Share

Bab 4. Kekasih Bayaran Tuan Arka

Arka menghampiri wanita yang sama sekali tidak dia kenal itu. Penampilannya yang terlihat santai dengan pakaian seksi juga sebatang rokok yang terselip di sela jarinya membuat wanita itu benar-benar memperlihatkan bahwa dia bukanlah wanita biasa. Arka pun tersenyum sinis lalu duduk tepat di depan wanita itu.

"Siapa kamu? Berani sekali kamu membawa saya ke sini?'' tanya Arka menatap tajam wajahnya.

"Dih, dasar tidak sopan. Bukannya berterima kasih, malah marah-marah. Kamu itu seharusnya bersyukur karena aku sudah membawa kamu ke sini. Kalau tidak, kamu sudah tidur di jalanan semalam, ingat ini semua tidak gratis ya. Kamu harus membayar mahal atas jasaku juga biaya menginap di rumah ini,'' ucap sang wanita yang sama sekali belum diketahui namanya itu.

"Hahahaha! Kamu gila apa? Masa cuma menginap di rumah kecil seperti ini harus bayar segala sih? Memangnya ini hotel? Lagipula, siapa yang menyuruh kamu bawa saya ke sini?" Arka menertawakan.

"Enak saja kamu kalau ngomong. Eh ... Dengarkan aku ya pria pemabuk, aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus membayar terlebih dahulu sebelum kamu keluar dari rumah ini. Kamu tahu, aku memasang tarif yang tinggi sekali kencan."

"Tapi kita tidak kencan lho, saya juga tidak meminta kamu untuk membawa saya ke sini."

"Tapi saya yang menyelamatkan kamu tadi malam. Apa kamu sama sekali tidak mengingat apapun?"

Arka bergeming. Otaknya nampak berfikir keras mencoba untuk mengingat kejadian tadi malam. Namun, dia sama sekali tidak dapat mengingat apapun.

"Kenapa kamu diam? Kamu tidak punya uang? Kalau memang tidak punya uang, kenapa harus datang ke Klub malam segala? Minum saja air putih di rumah," ujar sang wanita kemudian.

"Kamu beneran seorang wanita penghibur?" Arka mengerutkan kening.

"Memangnya kenapa kalau aku seorang wanita penghibur?"

Arka menatap wajah wanita tersebut dari ujung kaki hingga ujung rambut. Wajahnya yang cantik akan terlihat elegan apabila sedikit dipoles dengan make-up natural dan dipakaikan pakaian mahal. Ide konyol pun seketika menghampiri otak kecil Arka. Dia pun tersenyum kecil lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Saya akan bayar kamu mahal, bahkan sangat mahal, tapi ada syaratnya,'' ucap Arka tersenyum ringan.

"Syarat? Ada-ada aja sih. Bilang saja kalau sebenarnya kamu orang miskin, kamu tidak punya uang 'kan? Sudah jujur saja."

"Enak saja kamu kalau bicara. Saya ini seorang pengusaha kaya raya, harta saya tidak akan habis tujuh turunan kalau kamu ingin tahu."

"Ya sudah, buruan bayar kalau begitu dan segera angkat kaki dari rumah aku yang kecil ini."

"Tunggu dulu, saya sudah bilang tadi kalau saya akan membayar kamu mahal tapi dengan satu syarat."

"Syaratnya apa? Katakan saja, yang penting kamu bisa bayar aku dengan imbalan yang besar.''

"Jadi kekasih bayaran saya, mau?" pinta Arka memasang wajah serius seraya menatap tajam wajah wanita itu.

"Hah? Hahahaha! Gila kamu, jadi kekasih bayaran? Dari mana kamu bayar aku nantinya? Dasar aneh,'' wanita itu pun menertawakan, bahkan suara tawanya terdengar renyah membuat Arka seketika merasa kesal.

