulai reda dengan tangisnya.

"Semua yang dikatakan mereka bohong kan, Sya? Ka-kamu bilang memang tak perawan karena dulu terlalu sering main sepeda hingga selaput itu robek dan apa maksud kamu dari rintihan malam pertama kita?" Aku benar-benar tak tahan untuk segera menginterogasinya.

Sunyi tanpa jawaban, hanya isakannya saja yang masih kudengar walau pelan. Bahkan ia tak berani menaikan wajahnya.

Kudengar Nisa masih asik mengobrol dengan para buaya-buaya itu, mereka memang sudah pindah duduk tapi masih bisa aku lihat dari sini karena ruang keluarga dengan ruang makan bersebelahan tanpa pemisah.

Aku cemburu melihat Nisa tengah tersenyum dan tertawa dengan para mantan Syasya yang memang penampilan mereka kelas atas semua, ah! Kenapa ada rasa perih seperti ini di ulu hati.

Sabar, Man! Dia hanya istri malas yang tak pandai berdandan mana mungkin dia .... Hati ini berkata menolak untuk berkata cemburu. 

Ting ... Tong!

===!!??!!===

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
hebat nisa....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kondangan yukkk (extra part)

    5 Bulan kemudian.Acara resepsi pernikahanku di gelar di sebuah gedung bertingkat. Aku bangga, sekaligus bahagia dapat menambatkan hati kembali pada sosok keren dan setia seperti Mas Denis."Gimana pengantinnya? Apa sudah siap! Sebentar lagi akan nikah akan di lakukan." Seorang wanita yang kutahu karyawan kepercayaan Mas Denis memberitahu.Aku makin deg-degan di buatnya. Walau ini hal yang kedua kali aku lalui tapi nyatanya tak menyurutkan rasa nervous yang kualami."Sudah siap, Mbak?"Aku memandangi diri pada cermin. Riasan yang natural namun elegant, bahkan aku sampai tak mengenali diriku. Sungguh MUA yang profesional."Makasih ya, Mbak," ucapku tulus.Dua orang telah menungguku untuk menuju ruang akad nikah. Satu menggandengku dan satunya lagi memegangi bajuku yang terjuntai kelantai beberapa meter.Sungguh aku merasa bak Cinderella yang sedang menunggu singgasana. Derap langkah kaki berpacu dengan jantung yang makin tak menentu."Ya Allah, berikan hambamu ini kekuatan untuk tak s

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Makna Hidup (Tamat)

    PoV Nisa.Aku fokus pada tangan Pak Denis. Botol itu? Bukankah itu botol obatku. Ya Allah! Kali ini aku kecolongan. Aku lalai dan berakibat orang lain tahu bahwa aku mengkonsumsi obat penenang. Memang sekarang itu aku mudah sekali lupa, bahkan kadang juga linglung. Apa ini efek samping dari obat itu!Saat aku hentikan mereka yang akan berkelahi, kepalaku sudah mulai berdenyut. Sakit sekali. Jangan sampai aku kambuh, aku tak ingin semua ini terbongkar. Aku kuat, aku tegar!Kusupport diriku, namun tekanan batin makin menjadi. Terus menuju kepala, makin pusing. Rasa ingin berontak dan puncaknya benar. Aku berteriak bak orang gila. Pasti mereka kaget, karena tahu bahwa aku sebenarnya gila. Ya aku yakin setelah ini pasti aku di masukan ke RSJ.Kepala serasa di putar-putar. Makin pusing tak karuan. Melihat Pak Denis dan Mas Arman sudah tak jelas hingga semuanya gelap, pekat. Apakah aku meninggal?Tut ... Tut ... Tut ... Aku membuka mata, namun kepalaku terasa berat. Kulihat sekeliling tapi

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Berujung Sesal

    Allah!Beberapa kali aku menyebut asma Allah, sungguh hati ini perih melihat kenyataan ini. Apa aku sangat kejam? "Ya Allah! Hukumlah aku! Jangan hukum Nisa, semua masalah berawal dariku!" Aku terduduk lemas di lantai rumah sakit. Tak peduli jika ada orang yang memperhatikanku dalam.Pak Denis mendekat. Ia memegang kerahku. Aku pasrah saja. Memang aku pantas jika harus di pukul sekalipun."Apa ini yang kamu mau dari Nisa? Apa ini yang kamu inginkan, hah! Lihatlah, dia itu ibu dari anak-anakmu! Tak sedikitlah kamu iba?!" Pak Denis melepaskanmu hingga aku terjengkang kebelakang.Dia seperti sangat geram, bahkan tak kalah frustasinya. Dari itu aku sadar jika Pak Denis mencintai Nisa.Aku masih merundungi nasib di depan ruang ICCU. Nisa belum sadarkan diri. Kata dokter ada pembekuan otak akibat terlalu sering mengkonsumsi obat penenang dengan dosis tinggi. "Nisa sadarlah, aku janji akan melakukan apapun asal kamu sembuh. Aku ingin melihat kamu kembali bersama anak-anak. Aku akan pergi m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Takdir

