Share

Jantungan

Ting ... Tong!

Bel berbunyi, siapa lagi yang datang? Aku menautkan alis, menatap Nisa, wanita yang hari ini kulihat lebih energik. Seratus delapan puluh derajat aku telah salah duga.

Kukira kepulangan ku membawa madu untuknya akan membuat dia meraung dengan tangis yang tumpah-tumpah. Nyatanya dia justru terlihat sumringah bahkan kulihat dia lebih ... Ah! Aku lupa jika selama aku pulang, aku belum melihat Al dan El--anak kembarku-- dimana dia? Biasanya saat aku pulang langsung disambut tangisannya yang berebut maninan.

Nisa beranjak, aku menahannya.

"Siapa lagi?" tanyaku dengan menyorotnya dengan mata tajam. Dia tersenyum, ada sedikit rasa nylekit dihati ini.

Bukan jawaban yang kutemukan, dia justru melepaskan tanganku darinya dengan sehalus mungkin.

"Nisa!" Panggilku sedikit geram. Namun, Ita tetap melangkah menuju pintu.

Jantungku berpacu, lebih cepat dari mobil balap, seperti akan meloncat saja. Aku sudah tak mempedulikan laki-laki mantannya Syasya yang masih asik berbincang tentang istri mudaku itu.

"Masuk, Say!" ucap Nisa kepada wanita yang baru saja datang. Aku bernafas lega karena ternyata wanita itu tak aku kenali, mungkin dia hanya teman Nisa!

Nisa berjalan dengan seorang wanita yang membawa tas agak besar. Kalau aku duga itu mungkin berisi makeup. Lalu siapa yang akan di makeup? Apakah aku dan Syasya. Bagaimana mungkin Nisa benar-benar menyiapkan ini semua untuk kami! Tak masuk akal.

"Mas, aku beranjak kekamar dulu ya! Aku mau makeup karena tadi tak sempat untuk makeup sendiri. Habis nganter Al dan El kerumah Ibumu!"

Apa? Al dan El dirumah Ibu? Bagaimana bisa, bukankah ibu selalu keberatan jika dititipi mereka, sedangkan Ibu juga setuju ketika aku utarakan akan menikah lagi.

"Kenapa, Mas? Jangan heran begitu, Ibu mau kok jaga mereka sementara sampai acara ini selesai. Bahkan senang karena aku membuat ini untuk kamu dan Syasya. Aku bilang tamu yang hadir spesial semua. Ini baru Mantan Syasya, belum yang lain, waktu malam masih panjang dan kita akan bersenang-senang merayakannya!" Nisa berkata sambil tersenyum manja, menuntun wanita yang bermake-up natural tapi sangat rapi.

Aku duduk lemas pada kursi sofa. Apa yang dikatakan Nisa tentang tamu spesial masih terngiang. Kira-kira siapa lagi yang datang. Duh!

Aku memijit keningku, merasa rumah ini seperti berputar. Nyut-nyutan rasanya. Apa aku terlalu lelah, setelah satu minggu full bermain kuda-kudaan dengan Syasya. Bukankah rencananya kita malam ini juga akan main lagi hingga pagi. Aku tersenyum sendiri dengan mata yang sudah mengabur karena kepala terasa berat.

Entah berapa lama aku terpejam, aku terkejut ketika sebuah musik di putar secara keras.

Kukucek mata yang masih sedikit buram, melihat siapa yang tengah asik berjoged. Tak nyangka jika yang kulihat adalah para mantan Syasya yang tengah bergerombol dan satu wanita berada di lingkaran itu.

"Syasya!" Aku terpekur, langsung saja berdiri dan menyingkirkan beberapa lelaki yang memgerubungi Syasya.

"Minggir!" teriakku pada lelaki yang masih asik berjoged. Terlihat Syasya sedikit ketakutan tapi mengikuti irama juga. Dasar perempuan murahan!

Langsung saja aku seret Syasya menjauh dari mereka semua. Najis! Melihat istriku di kerubungi banyak laki-laki. Bahkan aku jadi muak melihatnya, mengingat mereka semua pernah tidur bersama istri baruku ini.

"Apa semua benar yang mereka katakan, jika kamu ...!" Aku tak mampu melanjutkan kata-kata. Rasanya malu sekali.

"Jawab, Sya!" Bentakku membuat Syasya terperanjat.

"Jawab apa, Mas. Kamu aja memotong pertanyaanya." Aku meremas rambutku kasar, dia bodoh apa memang otaknya kurang sih!

"Iya, apa kamu memang pernah tidur bersama mereka!" Kutatap lekat pada Syasya. Aku yakin dia akan mengeleng dan mengatakan jika semua yang di katakan mereka hanya manipulasi Nisa saja! Dia iri dan ingin menjatuhkan Syasya didepan mataku.

Namun, nyatanya Syasya mengangguk.

"Iya, Mas. Yang mereka katakan benar adanya. Maafkan aku yang sudah berbohong dan sebenarnya saat masih pacaran denganku aku juga pacaran dengan dua pria lainnya."

Jantungku serasa copot, mendengar sendiri kejujuran Syasya. Bodoh sekali aku tertipu wanita murahan seperti dia? Terus kenapa dia memilih menikah denganku?

"Kalau kamu memang memiliki laki-laki lain, kenapa kamu mau kuajak menikah?" tanyaku dengan mata yang sudah memerah. Aku pasrah atas jawabannya nanti, jika dia mengaku karena aku paling ganteng. Busyeett!

"Karena hanya kamu, Mas. Yang selalu bercerita jika kamu suka wanita bermake-up. Jadi aku yakin pasti kamu akan melakukan apa saja untuk membeli makeupku yang harganya tak murah."

"Apa?" Rasanya aku ingin pingsan. Seluruh sendi tulangku lolos dari tempatnya. Aku lemas tergeletak di lantai.

"Mas!" Teriak Syasya. Mataku terbuka tapi pikiranku sudah entah kemana. Dia terus saja mengguncangkan tubuhku. Aku malas untuk beranjak. Terlebih badanku lemas sekali.

Dari dalam kudengar suara sepatu heels beradu dengan kramik. Siapa gerangan yang keluar, aku kira tadi teman Nisa memakai sepatu.

Aku berusaha duduk, dibantu oleh Syasya. Sekarang aku dapat melihat siapa yang datang. Dengan gamis lebar dan elegan. Kerudung yang dimodifikasi dan juga beberapa hiasan tak luput wajahnya yang membuat mataku membelalak sempurna.

"Nissa ...!" Rasanya selama berumah tangga, baru kali ini aku melihat Nisa bagai bidadari yang turun dari khayangan.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Nisa dengan lembut. Mungkin takut jika lipstik di bibirnya terhapus.

"Berdirilah, acara sebenarnya baru akan di mulai. Ini aku sengaja dandan untuk membuat kamu terlihat wibawa di depan para temanmu."

Apa? Dia bilang teman! Apa mungkin dia benar-benar mendatangkan semua temanku? Bisa gila kalau begini! Aku melirik pada para mantan Syasya yang tak kunjung pergi juga.

====

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rena Agustina
laki laki brengsek jahannam pemuja selangkangN jalang alasan saja bilang istri malas untuk menutupi ke bejadtan nya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Alasan yg super duper konyol sekali buat menikah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status