Share

Bab 7. Satu Syarat

Arka merasa terkejut saat mendengar apa yang baru saja ditanyakan oleh Tuan wijaya sang ayah begitupun dengan Naila. Mereka berdua saling menatap satu sama lain seolah sedang bertanya lewat tatapan mata. Arka bahkan mengedipkan satu matanya memberi isyarat kepada Naila.

"Saya mencintai Arka, Om. Dia adalah laki-laki baik yang mampu membuat hati saya luluh, ya meskipun Arka memiliki sifat sombong dan keras kepala, tapi saya tidak mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting, dia mencintai saya begitupun sebaiknya dan kami bisa menerima kekurangan masing-masing," lembut Naila, layaknya seorang artis yang sedang berakting terlihat begitu meyakinkan.

"Kalian tidak sedang membohongi saya 'kan?" tanya Tuan Wijaya, menatap wajah Naila dan juga sang putra secara bergantian.

"Tentu saja tidak, Dad. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama Naila. Dia adalah wanita spesial yang selama ini saya cari. Saya juga sangat mencintai dia," jawab Adrian meyakinkan sang ayah.

"Hmm ... Daddy masih meragukannya. Namun, Daddy senang karena akhirnya kamu bisa menunjukan kepada Daddy bahwa kamu adalah laki-laki normal.''

Arka tersenyum senang sekaligus bernapas lega. Dia sempat berfikir bahwa rahasianya akan terbongkar saat itu juga. Namun, ternyata ayahnya itu bisa dengan begitu mudahnya dia yakinkan. Hal itu pun benar-benar di luar dugaannya.

"Silahkan duduk, Nak Naila. Kamu cantik sekali, sayang. Apa perkejaan kamu?" tanya sang ibu secara tiba-tiba dan tentu saja membuat Arka merasa terkejut begitupun dengan Naila.

Keduanya pun kembali saling melirik melayangkan tatapan bingung. Naila tidak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Arka, dia memikirkan pekerjaan apa gang cocok untuk Naila karena dirinya tidak mungkin memberitahukan hal yang sebenarnya, bahwa pekerjaan Naila adalah seorang wanita penghibur di sebuah Klub malam.

"Eu ... Naila ini sebenarnya adalah mantan sekertaris saya, Mom. Dia pernah bekerja dengan saya selama 3 bulan, dan kami baru bertemu lagi beberapa minggu yang lalu, sebenarnya saya sudah lama menyukai dia, iya 'kan sayang?"

'Maafkan saya karena harus berbohong seperti ini. Saya benar-benar minta maaf, Mom,' (batin Arka.)

"Eu ... Iya, Tante. Saya pernah bekerja menjadi sekretarisnya Mas Arka. Untuk sekarang, saya belum memiliki pekerjaan tetap, tapi saya bisa ko kembali bekerja sebagai sekertaris dia lagi, iya 'kan sayang? Aku bisa jadi sekertaris kamu lagi 'kan?'' tanya Naila tersenyum cengengesan.

"Hah? Hahahaha ... Itu bisa di atur sayang,'' jawab Arka tertawa ringan.

'Astaga, dia tidak benar-benar meminta untuk bekerja sebagai sekertaris saya 'kan?' (batin Arka.)

"Hmm ... Arka, Daddy akan mengembalikan semua fasilitas yang telah Daddy ambil, tapi dengan satu syarat,'' ujar Tuan Wijaya.

"Satu syarat? Syaratnya 'kan sudah ada di sini. Saya sudah membuktikan kepada Daddy kalau saya adalah laki-laki normal, saya sudah punya seorang kekasih sekarang."

"Baru kekasih, Daddy ingin bulan depan kalian menikah. Jangan pacaran terlalu lama, buang-buang waktu saja nanti.''

"Hah?" Naila membulatkan bola matanya merasa terkejut.

"Dad, apa bulan depan tidak terlalu cepat? Eu ... Maksud saya, nunggu 1 tahun atau 2 tahun lagi mungkin?'' pinta Arka merasa keberatan dengan permintaan sang ayah.

"Apa kamu lupa Daddy sama Mommy sudah menunggu selama 38 tahun lamanya? masa sekarang harus menunggu 1 sampai 2 tahun lagi, gimana sih?''