"Jadi kamu tidak percaya sama sekali kalau saya ini sebenarnya adalah pengusaha kaya raya?"

"Tidak. Mana buktinya kalau kamu memang seorang pengusaha kaya raya? Gak ada 'kan?"

Arka pun merogoh saku celananya lalu hendak meraih dompet dari dalam sana, tapi seketika dia pun teringat bahwa dompet beserta isinya berada di tangan sang ayah saat ini. Dia pun menatap lekat wajah sang wanita. Senyuman kecil pun kembali mengembang dari kedua sisi bibirnya kini.

"Apa kamu punya ponsel?" tanya Arka.

"Ponsel buat apa?"

"Coba kamu cari nama saya di internet."

"Buat apa?''

"Coba saja dulu."

Wanita tersebut pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia menatap sinis wajah Arka seraya meraih ponsel canggih miliknya. Perasaan wanita yang bekerja di sebuah Klub malam itu pun mulai merasa kesal kini.

"Siapa nama kamu?" tanyanya dengan wajah datar.

"Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat,'' jawab Arka penuh percaya diri juga membusungkan dada bidangnya.

"Serius itu nama kamu? Kamu tidak ngaku-ngaku 'kan?"

"Hahahaha ... Sudah jangan banyak omong. Cari saja nama saya di internet cepat,'' pinta Arka, menertawakan.

"Hmm ... Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat," gumam wanita tersebut menatap layar ponsel seraya mengetik nama yang baru saja dia sebutkan.

Kedua mata wanita itu pun seketika terbelalak merasa tidak percaya. Senyuman pun mengembang sempurna dari kedua sisi bibirnya kini. Wajah laki-laki bernama Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat yang berada di media sosial benar-benar sama persis dengan wajah laki-laki yang saat ini berada dihadapannya.

Dia pun menatap wajah Arka lekat lalu membandingkannya dengan wajah Arka di dalam ponsel. Wajahnya benar-benar sama, hanya penampilannya saja yang berbeda. Wanita itu pun seketika merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih ramah.

"Ini benar-benar kamu?'' tanyanya ingin lebih memastikan.

"Kamu tidak lihat dan baca? Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat pengusaha sukses dan kaya raya, pasti seperti itu 'kan tulisan di media sosial itu?" jawab Arka penuh percaya diri.

"Hmm ... Memang iya si. Oke, kapan aku bisa bekerja sebagai kekasih bayaran kamu, Tuan Arka?''

"Sekarang juga, tapi tunggu saya belum tahu nama kamu. Siapa nama kamu?"

"Nama aku Naila, usia aku 27 tahun. Apa lagi yang ingin kamu tahu tentang aku?''

"Tidak ada, nama kamu saja sudah cukup. Saya juga tidak ingin tahu lebih banyak lagi tentang kamu. Yang penting, kamu harus menjalankan tugas kamu sebagai kekasih bayaran Tuan Arka dengan baik," jelas Arka penuh penekanan.

"Oke, deal."

***

Sementara itu di tempat yang berbeda, Antoni nampak menunggu dengan perasaan khawatir karena Arka sampai saat ini masih belum juga pulang. Dia berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya. Kedua matanya pun sesekali melirik jam dinding yang tertempel di dinding rumahnya tersebut.

"Sudah siang seperti ini Tuan Arka ko belum pulang sih? Apa dia baik-baik saja? Saya takut dia tidur di pinggir jalan lagi seperti waktu itu," gumamnya kemudian.

Ceklek!

Pintu rumah pun tiba-tiba di buka dan Arka bersama Naila masuk ke dalam rumah tersebut. Antoni segera menghampiri Tuannya. Seketika, tatapan matanya tertuju kepada wanita yang saat ini berdiri tepat di samping Arka.

"Tuan kemana saja? Kenapa baru pulang? Apa anda tahu saya menunggu Tuan semalaman? Terus siapa wanita ini?" tanya Antoni melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi membuat Arka seketika tersenyum geli.

