Beranda / Rumah Tangga / Kekasih Belia Suamiku / BAB 5: Masih Mengharap Kembali

Share

BAB 5: Masih Mengharap Kembali

Penulis: Rose Callista
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 13:58:05

"Kamu makin cantik."

Bersiap menghadapi Shiraj dengan segala kemungkinan terburuk, membuat Shaina tak menyangka akan mendengar kalimat semacam itu sebagai pembuka percakapan.

Wanita itu tak dapat mengelak untuk tertegun, untuk kemudian tersadar beberapa detik kemudian. Matanya dipaksa mendelik, meski ia yakin pipinya sudah semerah kepiting rebus sekarang.

"Abang sudah punya anak gadis sekarang. Please, bersikap yang sewajarnya atau kita hentikan saja pembicaraan ini." Shaina menggertak meski tak yakin. Dilihatnya Shiraj menghela napas.

"Abang menunggu kamu menghubungi lebih dulu sejak itu. Pasti ada alasan yang masuk akal kenapa secara tiba-tiba kamu datang ke rumah, setelah sekian lama kita tidak bertemu. Dan itu pasti tak ada kaitannya dengan ... kita."

Tentu saja.

Bertahun mengenal pria itu, Shaina memang mengetahui apa pun tentangnya. Nama-nama anggota keluarganya, kampung halamannya, pekerjaannya, nomor rekeningnya, tapi tidak dengan alamatnya.

Hingga jelas, pasti ada alasan kenapa hari itu Shaina bisa tiba-tiba terdampar di rumahnya. Bukan sebagai tamu, apalagi sales. Terlebih mereka telah terlanjur memperkenalkan diri sebagai guru putrinya. 

"Tapi kamu tidak pernah menghubungi lagi," ucapnya lagi, dengan nada terkesan menuntut.

"Fenita, putri abang, ada hubungan istimewa dengan suamiku." Shaina memilih untuk to the point.

Tak ada ekspresi terkejut dari wajah pria yang malah kian menawan di usia matang itu. Jadi, firasatnya benar?

"Abang tahu." Pria itu menjawab lirih.

"Abang tahu? Sejak kapan?" kejar Shaina, tajam.

"Sejak kamu dan temanmu mengatakan adalah gurunya Fenita, abang sudah mencurigai hal itu.” Shirajudin Ahmad terdiam sejenak. Shaina sangat jelas bisa melihat raut tertekan di wajah itu.

“Abang kenal wali kelasnya, bahkan guru BKnya juga. Sejak itu, abang mulai memata-matai Feni, mencari sebab paling masuk akal yang terkait dengan kedatanganmu. Sayangnya, semua itu mengarah pada pria bernama Andre, yang ternyata adalah suamimu. Bagaimana mungkin kamu bisa menikahi pria sebrengsek itu?" lanjutnya lagi, sedikit menggebu.

Shaina sampai menahan napasnya. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Marah? Tersinggung? Atau justru membenarkan?  

"Abang menyita ponsel dan segala fasilitas yang memungkinkan dia berhubungan dengan suamimu lagi. Sekolahnya pun sudah abang pindahkan."

Nalar Shaina bekerja dengan cepat. Jadi, inikah yang menjadi alasan perubahan sikap Andre yang selalu tampak bermuram durja itu?

Hah! ternyata karena ia kehilangan akses untuk menghubungi kekasih belianya itu!

"Maafkan Feni, Sha. Dia ... hanya anak malang yang kurang perhatian. Kesibukan abang tak membuatnya cukup mendapat kasih  sayang sehingga ia harus mencari itu pada orang yang salah."

Penjelasan itu ... serasa juga menampar Shaina. Seolah mendengar napak tilas dari kehidupannya sendiri.

"Ibunya?"

Shaina merasa ada yang ganjil dari kalimat Shiraj. Meski kurang perhatian dari ayah, bukankah masih ada ibu? Atau, mungkinkah Fenita bernasib sama seperti dirinya? Beribu, tapi antara ada dan tiada?

"Feni sudah piatu sejak ia berusia sepuluh tahun, Sha. Dia cuma punya abang yang juga tak bisa sepenuhnya fokus pada dirinya. Sekali lagi, maafkan dia.”

Entah kenapa, hati Shaina malah mencelos pedih. Entah ia harus merasa lebih beruntung atau malah lebih menyedihkan.

Mamanya masih ada, tapi tak lantas membuatnya menghujani Shaina dengan kasih sayang yang lebih sebagai pengganti kasih sayang ayah. Sang mama seolah terkesan menjauh, karena lebih sibuk mengambil hati anak sambungnya ketimbang menganggapnya ada.

