Arka menghampiri wanita yang sama sekali tidak dia kenal itu. Penampilannya yang terlihat santai dengan pakaian seksi juga sebatang rokok yang terselip di sela jarinya membuat wanita itu benar-benar memperlihatkan bahwa dia bukanlah wanita biasa. Arka pun tersenyum sinis lalu duduk tepat di depan wanita itu."Siapa kamu? Berani sekali kamu membawa saya ke sini?'' tanya Arka menatap tajam wajahnya."Dih, dasar tidak sopan. Bukannya berterima kasih, malah marah-marah. Kamu itu seharusnya bersyukur karena aku sudah membawa kamu ke sini. Kalau tidak, kamu sudah tidur di jalanan semalam, ingat ini semua tidak gratis ya. Kamu harus membayar mahal atas jasaku juga biaya menginap di rumah ini,'' ucap sang wanita yang sama sekali belum diketahui namanya itu."Hahahaha! Kamu gila apa? Masa cuma menginap di rumah kecil seperti ini harus bayar segala sih? Memangnya ini hotel? Lagipula, siapa yang menyuruh kamu bawa saya ke sini?" Arka menertawakan."Enak saja kamu kalau ngomong. Eh ... Dengarkan
"Kamu tenang saja, aku bukan wanita yang suka banyak bicara. Asal mulut aku ini dibungkam dengan uang yang sangat banyak, aku janji tidak akan membongkar rahasia kita ini,'' ucap Naila seraya duduk bersilang kaki membuat Arka seketika merasa kesal."Hey ... Kalau duduk itu yang sopan ya. Kamu itu harus terlihat seperti seorang wanita berkelas. Tutur bicara kamu, cara berpakaian kamu juga sopan santun kamu itu harus diperbaiki," ketus Arka menatap wajah Naila dengan tatapan tidak suka."Heuh! Pura-pura jadi orang kaya itu banyak aturannya juga ya. Segala macam di atur, cara bicara juga harus di perbaiki segala. Tidak bisa apa kalau aku jadi diri aku sendiri?""Tidak bisa dong. Kamu lupa saya ini siapa? Saya adalah Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat, saya laki-laki yang disegani di kota ini juga salah satu pengusaha kaya raya, masa pacar saya tidak punya etika dan tata krama? Tidak lucu 'kan?" "Hmm ... Iya-iya, baik Tuan Arka yang terhormat, terserah anda saja maunya seperti apa. Asal aku
Nyonya Maurina seketika bangkit saat mendengar Bi Sumi mengatakan bahwa putra kesayangannya telah pulang bersama seorang perempuan. Kedua matanya pun terlihat berkaca-kaca merasa tidak percaya. Nyonya Maurina menatap wajah Bi Sumi wanita yang telah bekerja lebih dari 10 tahun di rumahnya itu dengan tatapan sayu berharap bahwa dia sama sekali tidak salah mendengar."Bibi tidak bercanda 'kan? Arka putra saya pulang bersama seorang perempuan?" tanyanya kemudian."Betul, Nyonya. Tuan muda ada di bawah sekarang," jawab Bibi tersenyum ramah."Astaga putraku, Arka! Akhirnya kamu pulang juga, Nak." Nyonya Maurina pun seketika turun dari atas ranjang dan berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari dalam kamar dan di susul oleh Tuan Wijaya kemudian.***Sementara itu, Naila nampak menatap sekeliling rumah besar dan mewah milik Arka dengan tatapan berbinar. Bibirnya pun nampak di buka lebar benar-benar merasa kagum dengan kemewahan yang terlihat begitu nyata di depan kedua matanya kini. Arka yang m
Arka merasa terkejut saat mendengar apa yang baru saja ditanyakan oleh Tuan wijaya sang ayah begitupun dengan Naila. Mereka berdua saling menatap satu sama lain seolah sedang bertanya lewat tatapan mata. Arka bahkan mengedipkan satu matanya memberi isyarat kepada Naila."Saya mencintai Arka, Om. Dia adalah laki-laki baik yang mampu membuat hati saya luluh, ya meskipun Arka memiliki sifat sombong dan keras kepala, tapi saya tidak mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting, dia mencintai saya begitupun sebaiknya dan kami bisa menerima kekurangan masing-masing," lembut Naila, layaknya seorang artis yang sedang berakting terlihat begitu meyakinkan."Kalian tidak sedang membohongi saya 'kan?" tanya Tuan Wijaya, menatap wajah Naila dan juga sang putra secara bergantian."Tentu saja tidak, Dad. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama Naila. Dia adalah wanita spesial yang selama ini saya cari. Saya juga sangat mencintai dia," jawab Adrian meyakinkan sang ayah."Hmm ... Daddy masih meraguk
