Share

Surat Kesepakatan

Author: Rcancer
last update Last Updated: 2023-12-13 05:37:01

Nama Bintang masih menjadi bahan perbincangan di hampir setiap sudut negara, yang memiliki banyak pulau ini. Apa lagi kabar terbaru yang dihembuskan artis tersebut, makin mengundang banyak spekulasi dan juga bermacam dugaan.

Dari dalam sebuah rumah sakit pun nama Bintang masih menjadi perbincangan. Terutama oleh para ibu, yang kebetulan berada di dalam satu ruangan yang sama, saat tadi Bintang berkunjung. Mereka tidak henti-hentinya membicarakan aktor yang sudah pergi meninggalkan rumah sakit sejak beberapa jam yang lalu.

"Kebetulan, dulu, Bintang satu sekolah dengan anak saya dan mereka cukup akrab," jawab Dewi begitu antusias kala dirinya dikagumi beberapa ibu yang menyaksikan sendiri kedekatan serta keakraban Bintang dengan keluarganya.

"Wahh, apa mungkin putri Bu Dewi itu dulu cinta monyetnya Bintang?" tanya salah satu wanita yang juga sedang menjaga suaminya di ruangan yang sama dengan ayahnya Naina.

"Bisa dibilang begitu," balas Bu Dewi dengan bangganya, "dulu, Bintang beberapa kali mengantar anak saya pulang sekolah dan juga main ke rumah."

"Wahh, beruntung sekali," puji para ibu yang berjumlah tiga orang.

Sedangkan Naina hanya bisa memperhatikan kelakuan ibunya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Wanita itu duduk di dekat brangkar sang ayah, dan matanya sesekali menatap layar ponsel.

Berkali-kali Naina menghembuskan nafasnya secara kasar setiap melihat tulisan email yang dia dapat dari Bintang, tanpa Naina sadari ada sosok yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Kamu kenapa, Nai? Apa ada masalah?" suara Pak Cakra sontak membuat wanita muda yang sedang melamun itu tersentak.

Wanita muda itupun menoleh dan senyumnya seketika terkembang kala matanya menatap wajah ayahnya. "Tidak ada apa-apa, Yah" balasnya lembut, "Ayah kenapa bangun? Apa ingin sesuatu?"

Pria yang usianya hampir menginjak angka 60 tahun itu menggeleng pelan. "Ayah tidak menginginkan apa-apa," jawabnya. "Katakan sama Ayah, apa ada masalah? Dari tadi Ayah perhatikan, kamu sepertinya sangat gelisah?"

"Masalah apa sih, Yah?" Naina malah bertanya dengan menunjukan wajah bingungnya.

"Ya nggak tahu, orang Ayah dari tadi itu lihatin kamu terus, kamu diam, kening kamu berkerut, mata kamu terus menatap ponsel. Kalau ada masalah, ngomong sama Ayah. Apa masalah pembayaran rumah sakit?" cecar Cakra lagi.

"Nggak ada apa-apa, Ayah. Masalah pembayaran kan tadi aku sudah ngasih tahu," kilah Naina.

Seketika Cakra terdiam dengan mata yang terus menatap wajah anak gadisnya, sampai sang anak gadis salah tingkah karena Ayahnya menatap begitu lekat.

"Kenapa? Ayah tidak percaya?" Naina sengaja pura-pura memasang wajah kesal.

Cakra tersenyum, lalu pria itu mengalihkan tatapan matanya ke arah sang istri yang masih ngobrol bersama orang-orang yang baru dia kenal selama berada di rumah sakit.

"Apa kamu merasa berat meninggalkan orang tua kamu?" tanya pria itu, sampai membuat sang anak ikutan menatap Ibunya.

"Kalau kamu seperti itu terus, kamu kapan berkembangnya? Apa kamu tidak ingin menemukan jodoh kamu dan menikah?" pertanyaan Cakra membuat sang anak terperangah dan kembali menatapnya.

"Bukan begitu, Yah," balas Naina. "Aku memang berat meninggalkan Ayah, tapi bukan berarti aku tidak ingin menemukan jodohku."

