Home / Romansa / Kekasih Pengganti Nona Arogan / Part 3. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Share

Part 3. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Author: Arwend Arau
last update Last Updated: 2025-07-11 07:45:50

"Apa? Papi kenal dengan orang ini?"

Siapa sangka, seorang William Hadian Robert--ayah Renata, malah kenal lebih dahulu dengan pria yang baru saja Renata lihat.

"Papi ... kenal sama laki-laki ini?" Mata Renata terbelalak melihat ayahnya itu langsung menjabat tangan laki-laki yang berperawakan tinggi di sampingnya.

Pria itu langsung menyambut hangat jabatan tangan Mr. William. "Selamat malam, Om." Sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badan tanda hormat.

"Tentu saja. Dia Noval. Anak muda yang dengan penuh keberanian masuk dalam kobaran api saat mobil papi terbakar. Penyelamat papi dari kecelakaan tiga bulan yang lalu. Kalau nggak ada dia waktu kecelakaan mobil itu, papi mungkin sudah nggak ada di dunia ini," jelas Mr. William pada anak perempuannya itu.

"Apa? Papi pasti lagi bercanda, 'kan?" tanya Renata masih memasang wajah terkejutnya.

"Papi serius, ah ... sudahlah kamu mana peduli sama papi. Kenapa kamu nggak pernah cerita kalau Noval adalah pacar kamu, papi sangat senang. Besok papi tunggu di rumah, kita bahas pernikahan kalian!" ujarnya dengan wajah sumringah.

Renata menatap Noval yang sama-sama bingung. Noval hanya menaikan bahunya sebagai jawaban kemudian berbisik lirih, " beri aku penjelasan setelah ini!"

Sempat berbincang sebentar dengan Noval, tak lama Mr. William langsung berpamitan. Tapi, ternyata Renata tak ikut pulang bersamanya. Karena dia punya hutang penjelasan pada pria yang baru saja dia sebut 'pacar'.

"Bisa kita bicara sebentar?" Renata terus mengikuti Noval. Noval berlalu dan mengacuhkan Renata.

"Maaf, saat ini aku tidak bisa bicara denganmu. Aku harus mengurus ayahku. Permisi." Noval bergegas masuk ke ruang IGD, setelah sebelumnya ada petugas yang memanggil namanya.

"Lagi-lagi dia nyuekin gue. Heuh!" dengusnya kesal.

Cukup lama Renata menunggu Noval keluar, tapi kesabarannya sudah setipis tisu. Kembali menelan rasa kecewa wanita itu berlalu meninggalkan rumah sakit.

***

Jalanan cukup lengang saat ini, Renata bisa mengendarai kendaraannya dengan santai. Renata menuju kosan Sesil untuk mengambil tas serta ponselnya yang ia tinggalkan. Tapi, bukan rumah yang menjadi tujuannya pulang sekarang melainkan sebuah tempat di mana ia bisa mencurahkan segala gundahnya.

Tidak terasa, fajar menyingsing. Sinar mentari yang sejuk mulai menyentuh tubuhnya. Renata berdiri di dekat sebuah batu nisan yang masih sangat terawat dengan baik.

"Halo, Mi, Maaf aku baru datang. Udah lama, ya, aku nggak ke sini. Aku lagi bingung, Mi. Nggak ada yang ngerti posisi aku sekarang. Aku masih ingin bebas, aku belum siap buat nikah, tapi papi selalu maksa buat nikah!" tangis Renata pecah. Untuk saat ini dia hanya ingin dipeluk.

Cukup lama Renata berada di pemakaman ibunya itu. Kehilangan sosok ibunya sejak bayi, membuat dirinya tak pernah mengenal kasih sayang seorang ibu.

Dering ponsel memecah keheningan pagi itu. Renata menatap layar ponselnya, foto ayahnya terpanggang di sana.

"Iya, Pi. Ada apa?"

Beberapa saat kemudian, mimik wajahnya terlihat panik setelah mendengar perkataan seseorang di sana. Renata segera bergegas meninggalkan area pemakaman itu. Untungnya jalanan masih belum padat oleh kendaraan lain, wanita itu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

"Di mana papi?" tanya Renata pada asisten rumah tangga yang membukakan pintu rumah. Gegas Renata menuju kamar Mr. William.

Renata langsung berhambur memeluk ayahnya yang kini terbaring lemah dengan sebuah selang infus yang terpasang di tangan kirinya.