Dan rasanya amat menyenangkan melihat mama yang bereaksi keras saat melihatnya dekat dengan Andre. Yah, Andre Aksa bisa semudah itu memasuki kehidupannya bukan saja karena kesadaran Shaina harus menjauhi Shiraj, tapi demi melihat murka mama yang terasa begitu menyenangkan baginya.

Semua karena rasa kecewa yang telah terlanjur merasuk begitu dalam hingga Shaina merasa sulit untuk kembali. Terlebih, sang mama selalu membandingkannya dengan Maira-- saudara tirinya-- orang yang bahkan belum lama memasuki hidup mereka!

"Entah siapa yang kandung dan yang tiri di antara kalian, yang jelas, Maira lebih biisa mengerti dan membanggakan mama. Tak seperti kamu yang selalu membuat mama kecewa. Maira bahkan setuju tanpa syarat dengan pilihan mama dan papamu tentang jodohnya. Sedang kamu? Berpacaran pun tak bisa pilih-pilih. Harus sekali kamu bersama anak urakan tak jelas itu?"

Sejak itu, Shaina memutuskan akan menjadikan ucapan mamanya sebagai kenyataan. Maira akan menjadi satu-satunya putri kebanggaan. Hal yang membuatnya mantap menjadikan Andre sebagai seorang suami, apa pun yang terjadi!

Mamanya memang benar. Apa yang bisa dibanggakan dari dirinya? Shaina bahkan pernah terlibat affair dengan pria beristri, meski beliau tak tahu. Dan menjadikan Andre sebagai suami, akan lebih memperlengkap itu.

"Kamu baik-baik saja kan, Sha?" Shiraj menyentuh lembut jemarinya. Menyadarkan Shaina dari lamunan sesaatnya.

Perlahan, dicobanya melepaskan diri dari genggaman pria itu. Namun tampaknya Shiraj tak berkenan. Ia malah makin mempereratnya membuat Shaina berdebar luar biasa gila.

"Jangan kayak gini Bang. Please."

"Aku tahu kamu nggak bahagia bersama dia, Sha."

"Heh?"

"Tinggalkan dia, Sha. Dia nggak pantas untuk kamu," ucapnya, terdengar memerintah hingga Shaina terkekeh geli mendengarnya.

"Terus, aku pantasnya sama siapa? Sama Abang?"

"Kenapa tidak? Abang masih lebih bisa tulus mencintai kamu ketimbang suami mata keranjangmu itu. Apa kamu tahu, dia pernah berusaha mendatangi rumah kami karena tak bisa lagi menghubungi Feni? Abang bisa saja memerintahkan anak buah untuk membuatnya babak belur saat itu juga!"

"Abang mikir nggak, kalau situasi kita saat ini seperti deja vu? Apa yang kita lakukan dulu, kini dilakukan oleh orang terdekat kita," gumam Shaina, lirih.

"Suamimu itu tak hanya selingkuh dengan Feni, Sha. Ada beberapa wanita lain yang juga menjadi koleksinya. Setidaknya, abang tidak seperti itu."

"Ternyata abang gerak cepat juga. Semua info tentang suamiku abang sudah tahu semua. Hebat." Shaina tersenyum kecut.

"Jadi kamu sudah tahu tentang kelakuan suamimu? Dan reaksi kamu cuma seperti itu?" Shiraj mengerutkan dahinya, tak habis pikir.

Shaina hanya menghela napas berat. "Aku mesti gimana, Bang? Mungkin sama seperti mendiang istri abang, kami mendiamkan karena satu dan lain hal."

Shiraj pun seolah terkunci. Ucapan Shaina telak menghantamnya, menyeretnya pada kenangan masa lalu saat Adella masih hidup. Adella yang juga tahu suaminya diam-diam menjalani hubungan terlarang dengan seorang gadis belia. Adella yang mungkin membawa rasa sakitnya hingga maut menjemput.

Hanya Tuhan yang tahu betapa Shiraj merasa sangat menyesal harus menyakiti hati sebaik istrinya itu. Sama seperti Tuhan pun tahu bahwa Shirajudin Ahmad tak sekali pun pernah menyesali cinta terlarangnya pada Shaina Dewayani, wanita yang hingga kini masih melekat begitu kuat dalam hatinya.

"Kamu punya pilihan, Sha. Selalu punya pilihan. Memaklumi bukanlah solusi tepat untuk hal semacam ini. Hidupmu terlalu berharga untuk mendampingi lelaki sebrengsek dia!"

"Lebih baik abang fokus pada Fenita saja. Dia perempuan, Bang. Setelah setahun mereka bersama, aku tak yakin perasaannya bisa semudah itu untuk melupakan."

"Tentu saja dia harus melakukannya!”

Shaina tersenyum samar. "Abang jangan terlalu yakin. Setahun, Bang, setahun! Abang pikir, apa yang telah mereka lewati selama setahun itu? Selama lebih dari tiga ratus enam puluh lima hari?"

