Share

Setelah Kesepakatan

"Bin, kenapa kamu memilihku untuk jadi pacar pura-pura kamu?" begitu selesai tanda tangan, Naina langsung meluncurkan sebuah pertanyaan yang membuat wanita penasaran sekaligus geram dalam waktu yang bersamaan sejak pengakuan sang aktor di hadapan para wartawan.

"Kenapa? Apa kamu sudah tidak pandai berpura-pura?" bukannya menjawab, Bintang malah melempar pertanyaan yang membuat Naina cukup tersindir. Pria itu bahkan sempat melempar senyum sinisnya setelah sindiran sukses keluar dari mulut sang aktor.

"Bukan begitu," Naina agak tergagap. Tentu saja relung hati wanita itu tertohok dengan sindiran lawan bicaranya.

"Selama ini, yang aku lihat jika ada berita tentang kamu, banyak wanita yang kamu kencani. Bahkan kabarnya dalam satu bulan, kamu bisa dengan mudah berganti pasangan sesuka hati, kenapa kamu malah memilihku? Bukankah saat ini kamu juga sedang ada ikatan sama Yura?"

"Terus kamu percaya dengan semua berita itu?" Bintang masih menanggapi ucapan Naina dengan kembali melempar pertanyaan dan sikap yang lebih sinis.

"Bukankah kamu yang membuat aku trauma berhubungan dengan lawan jenis? Terus kamu percaya begitu saja dengan semua berita yang beredar? Ck, ck, ck, Wajar sih kalau kamu percaya denga semua berita tentangku. Kamu kan wanita paling jujur sedunia yang pernah aku kenal."

"Ya ampun, Bin," Naina nampak frustasi. Bintang selalu sukses membuat Naina tersindir.

"Setidaknya kamu dengerin dulu penjelasanku dulu. Setelah itu kamu bebas memvonis apapun tentang aku, silahkan."

Bintang kembali menyeringai. "Setelah hampir sepuluh tahun kamu baru ada niat untuk menjelaskan? Dari dulu kamu kemana aja, Nai? Bahkan setelah aku tahu semuanya, kamu sama sekali tidak ada niat untuk minta maaf dan memberi penjelasan. Lalu, apa manfaatnya penjelasan yang kamu lakukan sekarang?"

Seketika Naina terbungkam. Wanita itu seakan kehabisan akal untuk berpikir dan mencari kesempatan agar bisa memberi pengertian kepada Bintang.

"Sudah, sekarang kita keluar," Bintang langsung bangkit dari duduknya. Naina pun dengan malas ikut bangkit dan berjalan pelan sembari menarik kopernya mengikuti langkah Bintang.

Begitu sampai di luar ruangan, Naina dibuat terkejut kala Bintang tiba-tiba merebut koper yang dia bawa dan menyerahkan koper tersebut kepada sang menager.

"Kalian berangkat dulu, ada yang harus aku lakukan bersama kekasihku. Bawa koper ini ke tempat tinggal pribadiku, paham?" titah Bintang kepada tiga orang yang berdiri menghadapnya.

"Baik, Bin, tapi kamu harus hati-hati," ucap Jona. Ucapan Bintang memang begitu tegas jadi tanpa banyak pertanyaan sang manager langsung mengiyakannya.

"Kalian tenang saja, selain dia sebagai kekasihku, anggap aja dia juga pengawal pribadiku. Kalian tahu kan, apa artinya?" ucap Bintang, yang sangat memahami kekhawatiran sang manager dan dua asisten pribadinya.

Setelahnya, Bintang kembali menyeret tangan Naina begitu saja sampai wanita itu kaget dan hampir terjatuh. Naina hanya bisa menggerutu dalam hati, tidak bisa bebas melampiaskan kekesalannya.

"Mas Jona, kamu yakin kalau wanita itu adalah kekasih Mas bintang?" tanya Silvi, salah satu asisten Bintang sembari matanya terus menatap punggung sang aktor dan Naina, yang semakin menjauh.

"Kalian sendiri yakin tidak, kalau mereka ada hubungan?" bukannya menjawab Jona malah melempar pertanyaan dengan tatapan yang sama seperti kedua asistennya.

