Share

Mencari Simpati

Author: Rcancer
last update Huling Na-update: 2023-12-13 05:35:40

"Bagaimana bisa dia seenaknya membuat perjanjian seperti ini?" gerutu Naina kala dirinya kembali membaca email dari Bintang. Wanita itu bahkan beberapa kali menggelengkan kepalanya setiap membaca poin-poin yang harus dia patuhi.

"Apa mungkin berita depresinya Bintang itu benar? Lalu, dia kan sering digosipkan dengan banyak wanita, bagaimana mungkin kalau dia tidak percaya yang namanya cinta? Ada-ada aja," gerutu Naina kala teringat kembali dengan segala gosip yang berhubungan dengan aktor tersebut, yang berbanding terbalik dengan sikapnya kepada Naina beberapa menit yang lalu.

"Masa bodo ah, mending aku ke kamar Ayah dulu," Naina pun bangkit menuju tempat ayahnya dirawat meski suasana hatinya saat ini sedang kacau.

Wanita itu juga harus mempersiapkan jawaban jika orang tuanya bertanya tentang biaya rumah sakit yang tiba-tiba lunas.

Begitu sampai di ruang rawat inap tempat ayahnya di rawat, Naina agak tercengang dengan keadaan tempat itu. Saat mata Naina menelisik ke setiap penjuru, rupanya satu ruangan yang berada di tempat tersebut sedang menyaksikan berita pengakuan Bintang pada satu layar televisi yang terpasang di dinding ruang rawat inap itu.

Mata Naina membulat. Langkah kakinya terhenti dan dirinya kini ikut fokus menyaksikan berita tersebut. Naina juga sempat mendengar bisik-bisik pasien lain dan juga keluarganya yang sedang membicarakan berita Bintang.

"Astaga! Untung wajahku dibikin buram. Coba kalau tidak, pasti aku udah dirujak berbagai pertanyaan sama orang-oang ini," gerutu Naina, dan dia segera menghampiri brangkar orang tuanya.

"Kamu darimana aja, Nai? Kok lama?" tanya sang ibu begitu melihat anak gadisnya datang.

"Paling juga lihat Bintang dulu, Bu. Ibu nggak lihat berita kalau Bintang melakukan wawancara di rumah saki ini?" ucap sang Ayah.

"Benar juga. Selama ini, kamu kan mengiidolakan itu anak ya?" sahut ibu lagi. "Kalau Bintang tahu kita di sini, dia masih ingat Ibu nggak yah?"

Naina hanya memanyunkan bibirnya. Sama sekali tidak ada niat untuk menanggapi ucapan Ibunya.

Sama seperti wanita lain, Naina memang mengidolakan aktor tersebut. Terlepas dari hubungan masa lalu mereka, Naina memang mengidolakan aktor tampan tersebut.

Mungkin jika bukan karena hubungan dimasa lalunya, Naina merupakan wanita yang paling bahagia karena bisa sedekat tadi dengan Bintang. Namun sayangnya, bagi Naina, itu hanya mimpi.

"Gimana, Nai? Apa kamu sudah tanya kebagian administrasi?" Ibu kembali melempar pertanyaan, kala mendapati anaknya hanya melamun sembari duduk bersandar tembok di atas lantai.

Naina mendesah. Baru tadi dia memikirkan hal itu, dan sekarang, benar-benar kejadian. "Sudah, Bu," jawab Naina lemah.

"Gimana hasilnya? Kita bisa mengajukan keringanan biaya, kan?" Ibu kembali bertanya dengan tatapan menuntut sang anak untuk menjawab secepatnya.

Lagi-lagi Naina hanya bisa menghembus nafasnya secara kasar. "Sebenarnya soal biaya..."

Belum juga Naina meneruskan ucapannya, tiba-tiba ruangan tersebut menjadi heboh, sampai ucapan Naina tidak bisa dilanjutkan.

Kening Naina berkerut, kala orang-orang dalam ruangan itu menyebut nama pria yang sedang diberitakan. Naina pun segera bangkit untuk membuktikan kalau telinganya tidak salah mendengar.

"Bintang ke sini?" gumamnya tak percaya. Begitu tubuhnya tegap berdiri, Naina diam mematung dengan mulut ternganga kala matanya menangkap sosok yang namanya baru saja dia sebut kini berdiri di depannya.

"Hai, Nai," sapa pria itu santai. "Om Cakra, Tante Dewi, apa kabar?"

"Bintang!" Ibu memekik tak percaya. "Kamu masih mengenal kami?" wanita itu segera mendekat dan menyambut uluran tangan sang aktor.

"Tentu dong Tante, bagaimana aku bisa lupa sama Tante dan Om," jawab Bintang begitu santai.

