Share

Surat Kesepakatan

Nama Bintang masih menjadi bahan perbincangan di hampir setiap sudut negara, yang memiliki banyak pulau ini. Apa lagi kabar terbaru yang dihembuskan artis tersebut, makin mengundang banyak spekulasi dan juga bermacam dugaan.

Dari dalam sebuah rumah sakit pun nama Bintang masih menjadi perbincangan. Terutama oleh para ibu, yang kebetulan berada di dalam satu ruangan yang sama, saat tadi Bintang berkunjung. Mereka tidak henti-hentinya membicarakan aktor yang sudah pergi meninggalkan rumah sakit sejak beberapa jam yang lalu.

"Kebetulan, dulu, Bintang satu sekolah dengan anak saya dan mereka cukup akrab," jawab Dewi begitu antusias kala dirinya dikagumi beberapa ibu yang menyaksikan sendiri kedekatan serta keakraban Bintang dengan keluarganya.

"Wahh, apa mungkin putri Bu Dewi itu dulu cinta monyetnya Bintang?" tanya salah satu wanita yang juga sedang menjaga suaminya di ruangan yang sama dengan ayahnya Naina.

"Bisa dibilang begitu," balas Bu Dewi dengan bangganya, "dulu, Bintang beberapa kali mengantar anak saya pulang sekolah dan juga main ke rumah."

"Wahh, beruntung sekali," puji para ibu yang berjumlah tiga orang.

Sedangkan Naina hanya bisa memperhatikan kelakuan ibunya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Wanita itu duduk di dekat brangkar sang ayah, dan matanya sesekali menatap layar ponsel.

Berkali-kali Naina menghembuskan nafasnya secara kasar setiap melihat tulisan email yang dia dapat dari Bintang, tanpa Naina sadari ada sosok yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Kamu kenapa, Nai? Apa ada masalah?" suara Pak Cakra sontak membuat wanita muda yang sedang melamun itu tersentak.

Wanita muda itupun menoleh dan senyumnya seketika terkembang kala matanya menatap wajah ayahnya. "Tidak ada apa-apa, Yah" balasnya lembut, "Ayah kenapa bangun? Apa ingin sesuatu?"

Pria yang usianya hampir menginjak angka 60 tahun itu menggeleng pelan. "Ayah tidak menginginkan apa-apa," jawabnya. "Katakan sama Ayah, apa ada masalah? Dari tadi Ayah perhatikan, kamu sepertinya sangat gelisah?"

"Masalah apa sih, Yah?" Naina malah bertanya dengan menunjukan wajah bingungnya.

"Ya nggak tahu, orang Ayah dari tadi itu lihatin kamu terus, kamu diam, kening kamu berkerut, mata kamu terus menatap ponsel. Kalau ada masalah, ngomong sama Ayah. Apa masalah pembayaran rumah sakit?" cecar Cakra lagi.

"Nggak ada apa-apa, Ayah. Masalah pembayaran kan tadi aku sudah ngasih tahu," kilah Naina.

Seketika Cakra terdiam dengan mata yang terus menatap wajah anak gadisnya, sampai sang anak gadis salah tingkah karena Ayahnya menatap begitu lekat.

"Kenapa? Ayah tidak percaya?" Naina sengaja pura-pura memasang wajah kesal.

Cakra tersenyum, lalu pria itu mengalihkan tatapan matanya ke arah sang istri yang masih ngobrol bersama orang-orang yang baru dia kenal selama berada di rumah sakit.

"Apa kamu merasa berat meninggalkan orang tua kamu?" tanya pria itu, sampai membuat sang anak ikutan menatap Ibunya.

"Kalau kamu seperti itu terus, kamu kapan berkembangnya? Apa kamu tidak ingin menemukan jodoh kamu dan menikah?" pertanyaan Cakra membuat sang anak terperangah dan kembali menatapnya.

"Bukan begitu, Yah," balas Naina. "Aku memang berat meninggalkan Ayah, tapi bukan berarti aku tidak ingin menemukan jodohku."