"Kalau menurutku sih, mereka tidak pacaran," jawab Dimdim, asisten satunya berjenis kelamin pria.

"Nah, itu kalian tahu," balas Jona setelah menghadap dua asistennya. "Malah aku merasa, Bintang seperti ada dendam pada wanita itu. Aku perhatikan setiap Bintang menatap wanita itu, kayak ada kebencian dari sorot matanya."

Dimdim dan Silvi nampak tertegun. Untuk beberapa saat keduanya saling tatap sejenak dan dari sorot mata mereka, jelas sekali banyak tanya yang tumbuh dalam benak keduanya.

"Apa jangan-jangan, depresinya Mas Bintang, ada hubungannya dengan wanita itu?" terka Silvi. "Bukankah dari dulu, Mas Bintang digosipkan pernah mengalami depresi hampir dua tahun?"

"Aku kurang tahu. Aku aja masih nggak yakin kalau Bintang pernah depresi," balas jona. "Udahlah, mending kita berangkat. Entah apa yang akan kita hadapi setelah kabar kencan Bintang kemarin, kita harus pasang badan sekuat mungkin."

Dimdim dan Silvi serentak mengangguk. Mereka melangkah ke arah lain, dimana arah yang mereka tuju adalah tempat mobil yang akan mengantar mereka menuju ibu kota.

Arah yang dituju Bintang dan Naina juga sebenarnya arah tempat parkir mobil. Bintang memarkirkan mobilnya di sana. Seperti biasa, kalau keluar kota, Bintang memang tidak mengendarai satu mobil bersama sang manager. Hal itu dikarenakan bintang merasa lebih nyaman berkendara sendiri.

"Kita mau kemana?" tanya Naina kala dirinya sudah berada di dalam mobil dan mobil itu melaju meningggalkan hotel.

"Ke ibu kota lah, emang kemana lagi?" balas Bintang ketus.

"Tadi, katanya kamu mau mampir kemana dulu," ucap Naina menatap heran ke arah Bintang.

"Cuma alasan. Kenapa? Nggak suka?"

Naina sontak mendengus. lama-lama wanita itu benar-benar kesal dengan tingkah aktor yang satu ini. Naina melempar pandanganya ke arah jalan dan memilih diam, karena lelah harus berdebat terus dengan sang aktor.

Di saat keheningan sedang melanda kedua anak manusia tersebut, Bintang dan Naina dikejutkan dengan dering sebuah telephone sampai keduanya serentak melempar pandangan ke satu arah.

Setelah melihat sebuah nama tertera dalam layar mobil yang terhubung dengan ponsel milik Bintang, Naina memilih langsung berpaling, kembali menatap jalanan. Sedangkan Bintang langsung menggeser tombol hijau.

"Hallo, Ma!" sapa Bintang dengan suara cukup kencang. Terdengar balasan dari seorang wanita yang dipanggil Mama. Dari pembicraan yang tidak sengaja Naina dengar, rupanya gosip tentang bintang yang sudah memiliki kekasih menyebar hingga ke telinga orang tuanya.

Dari nada bicaranya yang tertangkp telinga Naina, wanita itu menyimpulkan kalau Ibunya Bintang begitu khawatir dan juga senang dengan pemberitaan tersebut.

"Kamu dengar kan, pembicaraan aku dan Mama barusan?" tanya Bintang begitu panggilan telfon dengan sang mama berakhir. Naina sontak mengangguk beberapa kali tanpa mengeluarkan suaranya.

"Kamu juga pasti dengar bukan, betapa bahagianya Mama mendengar berita kalau aku sudah memiliki pacar?" tanya Bintang lagi, dan Naina kembali mengganguk.

"Bukankah itu bukti kalau selama ini aku tidak pernah memiliki kekasih?" cecar Bintang lagi, dan kali ini ucapan pria itu sukses membuat Naina menatapnya.

"Sekarang, jika Mama tahu kamulah yang menyebabkan aku sampai tidak pernah pacaran. Bahkan sampai depresi, kira kira reaksi apa yang akan Mama tunjukan sama kamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status