"Syukurlah, kirain kamu lupa sama kita, soalnya sudah lama sekali kita tidak pernah ketemu," balasnya ibu terlihat sumringah. "Ibu dan bapak kamu gimana kabar? Mereka sehat, kan?"

"Ya, mereka dalam keadaan sehat, Tante," jawab Bintang ramah. "Om sendiri gimana?"

"Suami saya baru saja operasi, Bintang. Yah, kamu bisa lihat sendiri keadaannya gimana," ucap Ibu memasang wajah sedih.

Bintang nampak mengganguk, sedangkan Naina memilih diam dengan hati yang bingung dan juga penuh tanda tanya. Dia bahkan tidak terlalu fokus dengan tanya jawab serta obrolan yang terjadi antara Bintang dan orang tuanya.

Dulu, Bitang sempat bertemu dengan orang tuanya beberapa kali. Bahkan Bintang mudah akrab dengan orang tuannya. Tiap main ke rumah, Ibu yang lebih sering menyapanya karena ayah kalau siang jarang di rumah. Naina tidak menyangka, Bintang masih bersikap sama sampai detik ini kepada orang tuanya.

"Kamu kenapa diam aja, Nai? Ini ada Bintang, kenapa kamu malah mendiamnnya begitu?" rupanya Ibu diam-diam memperhatikan sang anak sampai dia langsung menegurnya tanpa basa-basi.

"Nggak apa-apa, Bu, tadi kita sudah ketemu dan ngobrol di lobby kok," jawab Bintang sambil sesekali melirik Naina dengan sinis.

"Astaga! Jadi kalian sudah ketemu? Kenapa Naina nggak crita?" balas Sang ibu.

"Maka itu aku datang ke sini. Aku tahu Om Cakra dirawat di sini juga dari Naina, Tante," balas Bintang, lalu dia melempar pertanyaan kepada Niana yang berdiri sandaran tembok,

"Nai, kamu juga pasti belum bilang kan? Kalau mulai besok kamu kerja di tempatku? Di kota?"

"Apa! Naina kerja di tempat kamu?" pekik ibu lagi, syok. "Benar, Nai?"

Mau tidak mau, Naina mengangguk lemah.

"Ya baguslah, mumpung Naina lagi nganggu," ucap ibu antusias.

"Naina nganggur, Tante?" Bintang malah terlihat terkejut, tapi saat dia melempar pandangannya kepada Naina, jelas sekali kalau senyuman pria itu adalah senyum yang bertujuan untuk mengejek wanita itu.

Naina hanya mampu berdecih tanpa bisa melakukan apapun untuk membuat pria itu tidak berkutik.

"Sebenarnya sih nggak nganggur banget, Nak. Selama ini Naina ikut jualan ayahnya di pasar. Makanya, jika nanti dia bertingkah agak bar bar, kamu harap maklum ya? Soalnya kelamaan bergaul sama orang pasar, jadi dia agak kasar jadi cewek."

"Ibu," Naina sontak melayangkan protes, tidak terima karena kelakuan ajaibnya dibongkar oleh ibunya. Berbeda dengan Bintang yang justru nampak terkejut dan juga antusias mendapat infromasi tentang gadis itu.

Obrolan pun mengalir begitu saja. Meski banyak gangguan oleh orang-orang yang ingin minta foto bareng, Bintang sama sekali tidak merasa terganggu.

Tidak lama Bintang berada di sana. Karena masih ada pekerjaan yang harus dia urus, Bintang pun memilih segera pamit.

"Nai, besok mau aku jemput atau kamu yang datang ke hotel tempat aku menginap?" tanya Bintang sebelum pergi.

"Kok besok? Kan Ayah masih di rumah sakit," balas Naina keberatan. Dia juga menggunakan keadaan ayahnya untuk mengulur waktu agar bisa lepas dari niat buruk Bintang kepadanya.

"Ayah tidak apa-apa, Nai, kamu berangkat aja," ucap Cakra pelan dan lembut.

"Iya, Nai. Lagian, kapan lagi kamu mendapat pekerjaan bagus kayak gini," ibu menimpali dengan sangat antusias tanpa menyadari kalau anaknya itu sedang dilema tingkat tinggi.

"Di rumah kan banyak orang, ada adik kamu, ada paman dan bibi kamu, ada bude, kamu berangkat aja. nggak perlu mikir macam-macam."

"Nah, Om dan Tante saja tidak keberatan, jadi besok aku tunggu kamu di hotel tempatku menginap, oke!"

Tidak ada pilihan bagi Naina, selain menyetujuinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Petunjuk Mengejutkan

    Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Di Rumah Sakit

    Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Tragedi

    Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Desakan Halus

    Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Masih Berbicara Hati Ke Hati

    Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Hati Ke Hati

    Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status