"Apa yang terjadi, bukannya tadi papi baik-baik saja saat kita bertemu?"

"Tuan sepertinya terlalu kelelahan, ini bisa berbahaya pada kesehatan jantungnya," ungkap dokter pribadi Mr. William yang sedang merawatnya.

"Papi udah nggak muda lagi, Sayang." Sambil terbatuk dengan suara yang lemah.

"Pi, kok ngomong gitu?" Renata menghampiri ayahnya dan duduk di dekatnya.

"Sebelum papi pergi dari dunia ini, papi mau ada orang yang bisa buat gantiin posisi papi buat ngejaga kamu. Kamu adalah harta papi yang paling berharga." Kembali terbatuk-batuk, membuat Renata semakin khawatir.

"Iya, Rery ngerti arah pembicaraannya ini. Rery bakal nikah sesuai maunya Papi, tapi kasih Rery waktu saat ini Noval tidak bisa datang. Ayahnya sedang dirawat di rumah sakit." Ayahnya menggangguk lemah mengiyakan ucapan anaknya itu.

Renata tersenyum dengan wajah yang gundah. Tidak ada pilihan lain, karena ini menyangkut kesehatan ayahnya yang sebenarnya sangat dia cintai.

"Terima kasih kerja samanya, dok. Akhirnya aku bisa bawa anak itu pulang."

Mr. William melepaskan infusan yang ada di tangannya, saat melihat Renata benar-benar keluar dari kamarnya.

Sebuah sandiwara terpaksa pria paruh baya itu lakukan untuk membawa Renata kembali ke rumahnya. Dia tersenyum penuh kemenangan saat ini.

***

Renata kembali ke rutinitasnya sebagai pengusaha muda. Setelah selesai dengan rapat dadakan yang harus ia pimpin, Renata melakukan kunjungan lapangan pada beberapa proyek pembangunan gedung baru perluasan kantornya.

Mr. William yang sedang sakit, mengalihkan semua tugasnya pada Renata. Untungnya wanita itu sangat lihai dengan pekerjaannya saat ini. Semua proyek besar berhasil ia ambil alih.

"Apa kegiatan setelah ini?" Renata meletakkan beberapa berkas dokumen yang telah ia tanda tangani.

"Makan siang dengan beberapa klien baru di Cafe DelaRosa, Nona," jawab sekretarisnya sambil melihat catatan.

Ia kembali teringat pada Noval. "Carikan segala informasi tentang pria ini, termasuk semua media sosial miliknya," serunya pada sekretarisnya itu.

"Gue bisa gila kalau mikirin cowok itu!" batinnya menggerutu.

Renata menyandarkan punggungnya dengan santai. Melihat ke arah luar jendela dengan pemandangan gedung bertingkat yang terlihat jelas di balik jendela kantornya.

Lamunannya membawanya ke masa perpisahan sekolah sembilan tahun yang lalu.

"Woy! Lu semua pada lihat sini!" teriakan seorang anak laki-laki di depan kelas.

"Hari ini, ada yang mau ngungkapin perasaannya pada primadona kelas kita," ujarnya lantang yang membuat seisi kelas riuh bersorak. "Huuuuu!"

Noval, cowok kalem yang jarang bicara itu dengan berani maju ke depan kelas dan mulai berdiri menghadap teman-teman yang siap mendengarkannya.

"Aku ...."

Kelas seketika hening.

"Rery, aku ... suka sama kamu. Kamu, mau jadi pacar aku?" ungkapnya sambil menyerahkan sekotak coklat yang dihiasi pita merah di atas box-nya.

Semua temannya kembali bersorak dan berteriak," terima ... terima ...!"

Renata berdiri dan mulai menghampiri Noval.

"Lu, nembak gue? Nggak salah, Lu? Renata mengambil kotak coklat itu lalu melemparnya ke bawah.

"Lihat penampilan lu yang norak ini; Kaca mata tebal; rambut klimis; ke mana-mana selalu bawa buku, cih! Lu bukan tipe gue." Renata memicing penampilan Noval dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Gue ... nggak pernah suka sama elu, nggak akan pernah suka, Si KUTU BUKU!" ejeknya dengan angkuh.

Noval tertunduk, lalu mengambil kotak coklat yang Renata lempar.

"Terima kasih untuk jawabannya." Dengan wajah malu dan kecewa Noval berlalu meninggalkan teman-temannya.