Shiraj menatapnya, dengan perasaan dilema. Seluruh syaraf memorinya seakan jelas mengingatkan kenangan apa pun yang selama hampir empat tahun dengan wanita di hadapan.

Pria itu bukannya tak paham, Shaina mencoba mengajaknya berpikir realistis dengan kenangan mereka sebagai rujukan.

"Fenita belum pernah tersentuh, Sha, kalau itu maksudmu."

Shaina pun tersentak dan menganga.

"Aku membawanya periksa ke dokter sesaat begitu tahu dia berhubungan dengan suami orang." Shiraj mengalihkan pandang.

"Abang? Kenapa, apakah abang ... takut?"

"Sebagai seorang ayah, tentu saja," akunya, lemah. 

Shaina menyeringai. "Apa yang akan abang lakukan bila hasil pemeriksaan menunjukkan sebaliknya?"

Adrenalin wanita itu seolah tertantang untuk menanyakan hal yang bagai memiliki dua sisi itu. Namun, Shiraj menatapnya dengan yakin.

"Abang akan menyeret suamimu itu ke penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya!"

Shaina tertawa pedih. "Abang nggak sadar kalau abang itu egois?"

"Abang bisa lebih egois dari itu, Sha. Abang paham arah kalimatmu. Tapi satu hal yang pasti, kami berbeda, kamu tahu itu dengan baik melebihi siapa pun!” Pria itu menatap Shaina dengan sangat lekat. Tatapan yang sialnya, masih mengalirkan arus berbahaya ke hati Shaina.

“Ingat, Sha, kamu yang memilih pergi. Namun setelah tahu kamu hanya dipecundangi seperti ini setelah memilih meninggalkan abang, jangan salahkan bila abang akan melakukan hal yang jauh lebih egois dari ini. Seperti misalnya ... berusaha untuk mendapatkan kamu kembali!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 19: Akhir Kisah Kita

    “Bercandamu nggak lucu! Kamu mau nikah sama siapa? Kamu bahkan belum tamat kuliah, loh!” Lihatlah, ia bahkan masih bertanya saat ia tahu Andre adalah kekasihku. Tapi setidaknya, reaksi bang Shiraj masih lebih manusiawi ketimbang Alvi saat kuberitahu. “Pernahkah ada seseorang yang mengatakan kalau kamu orang yang bodoh, Sha? Maka, biarkan aku yang mengatakannya untuk pertama kali. KAMU BODOH!” “Sepertinya kamu harus dirukyah! Aku yakin, pasti ada sesuatu yang nggak beres!” Begitu kata Alvi.“Aku serius, Bang. Orang tua Andre sudah melamarku seminggu yang lalu.” Barulah ekspresi bang Shiraj berubah, seiring tatapannya yang semakin tajam. “Sampai segitunya kamu pengen lepas dariku, Sha. Apa ini masuk akal? Kamu bermaksud menikahi pria menjengkelkan yang katamu tak akan kau lirik meski ia adalah pria terakhir di dunia?” “Nggak ada satu pun manusia yang bisa mengatur perasaannya sendiri, Bang. Termasuk aku.” “Kamu mau bilang kalau kamu mencintainya? Itu bahkan lebih menggelikan!” “

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 18: Kita Akhiri Semuanya, Bang

    “Mbak ….” Aku terbata, sekaligus terkunci. Firasatku benar, wanita ini telah mengetahui segalanya!“Saya sudah lama mengetahuinya, Dek, bahkan sebelum kita bertemu di Mall tempo hari. Hanya seorang istri yang bisa merasakan perubahan hati suaminya, sepintar apa pun ia menutupinya.” Mbak Adella tersenyum lembut yang malah semakin mengoyak hatiku.“Maaf, Mbak.” Aku tertunduk malu. Apa lagi yang bisa kukatakan? Menyangkal pun malah akan terkesan konyol. Lagi pula, aku tak cukup cakap untuk berakting seperti itu.“Dia memang pria yang baik. Saya yakin, kamu pun tak bermaksud untuk seperti itu sebelumnya. Iya, kan?”“Ya, Mbak. Bang Shiraj adalah pria yang baik. Maafkan saya yang bisa-bisanya terlanjur nyaman dengan suami Mbak.”“Saya juga yakin, belum pernah ada sesuatu yang jauh yang terjadi di antara kalian, kan?”“Tidak, Mbak. Kami tak pernah sejauh itu. Saya bersumpah!” Aku menjawab cepat, seolah takut akan prasangkanya.“Karena dari itu, mohon tinggalkan dia. Dek Shaina masih sangat m

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 17: Jangan Panggil Aku Om lagi

