Share

BAB 4: Pertemuan

Author: Rose Callista
last update Last Updated: 2024-01-10 13:48:53

Entah ada apa dengan Andre sebenarnya. Jelas, Shaina bisa merasakan sikap uring-uringannya yang semakin menjadi-jadi. Apakah ini ada hubungannya dengan Fenita? Atau wanita-wanita yang lain?

Satu hal yang jelas, Andre tak pernah seperti ini sebelumnya. Pria itu seolah kehilangan gairah hidup dengan menampakkan gesture dan ekspresi lesu setiap harinya. Wajah itu pun nyaris tak pernah lagi berhias senyum.

Andre tak ubahnya seperti zombie yang bernyawa!

"Oke, tolong katakan ada apa lagi kali ini, Dre." Shaina menelungkupkan sendok-garpu dengan gemas. Cukup sudah beberapa hari ini ia dianggap figuran. Dan Shaina mulai menampakkan sikap muaknya.

Untuk makan malam saja, ia harus memaksa sang suami. Dan sepanjang makan, Andre hanya melamun, seolah asyik dengan dunianya sendiri.

Bahkan beberapa kali pertanyaan random Shaina, hanya berbalas gumaman karena pria itu tak berkonsentrasi.

"Apa maksudmu dengan ada apa?" Andre balik bertanya dengan raut wajah tak suka. Ia pun menyudahi makan meski nasi di piringnya masih tersisa lumayan banyak.

Bolak-balik selingkuh, Andre nyaris tak pernah kehilangan sisi hangat dan romantisnya pada Shaina. Sekali pun itu hanya kamuflase, setidaknya Andre masih menghargai keberadaannya sebagai seorang istri.

Tapi kali ini berbeda.

Entah apakah perubahan ini disebabkan oleh Fenita atau bukan, yang jelas cukup membuat Shaina berdenyut nyeri. Terlebih bila ini benar karenanya, berarti memang sudah sedalam itu perasaan sang suami pada remaja itu. Dan bukankah dengan Fenita adalah rekor terlama perselingkuhan Andre?

"Jangan menjawab tanyaku dengan pertanyaan juga. Kamu tahu persis apa maksudku. Siapa lagi kali ini yang mampu membuatmu semellow itu hingga seakan tak punya gairah hidup?" 

Andre memang belum sadar kalau Shaina telah mengetahui tentang Fenita, bahkan sudah sampai taraf mendatangi rumahnya segala. Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan yang ... entah. Kemudian, ia hanya menyeringai.

"Kau selalu bertanya tentang hal yang sama. Prasangkamu bisa saja menjadi kenyataan, Sha. Tidak adakah  selain hal negatip yang bisa kau pikirkan tentang aku?"

"Oh ya? Persetan menjadi kenyataan atau tidak, itu bukan lagi masalah untukku. Tak diharapkan pun, hal brengsek itu sudah lama terjadi, kan?" Shaina mulai terpancing.

"Terserah apa katamu, Sha." Andre mengibaskan tangannya. Pria itu berlalu dari meja makan dan menyambar kunci mobil di atas bufet. Lagi-lagi bermaksud meninggalkan semua tanpa akhir yang jelas.

“Kita sedang bicara, tak bisakah kau menghargaiku sedikit saja?” teriak Shaina, reflek mengikutinya.

Namun, Andre sama sekali tak menggubris. Pria itu tetap pergi dan tak lama, suara mobilnya terdengar dari halaman rumah.

Shaina luar biasa jengkel dibuatnya. Ia menghempaskan diri pada sofa dengan seribu satu pikiran berkecamuk. Wanita itu tahu, ia harus melakukan sesuatu, kecuali ia merelakan semuanya tanpa perubahan.

Ponsel dalam sakunya tiba-tiba saja berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk. Malas, Shaina meraih benda itu. Dahinya berkerut. Sebuah nomor tak terdaftar dengan foto profil motor sport mengirimkan beberapa pesan kepadanya.

[Ini abang]

[Ayo bertemu di kafe Nirwana besok sore.]

[Ada sesuatu yang harus kita bahas]

[Dan mungkin, ini berkaitan dengan apa yang menjadi tujuanmu datang ke rumah empat hari yang lalu]

Mata Shaina seketika membulat. Bang Shiraj? Tanpa dikomando, debar-debar dalam dadanya tiba-tiba begitu saja hebat bergemuruh.

