Share

Jantungan

Author: Pipit Aisyafa
last update Last Updated: 2022-06-29 19:45:56

Ting ... Tong!

Bel berbunyi, siapa lagi yang datang? Aku menautkan alis, menatap Nisa, wanita yang hari ini kulihat lebih energik. Seratus delapan puluh derajat aku telah salah duga.

Kukira kepulangan ku membawa madu untuknya akan membuat dia meraung dengan tangis yang tumpah-tumpah. Nyatanya dia justru terlihat sumringah bahkan kulihat dia lebih ... Ah! Aku lupa jika selama aku pulang, aku belum melihat Al dan El--anak kembarku-- dimana dia? Biasanya saat aku pulang langsung disambut tangisannya yang berebut maninan.

Nisa beranjak, aku menahannya.

"Siapa lagi?" tanyaku dengan menyorotnya dengan mata tajam. Dia tersenyum, ada sedikit rasa nylekit dihati ini.

Bukan jawaban yang kutemukan, dia justru melepaskan tanganku darinya dengan sehalus mungkin.

"Nisa!" Panggilku sedikit geram. Namun, Ita tetap melangkah menuju pintu.

Jantungku berpacu, lebih cepat dari mobil balap, seperti akan meloncat saja. Aku sudah tak mempedulikan laki-laki mantannya Syasya yang masih asik berbincang tentang istri mudaku itu.

"Masuk, Say!" ucap Nisa kepada wanita yang baru saja datang. Aku bernafas lega karena ternyata wanita itu tak aku kenali, mungkin dia hanya teman Nisa!

Nisa berjalan dengan seorang wanita yang membawa tas agak besar. Kalau aku duga itu mungkin berisi makeup. Lalu siapa yang akan di makeup? Apakah aku dan Syasya. Bagaimana mungkin Nisa benar-benar menyiapkan ini semua untuk kami! Tak masuk akal.

"Mas, aku beranjak kekamar dulu ya! Aku mau makeup karena tadi tak sempat untuk makeup sendiri. Habis nganter Al dan El kerumah Ibumu!"

Apa? Al dan El dirumah Ibu? Bagaimana bisa, bukankah ibu selalu keberatan jika dititipi mereka, sedangkan Ibu juga setuju ketika aku utarakan akan menikah lagi.

"Kenapa, Mas? Jangan heran begitu, Ibu mau kok jaga mereka sementara sampai acara ini selesai. Bahkan senang karena aku membuat ini untuk kamu dan Syasya. Aku bilang tamu yang hadir spesial semua. Ini baru Mantan Syasya, belum yang lain, waktu malam masih panjang dan kita akan bersenang-senang merayakannya!" Nisa berkata sambil tersenyum manja, menuntun wanita yang bermake-up natural tapi sangat rapi.

Aku duduk lemas pada kursi sofa. Apa yang dikatakan Nisa tentang tamu spesial masih terngiang. Kira-kira siapa lagi yang datang. Duh!

Aku memijit keningku, merasa rumah ini seperti berputar. Nyut-nyutan rasanya. Apa aku terlalu lelah, setelah satu minggu full bermain kuda-kudaan dengan Syasya. Bukankah rencananya kita malam ini juga akan main lagi hingga pagi. Aku tersenyum sendiri dengan mata yang sudah mengabur karena kepala terasa berat.

Entah berapa lama aku terpejam, aku terkejut ketika sebuah musik di putar secara keras.

Kukucek mata yang masih sedikit buram, melihat siapa yang tengah asik berjoged. Tak nyangka jika yang kulihat adalah para mantan Syasya yang tengah bergerombol dan satu wanita berada di lingkaran itu.

"Syasya!" Aku terpekur, langsung saja berdiri dan menyingkirkan beberapa lelaki yang memgerubungi Syasya.

"Minggir!" teriakku pada lelaki yang masih asik berjoged. Terlihat Syasya sedikit ketakutan tapi mengikuti irama juga. Dasar perempuan murahan!

Langsung saja aku seret Syasya menjauh dari mereka semua. Najis! Melihat istriku di kerubungi banyak laki-laki. Bahkan aku jadi muak melihatnya, mengingat mereka semua pernah tidur bersama istri baruku ini.

"Apa semua benar yang mereka katakan, jika kamu ...!" Aku tak mampu melanjutkan kata-kata. Rasanya malu sekali.

"Jawab, Sya!" Bentakku membuat Syasya terperanjat.

"Jawab apa, Mas. Kamu aja memotong pertanyaanya." Aku meremas rambutku kasar, dia bodoh apa memang otaknya kurang sih!

"Iya, apa kamu memang pernah tidur bersama mereka!" Kutatap lekat pada Syasya. Aku yakin dia akan mengeleng dan mengatakan jika semua yang di katakan mereka hanya manipulasi Nisa saja! Dia iri dan ingin menjatuhkan Syasya didepan mataku.

Namun, nyatanya Syasya mengangguk.

"Iya, Mas. Yang mereka katakan benar adanya. Maafkan aku yang sudah berbohong dan sebenarnya saat masih pacaran denganku aku juga pacaran dengan dua pria lainnya."