Arka diam seraya mengusap wajahnya kasar. Apa iya dirinya harus benar-benar menikahi wanita penghibur? Naila sama sekali bukanlah wanita idamannya, mana mungkin dia harus menjadikannya istri sementara dia sama sekali tidak mencintai wanita itu? Arka benar-benar berada di ambang dilema, tapi dia tetap berusaha untuk bersikap tenang.

"Kenapa kamu melamun seperti itu? Jangan bilang kalau kamu masih belum siap untuk menikah?" tanya Tuan Wijaya mengerutkan kening.

"Hah? Eu ... Bukan begitu maksud saya, Dad. Saya hanya--'' Arka tidak meneruskan ucapannya.

"Hanya apa? Ya sudah, Daddy beri waktu kalian selama 3 bulan. Pokoknya Daddy tidak mau tahu, dalam waktu tiga bulan kalian harus menikah. Kalau tidak, Daddy akan mengambil lagi semuanya dan kamu kembali jadi gelandangan,'' tegas Tuan Wijaya lalu pergi begitu saja.

Di saat Arka merasa dilema karena dirinya tidak mungkin menikahi wanita bernama Naila. Hal yang berbeda nampak dirasakan oleh Naila kini. Apakah dia sedang bermimpi bahwa dirinya akan segera dinikahkan dengan laki-laki bernama Arka, yang merupakan pengusaha kaya raya, laki-laki tampan dengan sejuta pesona juga berkarisma yang tidak dimiliki oleh kebanyakan laki-laki yang pernah dia temui.

'Apakah aku akan jadi seorang Cinderella yang tiba-tiba dinikahi pangeran tampan dan kaya raya? Ya Tuhan, apakah ini adalah akhir perjalanan aku sebagai wanita penghibur?' (batin Naila.)

"Mommy ke belakang dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol saja di sini. Kalau kamu lelah, kamu boleh beristirahat di kamar Arka di lantai 2,'' ucap Nyonya Maurina seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Naila.

"Hah? Eu ... Iya, Tante. Terima kasih," jawab Naila tersenyum cengengesan.

Setelah kepergian sang ibu, Arka pun menarik pergelangan tangan Naila dan membawanya ke lantai 2 dimana kamarnya berada. Tentu saja hal itu membuat Naila merasa tidak nyaman dan sedikit merasa kesakitan karena laki-laki itu mencengkram erat pergelangan tangannya kini.

"Apa-apaan sih? Biasa saja dong, sakit tahu," protes Naila mencoba melepaskan diri.

"Kita harus bicara."

"Tapi tidak usah sampai seperti ini juga kali, aku bisa jalan sendiri."

Arka mengabaikan ucapan Naila. Dia segera membuka pintu kamar sesaat setelah dia sampai lantai dua. Arka bahkan tidak mendengarkan ucapan Naila yang memintanya untuk melepaskan cengkraman tangannya.

Ceklek!

Blug!

Pintu kamar pun di buka dan segera di tutup setelah mereka berdua masuk ke dalam kamar. Naila segera menepis kasar tangan Arka seraya menatapnya dengan tatapan tajam. Dia pun mengusap pergelangan tangannya yang kini terasa sakit lengkap dengan lingkaran merah.

"Argh ... Sakit tahu. Ternyata anda bukan hanya sombong tapi juga kasar. Pantas saja anda masih melajang dan jadi perjaka tua. Di dunia ini mana ada wanita yang mau menikah dengan anda. Atau, jangan-jangan benar apa yang di katakan oleh ayah anda tadi, kalau sebenarnya anda laki-laki yang tidak normal,'' ketus Naila, menatap wajah Arka merasa geram.

Apa yang baru saja dikatakan oleh Naila tentu saja berhasil membuat Arka merasa tersinggung dan murka. Dia berjalan mendekati wanita itu dengan kedua mata yang menatap kesal wajah Naila. Sontak, Naila pun berjalan mundur seiringan dengan langkah kaki Arka yang saat ini berada sangat dekat dengannya. Sampai akhirnya, tubuh Naila pun bersandar tembok kini.

Bruk!

"Kamu bilang apa tadi? Saya laki-laki tidak normal? Perjaka tua dan tidak ada wanita yang mau sama saya? Apa perlu saya membuktikan kepada kamu bahwa saya adalah pria yang normal?'' ucap Arka kemudian, lalu mendekatkan tubuhnya hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status