Arka berbisik di telinga wanita bernama Naila. Wanita yang dia sewa sebagai kekasih bayaran. Apa yang baru saja diucapkan oleh wanita itu benar-benar telah membuat perasaan seorang Arka benar-benar merasa terluka."Apa perlu saya membuktikan kepada kamu kalau saya ini memang pria normal? Kamu tahu, saya bukan hanya sombong dan kasar seperti yang kamu katakan tadi, tapi saya juga mahir dalam hal bermain di atas ranjang," bisik Arka membuat Naila seketika memejamkan kedua matanya.Hembusan napas Arka terasa dingin menyapu permukaan kulit Naila kini. Aroma wangi tubuh laki-laki itu pun tercium begitu maskulin terasa menyegarkan. Bulu kuduk wanita itu seketika berdiri serempak juga merasakan getaran di dalam jiwanya kini."Kenapa kamu diam, Naila? Bukankah kamu sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang? Tubuh kamu juga gemetar. Apa jangan-jangan kamu hanyalah seorang pemain amatir? wanita penghibur yang sama sekali tidak bisa melayani laki-laki di atas ranjang?''Naila diam
Ceklek! Blug!Naila membuka pintu kamar lalu menutupnya kasar setelah dirinya keluar dari dalam kamar. Arka hanya bisa mengusap wajahnya kasar hatinya diliputi penyesalan. Berbagai pertanyaan pun memenuhi hatinya kini.Bagaimana bisa seorang wanita yang notabenenya bekerja sebagai seorang wanita penghibur di sebuah Klub malam masih dalam keadaan Vigin? Lebih parahnya lagi, dirinyalah yang merenggut kesucian wanita itu. Arka melakulan hal itu karena dia berfikir bahwa Naila sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang. Dia sama sekali tidak berniat untuk merenggut mahkota yang selama ini di jaga dengan sekuat tenaga oleh gadis bernama Naila."Sial, kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti itu? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa saya benar-benar harus menikahi dia? Ya Tuhan ..." gumam Arka kemudian.Dia pun bangkit lau turun dari atas ranjang. Dirinya meraih satu-persatu pakaian yang berserakan di atas lantai dan memakainya. Setelah itu Arka Wijaya Kusuma Hadin
"Sebenarnya apa, Nai? Katakan saja jangan sungkan,'' tanya Nyonya Maurina menatap wajah Naila dengan tatapan sayu penuh kasih sayang.Naila diam seribu bahasa. Dia nampak berfikir keras tentang apa yang akan dia ucapkan kepada Nyonya Maurina. Apakah dirinya akan benar-benar membongkar rahasia Arka? Karena rasa sakit hatinya kepada laki-laki itu yang telah merenggut kesuciannya begitu saja."Naila?" "Hah? Eu ... Sebenarnya saya dan Arka hanya--''"Wah, mertua sama calon menantu akrab juga ternyata. Senang deh saya melihatnya.'' Arka datang tepat waktu, dia menyela ucapan Naila.'Untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, tamat sudah riwayat saya,' (batin Arka.)"Kamu? Ngagetin Mommy aja si." Nyonya Maurina seketika menoleh dan menatap wajah Arka merasa terkejut."Memangnya apa sih yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali." Arka duduk tepat di samping Naila kini dan tersenyum mesra kepadanya."Eu ... Nggak ko, kami hanya sedang ngobrol biasa saja, iya 'kan Tante?'' jawab Naila ter
Arka menatap sang ayah dengan perasaan gugup. Bagaimana bisa dia menganalkan kedua orang tua Naila sementara dia sendiri tidak tahu siapa dan dimana orang tuanya saat ini. Dia pun mengepalkan kedua tangannya mencoba menyembunyikan rasa gugupnya saat ini."Arka? Kenapa kamu diam saja? Bisa 'kan Daddy berkenalan dengan orang tuan Naila?" tanya sang ayah membuat Arka seketika membuyarkan lamunan panjangnya."Hah? Eu ... bisa ko, Dad. Nanti saya coba bicarakan hal ini sama Naila, selama ini dia hanya tinggal sendiri di kota. Sementara orang tuanya ada di kampung, setahu saya seperti itu, Dad,'' jawab Arka mencoba bersikap biasa saja."Begitu? Hmm ... Sayang sekali, tapi tidak masalah Daddy bisa ko berjunjung ke rumahnya yang ada di kampung."'Astaga, Daddy benar-benar pantang menyerah,' (batin Arka.)"Itu bisa di atur, Dad," jawab Arka singkat."Baiklah, Daddy akan kembalikan semua barang-barang kamu, tapi ingat Daddy akan mengambilnya kembali jika sampai kamu membohongi Daddy bahkan, Dad