Share

Menjeratnya

Author: Rcancer
last update Last Updated: 2023-12-13 05:34:33

Naina terdiam dengan pikiran yang cukup berkecamuk. Kepingan kenangan masa lalu saat jaman sekolah kembali bermunculan saat ini. Sosok Bintang pun ikut hadir dalam kepingan kenangan tersebut dan Naina tahu, apa yang menyebabkan Bintang bersikap mengerikan seperti ini.

Tidak pernah terbesit dalam pikiran Naina, kalau Bintang akan menyimpan dendam padanya. Sudah lebih dari sembilan tahun berlalu mereka sama sekali tidak pernah bertemu karena kepindahan keluarga Naina ke kota lain. Naina tidak menyangka Bintang sanggup menyimpan dendamnya selama itu.

"Bin, aku..."

"Tidak perlu banyak bicara!" selalu saja begitu. Setiap Naina ingin mengatakan sesuatu, Bintang dengan cepat memotong ucapannya dengan tatapan yang begitu dingin dan menakutkan.

"Asistenku akan ke sini. Jadi lebih baik kamu diam, tidak usah berlagak sok tersakiti," ucapan Bintang benar-benar pedas, membuat Naina hanya bisa mendengus menahan kesal.

Jika bukan karena ancaman perbuatannya akan dipubilaksikan, Naina pasti sudah melawan dan memberi pelajaran, meski Bintang adalah seorang aktor sekalipun.

"Tapi aku harus menemui orang tuaku, Bin, mereka pasti sudah menungguku," Naina mencoba mencari alasan yang cukup masuk akal. Setidaknya Naina tidak mau berada di lorong sepi ini, bersama Bintang, dalam waktu yang lebih lama lagi.

"Ya nanti, tunggu sebentar, kita ke ruangan ayah kamu sama-sama. Nunggu sebentar apa susahnya sih? Orang dulu kamu berbulan-bulan bersandiwara di depanku juga kamu mampu melakukannya, masa nunggu asistenku aja kamu nggak kuat," sindir Bintang telak, membuat Naina tak bisa berkutik.

"Lagian kamu ngapain masih manggil aku pakai kata Bin? Apa menurut kamu, aku itu Binatang yang mudah dibodohi seperti dulu, gitu? Aku kira itu panggilan kesayangan, tapi nyatanya, cih, " tuduhnya sampai membuat Naina terperangah sembari menatap tak percaya kepadanya.

"Apa! Benar kan? Pasti benar seperti itu, kan?" melihat mata Naina yang melebar, Bintang langsung menghardiknya lagi dengan sikap sinisnya.

Sedangkan Naina lebih memilih diam. Wanita itu enggan kembali membela diri karena percuma, Bintang tidak akan mungkin percaya begitu saja karena pria itu dalam suasana hati yang buruk.

Tak lama kemudian sang asisten yang ditunggu Bintang pun datang. Dia memberikan laptop yang bintang minta dengan benak yang penuh diliputi rasa penasaran.

Jona juga penasaran dengan wanita yang duduk tak jauh dari Bintang. Dia sedari tadi menerka-nerka, siapa wanita itu dan kenapa Bintang sangat mengenalinya.

Bintang segera membuka laptop dan menyalakannya. Di sana dia mulai mengetik sesuatu dengan cepat karena memang waktunya cukup terbatas. Bintang merangkai semua kata yang dia pikirkan sejak bertemu dengan Naina dan berencana untuk mengikat wanita itu.

Kurang dari tiga puluh menit, semua yang ada dalam pikiran Bintang telah dia tuangkan ke dalam tulisan. Begitu selesai, dia memindahkan cacatan itu ke dalam ponselnya karena dia tidak mau sang asisten mengetahui rencana dia saat ini.

"Aku akan menjenguk Om Cakra dulu, kamu tunggulah di mobil," titah Bintang kepada sang asisten.

"Loh, dari tadi kamu belum jenguk?" tanya Jona heran.