Ini bukan tentang Shirajudin Ahmad yang masih memberi efek getar di setiap chat atau pun sekedar dering misscallnya. Tapi isi pesan itu, apa maksudnya? Apa dia ... tahu? Tahu dari mana? Dan apakah hal tersebut ada kaitannya dengan perubahan sikap Andre?

Begitu banyak tanya yang rasanya ingin saat ini juga terjawab. Namun Shaina memilih bersabar.

Memperpanjang komunikasi meski hanya via chat dan itu pun bukan untuk membahas masa lalu, masih cukup untuk membuat Shaina ada dalam mode waspada penuh. Karena Shaina sadar betul, setinggi apa potensi pria itu dalam 'menyusahkan' hatinya.

Tanpa berniat membalas pesan tersebut, Shaina segera mematikan data seluler. Tak ingin komunikasi terjalin lebih lanjut lagi.

Meski jujur, ada sedikit protes dari sudut tersembunyi hati tentang keputusannya itu. Dan itu cukup membuatnya untuk mengutuk dirinya sendiri.

***

Kafe Nirwana di sore hari masih belum terlalu ramai. Biasanya pengunjung akan membludak seiring  waktu-waktu pulang kantor nanti. Shaina berkali menghela napasnya, mencoba meredakan debar yang amat mengganggu itu.

Situasi yang lucu.

Haruskah ia berhadapan dengan ayah kekasih suaminya dengan hati yang berdebar gila seperti itu?

Situasi di antara mereka sudah tak lagi sama. Mungkin saja bahkan pertemuan ini akan berakhir tak mengenakkan. Seperti apa pun Shirajudin Ahmad di masa lalu, di saat kini ia adalah  ayah dari Fenita Febriani. Dan bisa dipastikan, pria itu akan berpihak pada anaknya.

Bisa jadi, pria itu akan ikut marah kepadanya karena sebagai seorang istri, Shaina dianggap tak mampu menjaga suaminya.

Atau jangan-jangan, ia akan dituding mendapat karma atas perbuatan salah di masa lalu mereka. Huh, yang benar saja. Dengan menudingnya, bukankah sama artinya pria itu menunjuk dirinya sendiri?

Monolog absurd dalam benaknya, cenderung mengubah mood Shaina dan membuat emosinya terhadap pria itu cenderung berkembang.

Membuat Shaina bersiap dalam mode 'perang', karena sepenuhnya sadar situasi di antara mereka tidaklah lagi sama. Dan bila prasangkanya benar terjadi, bukankah membela diri dan fokus menganggap Shiraj sebagai musuh, adalah hal terlogis yang harus dilakukannya?

Ya, seburuk apa pun resikonya, Shaina sudah memperhitungkan itu ketika mengirim chat balasan untuk setuju bertemu pada sore ini. Matanya menyisir  setiap inci ruangan, mencari sosok yang katanya telah ada lebih dulu di tempat ini.

[Aku di pojok kanan. Dari tempatmu berdiri, tertutup tanaman hias. Kamu nggak bakal bisa lihat aku dari situ]

Shaina bergegas menuju tempat yang di maksud usai membaca chatnya barusan. Dipersiapkannya mental sebaik mungkin, meski hatinya riuh menyadari ada yang berbeda dari chat tersebut.

Dulu, Shiraj selalu membiasakan menyebut dirinya dengan panggilan ‘abang’. Jadi, ketika kini ia mengganti dengan istilah ‘aku’, entah kenapa Shaina merasa merinding karenanya. Ia merasakan kesan yang lebih … intim? Ah, entahlah.

Please Shaina, jangan mempersoalkan printilan dari pelajaran bahasa Indonesia di saat genting seperti ini!’

Sosok yang tak asing itu langsung tertangkap pandangan matanya kala Shaina kian mendekat. Wanita itu pun sadar bahwa ia tengah ditatap dengan begitu intens tanpa jeda. Berusaha untuk tak merasa risih, Shaina meraih kursi di hadapannya dan mencoba duduk dengan tenang.

Rasanya sia-sia umur sudah dua puluh tujuh tapi masih bisa gemetar hanya karena ditatap selekat itu. Tapi ... ini betul-betul sesuatu.