"Lalu apa yang kamu pikirkan?" tanya Cakra menatap kembali menatap putrinya. "Bukankah tawaran Bintang sudah cukup bagus. Bisa saja saat kamu bekerja dengan Bintang, kamu bisa sekalian menyalurkan hobby kamu."

Naina mendengus. Ayahnya tidak menyadari kalau yang membuat Naina berat meninggalkan orang tua itu karena Bintang sendiri. Apa lagi kala Naina kembali membaca poin-poin persyaratan yang diajukan Bintang, membuat wanita itu ingin memaki aktor tersebut.

"Berangkat saja, Nak, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Ayah. Lagian kan sekarang jamannya ponsel, kalau ada apa-apa pasti ada yang ngasih kabar sama kamu," ucap Cakra lagi dan hanya dibalas senyuman oleh anaknya.

Iya, iya," jawab Naina ketus, "Apa Ayah udah bosen lihat wajah anaknya tiap hari? Sampai semangat nyuruh-nyuruh gitu."

Cakra hanya bisa tersenyum lebar kepada putrinya. Pria itu memang paling senang menggoda anak perempuannya hingga kedal.

Tanpa disuruh pun Naina memang sudah niat akan berangkat dan bekerja kepada Bintang. Selain karena untuk menebus biaya rumah sakit ayahnya yang mencapai lebih dari dua ratus juta, Naina uga ingin menebus rasa bersalahnya, karena pernah menyebabkan Bintang depresi.

"Apa benar Bintang pernah depresi karena aku?" gumam Naina tak yakin.

*****

Seperti yang yang sudah disepakati, Naina pun akhirnya menemui Bintang di hotel tempat aktor itu menginap keesoak harinya. Wanita itu menunggu sang aktor di lobby dengan mengenakan masker, karena takut ada yang mengenalinya dan berpikir yang tidak-tidak.

"Mbak Naina ya?" sapa seseorang hingga mengejutkan Naina yang sedang memperhatikan tempat di sekitar keberadannya.

Saat itu Naina sedang melempar pandangan matanya ke arah kiri. Makanya, dia agak kaget karena orang yang menyebut namanya datang dari arah kanan.

"Eh iya, saya Naina," balas Naina begitu dia berdiri dari duduknya.

"Saya Risma asistennya Mas Bintang, Mbak sudah ditunggu Mas Bintang sejak tadi, silahkan ikut saya, Mbak," ajak wanita itu.

Naina mengangguk, dan tak lama setelahnya wanita menyeret kopernya mengikuti Risma ke suatu tempat.

"Kenapa lama banget sih?" ketus Bintang begitu melihat Naina memasuki ruangan yang sudah dipersiapkan.

"Ya maaf, aku kan harus pamit ke sana ke mari," jawab Naina tak kalah ketus. Wanita itu masih berdiri di dekat pintu, hingga sukses membuat Bintang semakin geram.

"Duduk di sini, ngapain berdiri di situ?" titah Bintang dengan suara yang cukup tinggi, sampai Naina agak terperanjat karena kaget.

Wanita itu menghela kasar nafasnya lalu dia melangkah menuju kursi yang berhadapan dengan Bintang. Ada mejad di antara mereka dan Naina segera duduk di sana.

Bintang menyerahkan dua lembar kertas yang sudah dia siapkan di depan meja kepada Naina.

"Surat perjanjian lagi? Bukankah kamu sudah ngirim kemarin?" tanya Naina setelah mengetahui isi kertas yang dia terima.

"Lihat! Di situ ada materainya! Surat perjanjian itu harus ditanda tangani agar kamu tidak lepas dari tanggung jawab," balas Bintang tak galak.

"Siapa juga yang akan lari dari tanggung jawab," gerutu Naina lalu dia meraih bolpoin yang telah dipersiapkan dan segera menandatanginya.

Tanpa Naina sadari, Bintang sedang menunjukan seringai jahatnya. "Setelah ini, akan aku pastikan kamu seperti hidup di Neraka, Naina," gumamnya penuh kebencian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Petunjuk Mengejutkan

    Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Di Rumah Sakit

    Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Tragedi

    Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Desakan Halus

    Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Masih Berbicara Hati Ke Hati

    Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang

  • Kekasih Kontrak Sang Superstar   Hati Ke Hati

    Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status