Jantungku serasa copot, mendengar sendiri kejujuran Syasya. Bodoh sekali aku tertipu wanita murahan seperti dia? Terus kenapa dia memilih menikah denganku?

"Kalau kamu memang memiliki laki-laki lain, kenapa kamu mau kuajak menikah?" tanyaku dengan mata yang sudah memerah. Aku pasrah atas jawabannya nanti, jika dia mengaku karena aku paling ganteng. Busyeett!

"Karena hanya kamu, Mas. Yang selalu bercerita jika kamu suka wanita bermake-up. Jadi aku yakin pasti kamu akan melakukan apa saja untuk membeli makeupku yang harganya tak murah."

"Apa?" Rasanya aku ingin pingsan. Seluruh sendi tulangku lolos dari tempatnya. Aku lemas tergeletak di lantai.

"Mas!" Teriak Syasya. Mataku terbuka tapi pikiranku sudah entah kemana. Dia terus saja mengguncangkan tubuhku. Aku malas untuk beranjak. Terlebih badanku lemas sekali.

Dari dalam kudengar suara sepatu heels beradu dengan kramik. Siapa gerangan yang keluar, aku kira tadi teman Nisa memakai sepatu.

Aku berusaha duduk, dibantu oleh Syasya. Sekarang aku dapat melihat siapa yang datang. Dengan gamis lebar dan elegan. Kerudung yang dimodifikasi dan juga beberapa hiasan tak luput wajahnya yang membuat mataku membelalak sempurna.

"Nissa ...!" Rasanya selama berumah tangga, baru kali ini aku melihat Nisa bagai bidadari yang turun dari khayangan.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Nisa dengan lembut. Mungkin takut jika lipstik di bibirnya terhapus.

"Berdirilah, acara sebenarnya baru akan di mulai. Ini aku sengaja dandan untuk membuat kamu terlihat wibawa di depan para temanmu."

Apa? Dia bilang teman! Apa mungkin dia benar-benar mendatangkan semua temanku? Bisa gila kalau begini! Aku melirik pada para mantan Syasya yang tak kunjung pergi juga.

====

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rena Agustina
laki laki brengsek jahannam pemuja selangkangN jalang alasan saja bilang istri malas untuk menutupi ke bejadtan nya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Alasan yg super duper konyol sekali buat menikah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kondangan yukkk (extra part)

    5 Bulan kemudian.Acara resepsi pernikahanku di gelar di sebuah gedung bertingkat. Aku bangga, sekaligus bahagia dapat menambatkan hati kembali pada sosok keren dan setia seperti Mas Denis."Gimana pengantinnya? Apa sudah siap! Sebentar lagi akan nikah akan di lakukan." Seorang wanita yang kutahu karyawan kepercayaan Mas Denis memberitahu.Aku makin deg-degan di buatnya. Walau ini hal yang kedua kali aku lalui tapi nyatanya tak menyurutkan rasa nervous yang kualami."Sudah siap, Mbak?"Aku memandangi diri pada cermin. Riasan yang natural namun elegant, bahkan aku sampai tak mengenali diriku. Sungguh MUA yang profesional."Makasih ya, Mbak," ucapku tulus.Dua orang telah menungguku untuk menuju ruang akad nikah. Satu menggandengku dan satunya lagi memegangi bajuku yang terjuntai kelantai beberapa meter.Sungguh aku merasa bak Cinderella yang sedang menunggu singgasana. Derap langkah kaki berpacu dengan jantung yang makin tak menentu."Ya Allah, berikan hambamu ini kekuatan untuk tak s

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Makna Hidup (Tamat)

    PoV Nisa.Aku fokus pada tangan Pak Denis. Botol itu? Bukankah itu botol obatku. Ya Allah! Kali ini aku kecolongan. Aku lalai dan berakibat orang lain tahu bahwa aku mengkonsumsi obat penenang. Memang sekarang itu aku mudah sekali lupa, bahkan kadang juga linglung. Apa ini efek samping dari obat itu!Saat aku hentikan mereka yang akan berkelahi, kepalaku sudah mulai berdenyut. Sakit sekali. Jangan sampai aku kambuh, aku tak ingin semua ini terbongkar. Aku kuat, aku tegar!Kusupport diriku, namun tekanan batin makin menjadi. Terus menuju kepala, makin pusing. Rasa ingin berontak dan puncaknya benar. Aku berteriak bak orang gila. Pasti mereka kaget, karena tahu bahwa aku sebenarnya gila. Ya aku yakin setelah ini pasti aku di masukan ke RSJ.Kepala serasa di putar-putar. Makin pusing tak karuan. Melihat Pak Denis dan Mas Arman sudah tak jelas hingga semuanya gelap, pekat. Apakah aku meninggal?Tut ... Tut ... Tut ... Aku membuka mata, namun kepalaku terasa berat. Kulihat sekeliling tapi