    PoV Denis."Denis, kapan kamu nikah?" tanya Om Beni saat tengah kumpul keluarga."Nanti, Om. Belum ada yang cocok!" jawabku jengah, karena selalu hal itu yang di tanyakan saat bertemu. Seperti ngga ada pertanyaan lain saja!"Sampai kapan, Den! Usia kamu sudah tak muda lagi loh!" sambung Om Beni. Malas sekali meladeninya, ini yang membuat aku malas saat berkumpul dengan keluarga. Papa hanya diam, hanya dia orang yang tak pernah menuntut ku tentang pernikahan. Sedangkan Mama! ia sebenarnya lebih cerewet dari Om Beni."Den, Mama kenalin sama anak temen mama ya, Mama kenalin sama si A, Mama kenalin sama si B!" Sampai pusing aku dengarnya. Sekali dua kali aku ikuti kemauan mama.Sesi perkenalan lancar, sesi pendekatan? Rata-rata gagal total karena mereka menganggap aku aneh, mencintai mahluk berbulu. Kucing!Kadang ada yang juga masih mau menerima tapi aku tahu dia hanya pura-pura. Aku yakin orang tuanya memaksa untuk tetap bersabar sampai menikah denganku. Aku dengar saat mereka tengah m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Seperih ini

    "I-itu hanya masalah kecil saja, Man. Tak perlu di ungkit lagi!" jawab Ibu makin membuat penasaran. Apa mereka punya hubungan atau mereka mantan kekasih."Bu, menceritakan masa lalu pada anaknya itu ngga salah. Anggap saja sejarah!" Aku masih coba membujuk.Ibu mengeleng kepala dan melanjutkan menyiram tanaman."Kamu itu! Udahlah, sana pergi makan!" Ibu mencoba mengalihkan perhatianku. Aku tak peduli, aku harus tahu masa lalu mereka."Jangan-jangan Ibu dan Bapak Nisa pernah ...." Aku tak melanjutkan kata-kataku, tapi dua jariku kusatukan menandakan bahwa mereka pernah berdekatan."Apa maksud kamu? Kamu pikir Ibu sama Mertuamu itu pernah pacaran begitu?" Aku mengangguk.Ibu menonyol kepalaku, "kamu itu pikirannya negatif Mulu!"Aku terkekeh, "abis Ibu tak mau cerita!""Baik, biar ibu ceritakan. Tadinya ibu sudah berusaha memaafkan karena melihat besarnya cintamu pada Nisa. Tapi, karena kamu memaksa ....""Udah ayo cerita, Bu! Jangan kepanjangan ceramahnya!" Kupotong ucapan Ibu yang bel

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Bimbang

    PoV NisaAku harus mencari pengganti Ningsih, dia bilang kemarin sempat cek pakai testpack di kamar mandiku dan terlihat dua garis walau agak buram. Saat aku mencarinya, ketika dia menyuruhku untuk mamastikan. Nyatanya sudah tak ada.Beruntung dia, setelah lama mengidamkan anak dalam pernikahannya akhirnya ia dapatkan juga. Penuh syukur.Namun, tetap berimbas padaku, aku harus mencari baby sitter baru untuk anakku. Karena Ningsih ingin benar-benar bed rest.Kesal dengan semua ulah Mas Arman! Dia itu makin menyebalkan. Beruntung aku punya teman macam Pak Denis, kita itu satu alur. Sama-sama pecinta kucing."Kamu suka kucing dari dulu, kenapa tak memelihara?" tanya Pak Denis waktu kami tengah bermain dengan ratusan ekor kucing yang super gembul.Aku menggaruk kepala, seketika ada kutu hinggap."Anu, Pak! Suamiku tak suka, bahkan dia jijik katanya." Kukatakan saja sejujurnya. "Benarkah?" Pak Denis terlihat tak yakin, sesaat sepertinya ia tengah berfikir."Bagaimana kalau kamu bawa aja b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status