"Ya belum lah. Aku mesra-mesraan dulu sama dia. Kan baru ketemu, melepas rindu, gitu," balas Bintang terdengar nakal. Ucapan pria itu sontak mendapatkan reaksi berbeda dari dua orang yang ada di sana.

"Nggak perlu melotot! Bukankah kamu tadi sangat menikmatinya?" Bintang pun semakin menjadi, membuat Naina bertambah geram bukan main.

Jona hanya tersenyum bingung dan setelahnya pria itu langsung pergi.

"kirim alamat email kamu, cepat," titah Bintang sambil menyalakan ponselnya.

"Buat apa?" tanya Naina bingung.

"Kirim aja. Atau mau aku sebar aib kamu ke aku dulu," lagi-lagi Naina hanya bisa mendengus karena Bintang masih saja menggunakan hal yang sama untuk mengancamnya. Naina sungguh tidak punya pilihan selain menuurti permintaan pria itu.

"Apa ini?" tanya Niana begitu mendapat kiriman email dari Bintang dan membacanya.

"Dibaca! Kamu nggak buta huruf kan?" ketus Bintang.

"Iya aku tahu, tapi kenapa pakai surat perjanjian segala?" balas Naina dengan nada kesal.

"Biar kamu nggak kabur lagi. Makanya aku bikin surat itu untuk mengikat kamu."

"Ya ampun, Bin, kenapa harus pakai ginian sih? Aku pasti akan mengganti biaya rumah sakit yang kamu keluarkan kok. Kamu nggak perlu khawatir."

"Terus rasa trauma yang aku rasakan selama bertahun tahun akibat ulah kamu, apa kamu juga bisa mengembalikannya seperti semula?"

Naina kembali terperangah. Wanita itu sama sekali tidak bisa berkutik jika sudah menyinggung perbuatanya di masa lalu.

"jika kamu ingin aman, dan kamu ingin menjalani hidup dengan tenang, tanda tanganilah surat perjanjian itu. Dan mulai hari ini, ada dua profesi yang harus kamu jalani, menjadi kekasihku di muka umum, dan menjadi asisten pribadiku, mengerti!"

"Bin..."

"Tidak ada tawar-menawar! Hanya ada kata setuju yang harus keluar dari mulut kamu, mengerti!" hardik Bintang dengan sikap yang begitu dingin. Lalu tanpa mengatakan apapun pria itu pergi, meninggalkan Naina yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya kali ini.

"Ah sial! Kenapa jadi begini sih?" umpat Niana, yang sudah membayangkan hari-hari buruknya akan segera menjelang.

Sementara itu, berita tentang Bintang yang sudah memiliki kekasih, saat ini benar-benar sudah menyebar. Berbagai macam reaksi pun bermunculan, dari semua orang yang menyaksikan berita tersebut.

Beragam komentar juga ikut mewarnai berita yang sangat menggemparkan bagi dunia hiburan di negara itu. Ada yang turut bahagia, banyak yang syok, dan tidak sedikit pula yang menaruh ujaran kebencian.

"Tidak, tidak, ini pasti bohong, ini pasti bohong kan?" seorang wanita bertanya kepada wanita lain yang menemaninya. Wanita itu menatap tak percaya pada layar pipih yang terpampang di dinding kamarnya.

"Ini tidak benar kan, San? Bintang tidak mungkin memiliki kekasih kan?" wanita muda nan cantik itu kembali bertanya, menuntut jawaban kepada rekannya sekaligus asisten pribadinya.

"Aku juga tidak tahu, Yura. Aku aja baru lihat berita ini, sama kayak kamu," jawab Santi mencoba bersikap tenang.

"Tidak, berita ini pasti nggak benar. Bintang itu milik aku, San, dia hanya milik aku!" seru Yura lantang.

"Sial! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus secepatnya mengambil tindakan," gumamnya menatap penuh amarah kepada layar televisi yang menayangkan berita tentang Bintang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Petunjuk Mengejutkan

    Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Di Rumah Sakit

    Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Tragedi

    Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Desakan Halus

    Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Masih Berbicara Hati Ke Hati

    Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Hati Ke Hati

    Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status