"Lalu apa yang kamu pikirkan?" tanya Cakra menatap kembali menatap putrinya. "Bukankah tawaran Bintang sudah cukup bagus. Bisa saja saat kamu bekerja dengan Bintang, kamu bisa sekalian menyalurkan hobby kamu."

Naina mendengus. Ayahnya tidak menyadari kalau yang membuat Naina berat meninggalkan orang tua itu karena Bintang sendiri. Apa lagi kala Naina kembali membaca poin-poin persyaratan yang diajukan Bintang, membuat wanita itu ingin memaki aktor tersebut.

"Berangkat saja, Nak, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Ayah. Lagian kan sekarang jamannya ponsel, kalau ada apa-apa pasti ada yang ngasih kabar sama kamu," ucap Cakra lagi dan hanya dibalas senyuman oleh anaknya.

Iya, iya," jawab Naina ketus, "Apa Ayah udah bosen lihat wajah anaknya tiap hari? Sampai semangat nyuruh-nyuruh gitu."

Cakra hanya bisa tersenyum lebar kepada putrinya. Pria itu memang paling senang menggoda anak perempuannya hingga kedal.

Tanpa disuruh pun Naina memang sudah niat akan berangkat dan bekerja kepada Bintang. Selain karena untuk menebus biaya rumah sakit ayahnya yang mencapai lebih dari dua ratus juta, Naina uga ingin menebus rasa bersalahnya, karena pernah menyebabkan Bintang depresi.

"Apa benar Bintang pernah depresi karena aku?" gumam Naina tak yakin.

*****

Seperti yang yang sudah disepakati, Naina pun akhirnya menemui Bintang di hotel tempat aktor itu menginap keesoak harinya. Wanita itu menunggu sang aktor di lobby dengan mengenakan masker, karena takut ada yang mengenalinya dan berpikir yang tidak-tidak.

"Mbak Naina ya?" sapa seseorang hingga mengejutkan Naina yang sedang memperhatikan tempat di sekitar keberadannya.

Saat itu Naina sedang melempar pandangan matanya ke arah kiri. Makanya, dia agak kaget karena orang yang menyebut namanya datang dari arah kanan.

"Eh iya, saya Naina," balas Naina begitu dia berdiri dari duduknya.

"Saya Risma asistennya Mas Bintang, Mbak sudah ditunggu Mas Bintang sejak tadi, silahkan ikut saya, Mbak," ajak wanita itu.

Naina mengangguk, dan tak lama setelahnya wanita menyeret kopernya mengikuti Risma ke suatu tempat.

"Kenapa lama banget sih?" ketus Bintang begitu melihat Naina memasuki ruangan yang sudah dipersiapkan.

"Ya maaf, aku kan harus pamit ke sana ke mari," jawab Naina tak kalah ketus. Wanita itu masih berdiri di dekat pintu, hingga sukses membuat Bintang semakin geram.

"Duduk di sini, ngapain berdiri di situ?" titah Bintang dengan suara yang cukup tinggi, sampai Naina agak terperanjat karena kaget.

Wanita itu menghela kasar nafasnya lalu dia melangkah menuju kursi yang berhadapan dengan Bintang. Ada mejad di antara mereka dan Naina segera duduk di sana.

Bintang menyerahkan dua lembar kertas yang sudah dia siapkan di depan meja kepada Naina.

"Surat perjanjian lagi? Bukankah kamu sudah ngirim kemarin?" tanya Naina setelah mengetahui isi kertas yang dia terima.

"Lihat! Di situ ada materainya! Surat perjanjian itu harus ditanda tangani agar kamu tidak lepas dari tanggung jawab," balas Bintang tak galak.

"Siapa juga yang akan lari dari tanggung jawab," gerutu Naina lalu dia meraih bolpoin yang telah dipersiapkan dan segera menandatanginya.

Tanpa Naina sadari, Bintang sedang menunjukan seringai jahatnya. "Setelah ini, akan aku pastikan kamu seperti hidup di Neraka, Naina," gumamnya penuh kebencian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status