"Argh!" Apa dia masih ingat kejadian itu? Gue nggak nyangka kalau Noval seberani itu nembak gue di depan kelas. Dan gue udah terlanjur jatohin mentalnya di depan anak-anak. Semenjak saat itu dia ilang kayak ditelen bumi. Gue harus minta maaf sama dia," gumamnya pelan.

"Nona, saya telah mendapatkan data tentang orang yang Anda cari." Sekretarisnya memberikan sebuah flash disk pada Renata.

"Kerja bagus, terima kasih."

Renata segera memeriksa data yang sekretarisnya itu berikan. Dengan seksama Renata membaca satu persatu biodata tentang Noval.

"Ternyata dia seorang peracik minuman profesional, banyak penghargaan yang sudah laki-laki itu terima. Lalu kenapa dia bisa bekerja di klub malam itu?"

Tak lama dia mulai berselancar ke dunia maya untuk mencari segala info lain tentang Noval di sosial media miliknya.

Hingga tak sengaja matanya tertuju pada sebuah postingan sebuah kotak coklat yang dulu pernah ia buang saat Noval menyatakan cintanya.

"Dia pasti kecewa banget waktu itu."

Transformasi penampilan Noval membuat Renata terpukau. Yang awalnya si kutu buku bisa menjadi laki-laki gagah dan sangat menawan seperti sekarang ini. Cukup lama Renata mencari segala informasi tentang Noval. Hingga Sekretarisnya mengingatkannya untuk makan siang.

***

Noval telah kembali bekerja setelah beberapa hari sebelumnya dia harus merawat ayahnya yang jatuh sakit. Kedua pertemuannya dengan Renata benar-benar tidak ia kira. Gadis cantik yang dulu pernah ia suka kini berubah semakin tak terkendali.

"Val, tolong kamu antarkan minuman ini ke meja VVIP atas nama Nona Renata, katanya dia meminta kamu yang mengantar langsung minumannya!" Perintah menejer bar tempat Noval bekerja saat ini.

"Renata?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 14. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Noval mengernyitkan keningnya. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dia lihat saat ini. "Bukankah seharusnya Anda berada di ruang ICU?"Pria itu berdiri dan berjalan menghampiri Noval yang mematung. Mr. William seolah mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran Noval tentangnya saat ini."Sebenarnya, semua ini hanya sebuah sandiwara. Aku tidak tahu jika rencana ini akan berdampak buruk untuk kesehatan Rery," ungkap Mr. William merasa bersalah."Jadi, selama ini Anda telah berbohong tentang masalah kesehatan Anda sendiri?""Ya, aku hanya ingin sedikit perhatian darinya. Selama ini dia mengabaikanku bahkan sering membangkang . Mungkin semua salahku juga. Aku selalu sibuk bekerja dan bekerja sepanjang waktu, hingga aku harus kehilangan masa kecilnya. Dan di saat aku menua seperti sekarang, keadaan seolah berbalik." Sorot matanya menyiratkan penyesalan yang dalam."Aku telah gagal menjadi seorang ayah. Padahal sebelum istriku meninggal aku per

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 13. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Kediaman Noval, 21.55 WIB. Gemeric air hujan masih terdengar dengar jelas mengguyur jalanan. Cukup lama hujan turun. Sejak sore hari sampai menjelang tengah malam seperti sekarang. Belum ada tanda air langit itu akan surut. Bahkan sesekali kilatan petir terlihat menyambar-nyambar kemudian menggelegar seolah membelah langit malam yang pekat. Suhu udara panas yang biasa menyelimuti setiap raga yang terlelap kini berganti, lebih sejuk bahkan cenderung lebih dingin dari biasanya. Noval mematikan AC yang ada di kamarnya. Membuka jendela lalu mendongakkan kepalanya melihat ke arah luar. Matanya terpejam seolah menikmati udara segar yang langsung mengguar masuk ke dalam paru-parunya. Ada suatu beban berat yang seakan ikut terhempas saat ia menghembuskan napasnya. Setidaknya satu masalah besar sudah bisa ia hilangkan dari hidupnya. "Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah." Tak lama berselang, terdengar suara pintu terbuka. Noval meliha