Shirajudin Ahmad tak sepenuhnya berubah. Dari dulu Ia selalu mampu membuat Shaina meleleh hanya dengan sebuah tatapan.

Tunggu ....

Apa maksudnya saat ini ia sedang meleleh? Shaina mencoba balas menatap pria itu dengan pikiran yang tenang. Tak ingin Shiraj begitu mudah 'mengintimidasi' perasaannya, sama seperti bertahun lalu.

"Saya sudah di sini. Abang bisa cerita apa pun yang menjadi maksud dalam chat kemarin." Shaina memulai, berusaha setengah mati untuk tenang. Hanya Tuhan yang tahu betapa ia berjuang keras untuk itu.

"Kamu makin cantik...."

Kalimat jawaban yang melenceng itu, sukses membuat Shaina terpaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Thya
alamat CLBK ini mah ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 19: Akhir Kisah Kita

    “Bercandamu nggak lucu! Kamu mau nikah sama siapa? Kamu bahkan belum tamat kuliah, loh!” Lihatlah, ia bahkan masih bertanya saat ia tahu Andre adalah kekasihku. Tapi setidaknya, reaksi bang Shiraj masih lebih manusiawi ketimbang Alvi saat kuberitahu. “Pernahkah ada seseorang yang mengatakan kalau kamu orang yang bodoh, Sha? Maka, biarkan aku yang mengatakannya untuk pertama kali. KAMU BODOH!” “Sepertinya kamu harus dirukyah! Aku yakin, pasti ada sesuatu yang nggak beres!” Begitu kata Alvi.“Aku serius, Bang. Orang tua Andre sudah melamarku seminggu yang lalu.” Barulah ekspresi bang Shiraj berubah, seiring tatapannya yang semakin tajam. “Sampai segitunya kamu pengen lepas dariku, Sha. Apa ini masuk akal? Kamu bermaksud menikahi pria menjengkelkan yang katamu tak akan kau lirik meski ia adalah pria terakhir di dunia?” “Nggak ada satu pun manusia yang bisa mengatur perasaannya sendiri, Bang. Termasuk aku.” “Kamu mau bilang kalau kamu mencintainya? Itu bahkan lebih menggelikan!” “

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 18: Kita Akhiri Semuanya, Bang

    “Mbak ….” Aku terbata, sekaligus terkunci. Firasatku benar, wanita ini telah mengetahui segalanya!“Saya sudah lama mengetahuinya, Dek, bahkan sebelum kita bertemu di Mall tempo hari. Hanya seorang istri yang bisa merasakan perubahan hati suaminya, sepintar apa pun ia menutupinya.” Mbak Adella tersenyum lembut yang malah semakin mengoyak hatiku.“Maaf, Mbak.” Aku tertunduk malu. Apa lagi yang bisa kukatakan? Menyangkal pun malah akan terkesan konyol. Lagi pula, aku tak cukup cakap untuk berakting seperti itu.“Dia memang pria yang baik. Saya yakin, kamu pun tak bermaksud untuk seperti itu sebelumnya. Iya, kan?”“Ya, Mbak. Bang Shiraj adalah pria yang baik. Maafkan saya yang bisa-bisanya terlanjur nyaman dengan suami Mbak.”“Saya juga yakin, belum pernah ada sesuatu yang jauh yang terjadi di antara kalian, kan?”“Tidak, Mbak. Kami tak pernah sejauh itu. Saya bersumpah!” Aku menjawab cepat, seolah takut akan prasangkanya.“Karena dari itu, mohon tinggalkan dia. Dek Shaina masih sangat m

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 17: Jangan Panggil Aku Om lagi

    Aku sadar, hati ini mulai tergelincir semakin jauh. Entah kapan tepatnya perasaan aneh itu mulai hadir. Mungkinkah seiring pertemuan kami atau jangan-jangan, semenjak pertama kali melihatnya?Bagaimana dengan om Shiraj sendiri, itu masih sebuah misteri. Yang jelas, tak ada yang berubah dari sikap pria itu padaku. Ia tetap hangat tanpa menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Sementara, aku begitu kesulitan menutupi sinyal ketertarikan padanya.Hubungan pertemanan kami tetap berlanjut hingga aku duduk di bangku kuliah. Bahkan sepertinya, intensitas pertemuan kami menjadi lebih sering ketimbang dulu.Perlahan, aku juga mulai merasakan ‘perubahan’ sikap dalam dirinya. Aku mungkin terhitung gadis yang kurang pengalaman. Namun aku yakin, bisa merasakan ada yang berbeda dengan om Shiraj.Cara ia menatapku, terkesan lebih dalam dan intens. Hati kecilku mengatakan, kami memiliki perasaan yang sama.Terkadang, aku kerap tertantang untuk membuktikannya. Entah dengan berlama-lama menatapnya hingga