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Berujung Sesal

    Allah!Beberapa kali aku menyebut asma Allah, sungguh hati ini perih melihat kenyataan ini. Apa aku sangat kejam? "Ya Allah! Hukumlah aku! Jangan hukum Nisa, semua masalah berawal dariku!" Aku terduduk lemas di lantai rumah sakit. Tak peduli jika ada orang yang memperhatikanku dalam.Pak Denis mendekat. Ia memegang kerahku. Aku pasrah saja. Memang aku pantas jika harus di pukul sekalipun."Apa ini yang kamu mau dari Nisa? Apa ini yang kamu inginkan, hah! Lihatlah, dia itu ibu dari anak-anakmu! Tak sedikitlah kamu iba?!" Pak Denis melepaskanmu hingga aku terjengkang kebelakang.Dia seperti sangat geram, bahkan tak kalah frustasinya. Dari itu aku sadar jika Pak Denis mencintai Nisa.Aku masih merundungi nasib di depan ruang ICCU. Nisa belum sadarkan diri. Kata dokter ada pembekuan otak akibat terlalu sering mengkonsumsi obat penenang dengan dosis tinggi. "Nisa sadarlah, aku janji akan melakukan apapun asal kamu sembuh. Aku ingin melihat kamu kembali bersama anak-anak. Aku akan pergi m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Takdir

    PoV Denis."Denis, kapan kamu nikah?" tanya Om Beni saat tengah kumpul keluarga."Nanti, Om. Belum ada yang cocok!" jawabku jengah, karena selalu hal itu yang di tanyakan saat bertemu. Seperti ngga ada pertanyaan lain saja!"Sampai kapan, Den! Usia kamu sudah tak muda lagi loh!" sambung Om Beni. Malas sekali meladeninya, ini yang membuat aku malas saat berkumpul dengan keluarga. Papa hanya diam, hanya dia orang yang tak pernah menuntut ku tentang pernikahan. Sedangkan Mama! ia sebenarnya lebih cerewet dari Om Beni."Den, Mama kenalin sama anak temen mama ya, Mama kenalin sama si A, Mama kenalin sama si B!" Sampai pusing aku dengarnya. Sekali dua kali aku ikuti kemauan mama.Sesi perkenalan lancar, sesi pendekatan? Rata-rata gagal total karena mereka menganggap aku aneh, mencintai mahluk berbulu. Kucing!Kadang ada yang juga masih mau menerima tapi aku tahu dia hanya pura-pura. Aku yakin orang tuanya memaksa untuk tetap bersabar sampai menikah denganku. Aku dengar saat mereka tengah m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Seperih ini

    "I-itu hanya masalah kecil saja, Man. Tak perlu di ungkit lagi!" jawab Ibu makin membuat penasaran. Apa mereka punya hubungan atau mereka mantan kekasih."Bu, menceritakan masa lalu pada anaknya itu ngga salah. Anggap saja sejarah!" Aku masih coba membujuk.Ibu mengeleng kepala dan melanjutkan menyiram tanaman."Kamu itu! Udahlah, sana pergi makan!" Ibu mencoba mengalihkan perhatianku. Aku tak peduli, aku harus tahu masa lalu mereka."Jangan-jangan Ibu dan Bapak Nisa pernah ...." Aku tak melanjutkan kata-kataku, tapi dua jariku kusatukan menandakan bahwa mereka pernah berdekatan."Apa maksud kamu? Kamu pikir Ibu sama Mertuamu itu pernah pacaran begitu?" Aku mengangguk.Ibu menonyol kepalaku, "kamu itu pikirannya negatif Mulu!"Aku terkekeh, "abis Ibu tak mau cerita!""Baik, biar ibu ceritakan. Tadinya ibu sudah berusaha memaafkan karena melihat besarnya cintamu pada Nisa. Tapi, karena kamu memaksa ....""Udah ayo cerita, Bu! Jangan kepanjangan ceramahnya!" Kupotong ucapan Ibu yang bel

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Bimbang

    PoV NisaAku harus mencari pengganti Ningsih, dia bilang kemarin sempat cek pakai testpack di kamar mandiku dan terlihat dua garis walau agak buram. Saat aku mencarinya, ketika dia menyuruhku untuk mamastikan. Nyatanya sudah tak ada.Beruntung dia, setelah lama mengidamkan anak dalam pernikahannya akhirnya ia dapatkan juga. Penuh syukur.Namun, tetap berimbas padaku, aku harus mencari baby sitter baru untuk anakku. Karena Ningsih ingin benar-benar bed rest.Kesal dengan semua ulah Mas Arman! Dia itu makin menyebalkan. Beruntung aku punya teman macam Pak Denis, kita itu satu alur. Sama-sama pecinta kucing."Kamu suka kucing dari dulu, kenapa tak memelihara?" tanya Pak Denis waktu kami tengah bermain dengan ratusan ekor kucing yang super gembul.Aku menggaruk kepala, seketika ada kutu hinggap."Anu, Pak! Suamiku tak suka, bahkan dia jijik katanya." Kukatakan saja sejujurnya. "Benarkah?" Pak Denis terlihat tak yakin, sesaat sepertinya ia tengah berfikir."Bagaimana kalau kamu bawa aja b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status