    Aku sadar, hati ini mulai tergelincir semakin jauh. Entah kapan tepatnya perasaan aneh itu mulai hadir. Mungkinkah seiring pertemuan kami atau jangan-jangan, semenjak pertama kali melihatnya?Bagaimana dengan om Shiraj sendiri, itu masih sebuah misteri. Yang jelas, tak ada yang berubah dari sikap pria itu padaku. Ia tetap hangat tanpa menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Sementara, aku begitu kesulitan menutupi sinyal ketertarikan padanya.Hubungan pertemanan kami tetap berlanjut hingga aku duduk di bangku kuliah. Bahkan sepertinya, intensitas pertemuan kami menjadi lebih sering ketimbang dulu.Perlahan, aku juga mulai merasakan ‘perubahan’ sikap dalam dirinya. Aku mungkin terhitung gadis yang kurang pengalaman. Namun aku yakin, bisa merasakan ada yang berbeda dengan om Shiraj.Cara ia menatapku, terkesan lebih dalam dan intens. Hati kecilku mengatakan, kami memiliki perasaan yang sama.Terkadang, aku kerap tertantang untuk membuktikannya. Entah dengan berlama-lama menatapnya hingga

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 16: Awal Jumpa

    PoV Shaina Dewayani, 10 tahun lalu.“Om Shiraj?” Kutatap pria tinggi tegap yang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah itu dengan seksama.“Ya. Kamu Shaina, kan?”Aku mengangguk cepat, mencoba menghalau rasa terpaku yang konyolnya datang begitu saja. Astaga, Shaina, macam tak pernah melihat pria ganteng sajalah kau!“Aku pasti mengganggu waktu Om banget, ya?”“Nggak, kok. Sabtu kan om memang libur. Ayok, mana kelasmu?”Kami pun berjalan beriringan menuju kelasku. Aku memang meminta bantuannya untuk menyamar sebagai waliku untuk mengambilkan rapot, karena mama tak mungkin meminta ijin di tempat kerja barunya.Ini adalah pertemuan pertama kami setelah berteman di sosmed enam bulan lamanya. Selama ini, aku bahkan tak ingin tahu seperti apa rupa fisik teman mayaku itu.Aku juga tahu kalau ia adalah seorang suami dan papa. Tapi, menurut kacamata ABG sepertiku, itu bukanlah sebuah masalah.Bukankah kita bisa berteman dengan siapa saja tanpa harus memandang status pribadinya? Tapi, kenapa ta

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 15: Fenita Adalah Sebuah Kesengajaan

    Shaina menatap sang suami dengan tatapan nyalang. Masih terngiang di telinganya pengakuan Andre kemarin dulu tentang perasaannya terhadap sang ABG. Cara bertuturnya yang mengisyaratkan perasaan yang tak bisa dibilang main-main. Fenita bahkan sanggup mengubah sifat Andre secara perlahan.Dan seperti yang baru saja terjadi, Andre masih nekad berusaha menemui gadis itu di atas janjinya untuk menghindari dan mengakhiri hubungan terlarang mereka. Dan haruskah Shaina percaya, itu tak berarti apa pun bagi sang suami?Andre masih terdiam tanpa pembelaan apa pun. Hal yang justru semakin membenarkan dugaan Shaina padanya. Atau mungkin, pria itu tengah merancang seribu satu dusta lagi untuk dikatakan?“Atau … kau masih penasaran karena belum sempat mereguk apa pun darinya?” tanya Shaina, mencemooh.Kilas ingatan ucapan Shiraj tentang keputusannya membawa Fenita periksa keperawanan, seketika membayang. Setidaknya, ia tahu belum ada yang terlalu jauh di antara mereka.Ada kilat kemarahan dalam ta

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 14: Aku Hanya Iseng Dengannya

    “Dari mana, Kamu?”Shaina terlonjak, kaget setengah mati.Ruangan berubah benderang kala Andre menyalakan saklar tak jauh dari tempatnya berdiri. Meski telah bertekad dan merasa siap, nyatanya, Shaina merasa sedikit gentar juga.Seumur-umur membersamai Andre, baru kali ini pria itu tumben-tumbenan sengaja menunggunya pulang dalam kegelapan disertai kalimat tanya yang begitu dingin.Shaina melirik sang suami sambil terus berjalan menuju kamar. Keadaan tubuh yang basah, sungguh membuatnya merasa tak nyaman untuk menghadapi Andre. Setidaknya, ia merasa harus membersihkan diri dan berganti pakaian dulu.“Aku sedang bertanya padamu, Shaina!” Andre menegur kesal melihat sang istri yang melewatinya begitu saja.Shaina? Bila diingat-ingat, rasanya sudah beberapa kali ini Andre menyebut namanya secara lengkap. Heran, kan, padahal toh, ‘Shaina’ memang namanya. Namun ketika diucap secara lengkap olehnya, Shaina paham kalau Andre sedang dalam kondisi hati yang tak terlalu baik.“Bertanya pun haru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status