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 16: Awal Jumpa

    PoV Shaina Dewayani, 10 tahun lalu.“Om Shiraj?” Kutatap pria tinggi tegap yang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah itu dengan seksama.“Ya. Kamu Shaina, kan?”Aku mengangguk cepat, mencoba menghalau rasa terpaku yang konyolnya datang begitu saja. Astaga, Shaina, macam tak pernah melihat pria ganteng sajalah kau!“Aku pasti mengganggu waktu Om banget, ya?”“Nggak, kok. Sabtu kan om memang libur. Ayok, mana kelasmu?”Kami pun berjalan beriringan menuju kelasku. Aku memang meminta bantuannya untuk menyamar sebagai waliku untuk mengambilkan rapot, karena mama tak mungkin meminta ijin di tempat kerja barunya.Ini adalah pertemuan pertama kami setelah berteman di sosmed enam bulan lamanya. Selama ini, aku bahkan tak ingin tahu seperti apa rupa fisik teman mayaku itu.Aku juga tahu kalau ia adalah seorang suami dan papa. Tapi, menurut kacamata ABG sepertiku, itu bukanlah sebuah masalah.Bukankah kita bisa berteman dengan siapa saja tanpa harus memandang status pribadinya? Tapi, kenapa ta

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 15: Fenita Adalah Sebuah Kesengajaan

    Shaina menatap sang suami dengan tatapan nyalang. Masih terngiang di telinganya pengakuan Andre kemarin dulu tentang perasaannya terhadap sang ABG. Cara bertuturnya yang mengisyaratkan perasaan yang tak bisa dibilang main-main. Fenita bahkan sanggup mengubah sifat Andre secara perlahan.Dan seperti yang baru saja terjadi, Andre masih nekad berusaha menemui gadis itu di atas janjinya untuk menghindari dan mengakhiri hubungan terlarang mereka. Dan haruskah Shaina percaya, itu tak berarti apa pun bagi sang suami?Andre masih terdiam tanpa pembelaan apa pun. Hal yang justru semakin membenarkan dugaan Shaina padanya. Atau mungkin, pria itu tengah merancang seribu satu dusta lagi untuk dikatakan?“Atau … kau masih penasaran karena belum sempat mereguk apa pun darinya?” tanya Shaina, mencemooh.Kilas ingatan ucapan Shiraj tentang keputusannya membawa Fenita periksa keperawanan, seketika membayang. Setidaknya, ia tahu belum ada yang terlalu jauh di antara mereka.Ada kilat kemarahan dalam ta

  • Kekasih Belia Suamiku   BAB 14: Aku Hanya Iseng Dengannya

    “Dari mana, Kamu?”Shaina terlonjak, kaget setengah mati.Ruangan berubah benderang kala Andre menyalakan saklar tak jauh dari tempatnya berdiri. Meski telah bertekad dan merasa siap, nyatanya, Shaina merasa sedikit gentar juga.Seumur-umur membersamai Andre, baru kali ini pria itu tumben-tumbenan sengaja menunggunya pulang dalam kegelapan disertai kalimat tanya yang begitu dingin.Shaina melirik sang suami sambil terus berjalan menuju kamar. Keadaan tubuh yang basah, sungguh membuatnya merasa tak nyaman untuk menghadapi Andre. Setidaknya, ia merasa harus membersihkan diri dan berganti pakaian dulu.“Aku sedang bertanya padamu, Shaina!” Andre menegur kesal melihat sang istri yang melewatinya begitu saja.Shaina? Bila diingat-ingat, rasanya sudah beberapa kali ini Andre menyebut namanya secara lengkap. Heran, kan, padahal toh, ‘Shaina’ memang namanya. Namun ketika diucap secara lengkap olehnya, Shaina paham kalau Andre sedang dalam kondisi hati yang tak terlalu baik.“Bertanya pun haru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status