"Memangnya saya anak kecil apa? Dasar.''

"Ya setidaknya anda bilang sama saya kalau anda tidak akan pulang tadi malam, dengan begitu saya tidak perlu menunggu anda semalaman."

"Iya-iya, saya minta maaf."

"Terus, wanita ini siapa? Apa kalian bermalam bersama?'' selidik Antoni penuh rasa curiga.

"Kenalin, nama aku Naila kekasih baru Tuan Arka." Naila mengulurkan tangannya memperkenalkan dengan diri penuh percaya diri.

"Kekasih?" Antoni membulatkan bola matanya.

"Kekasih bayaran, bukan kekasih sungguhan," celetuk Arka kemudian.

"Kekasih bayaran? Tunggu, saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Tuan katakan? Maksudnya, Tuan membayar wanita bernama Naila ini untuk menjadi kekasih bohongan anda, begitu?''

Arka menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursi ruang tamu begitupun dengan Naila. Keduanya duduk secara berdampingan. Sedangkan Antoni, dia masih berdiri menatap wajah Arka dan juga wanita bernama Naila secara bergantian.

"Anda yakin dengan keputusan anda ini? Menyewa seorang wanita untuk menjadi kekasih bohongan? Kalau anda benar-benar jatuh cinta sama wanita ini bagaimana? Lagipula, apa anda berani membohongi Tuan besar? Kalau sampai kebohongan kalian terbongkar nanti, bagiamana?'' Antoni menghujani Tuannya dengan berbagai pertanyaaan.

"Astaga ... Kamu ini kenapa, Antoni? Sejak kapan kamu jadi begitu peduli dengan kehidupan saya?"

"Sejak Tuan tinggal di sini bersama saya, Tuan sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri. Mana mungkin saya tidak peduli sama Tuan?''

Arka seketika tersenyum. Selama dia tinggal bersama mantan asistennya ini, dia selalu saja merepotkan Antoni. Semua kebutuhannya bahkan pakaian miliknya pun selalu di cuci oleh pemuda ini. Dia pun menatap lekat wajah Antoni dengan tatapan penuh rasa haru.

"Terima kasih, Antoni. Kamu sampai seperti segitunya sama saya. Saya janji kalau saya sudah menduduki posisi saya lagi, saya akan naikan gaji kamu 10 kali lipat. Saya juga akan beri kamu bonus yang besar nanti, tapi saya masih butuh bantuan kamu sekali lagi,'' pinta Arka.

"Bantuan apa, Tuan. Katakan saja, saya pasti akan bersedia membantu Tuan semampu saya."

"Tolong jaga rahasia ini, cuma kamu satu-satunya orang yang tahu tentang rencana saya, Antoni. Kamu harus janji kalau kamu tidak akan pernah membocorkan rahasia ini kepada siapapun, apalagi kepada Daddy. Saya akan mengambil lagi apa yang memang seharusnya menjadi milik saya. Kekayaan, kedudukan, dan kejayaan saya. Saya akan bangkit dan menjadi Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat pengusaha kaya raya seperti Arka yang dulu lagi," tegas Arka penuh penekanan.

"Tentu saja, Tuan. Saya akan menutup rapat mulut saya. Rahasia Tuan aman di tangan saya, tapi apa wanita ini bisa dipercaya?" jawab Antoni menatap Naila satu ujung rambut hingga ujung kaki.

"Apa maksud kamu? Jadi, kamu pikir aku tidak bisa memegang rahasia, begitu?" ketus Naila menatap sinis wajah Antoni.

"Siap tahu 'kan? bisa saja nanti kamu bocorin masalah ini?"

"Kamu tenang saja, saya akan membayar dia dengan imbalan yang cukup besar. Kalau perlu saya akan membeli hidup dia agar dia tidak bisa macam-macam sama saya,'' tegas Arka penuh penekanan.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status