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 12. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Jam dinding sudah menunjukkan angka 11.35 malam. Suasana terasa hening. Renata terbangun dari lelapnya. Menggeliat seperti bayi. Melihat sekelilingnya, ia baru ingat jika malam ini tidak ada guling kesayangan menemaninya bermimpi. "Oh iya, gue lagi di rumah sakit," ucapnya pelan. Renata berdiri, berjalan menuju dispenser yang terletak dekat sebuah meja panjang, mengambil segelas air putih dan langsung menenggak habis semua isinya. Dia menengok ke arah sofa ruang tunggu. Ada Renata yang tengah terlelap dengan memegang remot TV. "Dia ketiduran di sana rupanya." Renata menghampirinya dan menyimpan remote TV itu ke tempatnya. "Sil, bangun!" ucapnya pelan. "Sil, bangun, Sil!" Renata mencoba kembali membangunkan Sesilia. Untuk ketiga kalinya, Sesil akhirnya terbangun. "Apa?" Sambil kembali menguap, menahan matanya yang enggan terbuka. "Kok papi belum masuk ruangan? Lu temenin gue tanyain perawat di depan, ya!" "Lah, lu kan tinggal pencet tombol di sana, yang deket bed. Tar ju

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 11. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Tunggu, gue mikir apaan, sih? Terus kenapa dia berani meluk gue?" gerutunya perlahan hampir tidak terdengar oleh siapapun termasuk Noval. Tiba-tiba Renata mendorong tubuh Noval untuk menjauh darinya. "Lu ngapain meluk-meluk gue? Lu mau ambil kesempatan dalam kesempitan, hah?!" pekik Renata kencang. Membuat gempar para tenaga medis di sana. Bahkan ada beberapa perawat keluar dari ruang ICU untuk melihat keadaan di sana. Namun, mereka hanya diam saja melihat Renata memarahi Noval. Petugas kesehatan di sana sudah mengetahui siapa Renata, anak Mr William, salah satu pemenang saham di rumah sakit tempat mereka bekerja. "Maaf, aku nggak bermaksud ...." Renata langsung memotong ucapan Noval. "Alah, omong kosong." Noval mencoba menenangkan Renata yang tiba-tiba meledak amarahnya. Namun, sepertinya wanita itu tidak mengindahkan ucapan Noval. Malah terjadi adu mulut di antara keduanya. Hingga Sesil datang dan berhasil menenangkan keduanya.

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 10. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Beberapa saat sebelumnya."Mana Nak Renata, Ibu mau bicara?" Ibu Wati menahan Noval yang akan masuk ke kamar."Sudah pulang. Ada urusan mendadak katanya. Dia titip maaf karena tidak bisa pamitan sama Ibu.""Kalau begitu kita bicara di depan. Ini menyangkut tentang hubungan kalian berdua.""Ibu, sudah berapa kali Noval bilang, dia nggak hamil. Dan walaupun hamil juga itu bukan anak Noval. Noval sama sekali nggak pernah sedikit pun nyentuh Renata. Ibu harus percaya sama Noval, ya! Sekarang lebih baik kita pergi ke rutan buat lihat kondisi ayah," ajaknya dengan halus. Mengalihkan perhatian ibunya untuk tidak lagi membahas tentang Renata.Noval masuk kamarnya, mengambil jaket hoody berwarna hitam yang tergantung di belakang pintu. Setelah itu mengambil tas selempang yang tergeletak di dekat meja komputer.Namun, perhatiannya teralihkan oleh sebuah tas perempuan berwarna soft pink yang tidak ia kenal. Tergant

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 9. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Setelah berganti pakaian, Bu Wati langsung menyidang keduanya di ruang tengah.Renata hanya mengganti celananya saja yang basah. Untungnya ukuran celana Tiara tidak beda jauh darinya.Noval nampak tertunduk mendengarkan setiap omelan ibunya. Sedangkan Renata terlihat menahan tawa saat dirinya ikut kena omelan."Jadi gini rasanya kena omelan seorang ibu? Kok gue malah seneng, ya?" lirihnya pelan, dia seakan menikmati segala wejangan yang Ibu Wati berikan.Baru kali ini ada orang lain--selain ayahnya, yang berani memarahi dirinya. Tapi, rasanya sangat berbeda. Tidak ada rasa sakit hati ataupun amarah saat Ibu Wati mengomel terus seperti sekarang ini."Kalian itu sudah dewasa, harusnya tau mana yang dilarang oleh agama. Itu dosa, kalian belum resmi menikah.""Ibu, jangan salah paham. Tadi Renata mau jatuh karena lantainya licin. Aku mau bantu dia berdiri cuman malah ikutan jatuh. Ibu jangan berpikir buruk dulu." No

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status