Home / Romansa / Kekasih Pengganti Nona Arogan / Part 4. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Share

Part 4. Kekasih Pengganti Nona Arogan

Author: Arwend Arau
last update Huling Na-update: 2025-07-11 07:46:01

"Renata?"

Pikirannya langsung tertuju pada wanita yang tempo hari tiba-tiba menyebutnya pacar.

"Kenapa akhir-akhir ini aku harus berurusan lagi dengan dia."

Noval bergegas menuju tempat yang disebutkan menejernya. Dengan membawa sebotol minuman beralkohol pada seorang tamu VVIP. Noval sempat menolak perintah atasannya itu, karena dia pikir itu pekerjaan seorang waiters bukan dirinya.

"Permisi, ini minumannya." Sambil melihat ke arah Renata yang tengah tersenyum padanya.

"Duduklah, ada yang mau gue jelasin sama lu!" Tangan Renata menggenggam lengan Revan yang akan beranjak pergi.

"Maaf, aku harus kerja lagi. Permisi." Noval melepaskan genggaman tangan Renata.

"Lu, udah gue booking. Jadi lu aman, tenang aja," ujarnya dengan santai. Renata membuka sebungkus rokok dan membuat ruangan dipenuhi asap.

Noval menghela nafas, kemudian duduk di dekat Renata.

"Sekarang bicaralah!"

"Gue mau minta maaf soal di rumah sakit. Gue terdesak. Papi mau jodohin gue dan gue nggak mau." Renata mengawali ceritanya.

"Terus apa hubungannya dengan aku? Itu urusan kamu dengan keluargamu." Noval mengalihkan pandangannya dari wanita cantik di dekatnya.

"Gue udah terlanjur bilang ke papi kalau lu ... pacar gue. Dan sekarang kondisi kesehatan papi lagi drop, gue takut terjadi sesuatu yang serius kalau gue jujur. Apalagi ternyata papi sudah kenal sama elu dan lebih gila lagi papi sangat setuju kalau lu yang jadi suami gue."

"Ukhuk!" Noval terbatuk karena terkejut mendengar perkataan Renata.

"Maaf aku nggak bisa, cari pria lain saja." Noval beranjak dari tempat duduknya.

"Bukannya dulu kamu pernah bilang kamu nggak suka sama aku dan nggak akan pernah suka," ucapnya kemudian sambil berbalik ke arah Renata.

"Elu masih ingat soal itu? Gue benar-benar minta maaf, waktu itu ...." Tiba-tiba Renata mengentikan ucapannya. Wanita itu terdiam kemudian mengenggak segelas minuman di depannya.

"Waktu itu, gue masih bego. Nggak bisa lihat permata dalam diri elu. Gue minta maaf, gue beneran minta maaf," jawabnya dengan wajah memelas.

Tak pernah terlintas dalam pikiran seorang Renata dia harus meminta maaf pada orang lain. Apalagi pada Noval Sanjaya, teman sekelasnya dulu yang selalu tidak pernah bisa ia kalahkah kepintarannya. Selalu bisa menyabet juara kelas, walaupun pria itu dulu berasal dari keluarga sederhana tidak seperti dirinya.

Noval tak menggubris ucapan Renata, namun langkahnya terhenti karena Renata memeluk dirinya dari arah belakang.

"Gue mohon, elu mau jadi pacar gue. Demi kesehatan papi."

Noval mematung, merasakan hangatnya pelukan dari cinta pertamanya. Perlahan dia mulai kembali merasakan sebuah rasa yang dulu pernah ia buang. Namun segera ia tepis.

Noval melepaskan tangan Renata yang melingkar di pinggangnya. "Maaf, aku tidak bisa."

"Bahkan demi ayahku?" ucap Renata kemudian.

Noval benar-benar tidak memperdulikan perkataan Renata. Dia berjalan menuju pintu keluar.

"Tunggu!"

Langkah Noval terhenti.

"Gue bakal lunasin seluruh hutang lu pada klub ini, ini bayaran yang bisa lu terima kalau lu mau pura-pura jadi kekasih gue, gimana?"

"Sepuluh miliar, gue bakal kasih langsung sekarang. Lu sama bokap lu bebas dari jeratan jeruji besi," ucap Renata lagi.

"Heuh, jadi kamu sudah mencari informasi tentang aku. Semua bukan karena uang, Nona Renata yang terhormat. Aku bisa menyelesaikan semua masalahku sendiri. Aku tidak butuh bantuanmu."

Noval benar-benar berlalu dan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Renata yang marah-marah dan kebingungan membujuk Noval.

"Sialan! Laki-laki miskin aja sombong. Dia berani menolak seorang Renata." Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Renata yang tengah kesal dengan sikap Noval padanya.

"Gue rela rendahin harga diri gue demi cowok kayak gitu. Amit-amit. Kalau bukan karena papi yang minta gue nggak sudi, Noval. Argh! Tapi, daripada gue harus merit sama si Riko, lebih amit-amit. Ihhh!" Renata bergidik ngeri membayangkan laki-laki pilihan ayahnya.

Renata terlihat menghubungi seseorang.

[Sil, rencana A gagal! Dia sama sekali nggak respect. Bahkan dia nolak gue mentah-mentah. Malu gue]

[ .... ]

[Ok, gue nanti ke rumah Lo, kita susun rencana B].

***

Suasana sarapan Renata kali benar-benar sepi. Ayahnya yang masih terbaring sakit hanya bisa berdiam diri di kamar. Hanya ditemani oleh denting alat makan yang saling beradu. Renata hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di hadapannya. Selera makannya tiba-tiba hilang saat mengingat kejadian tadi malam.

"Argh! Kenapa gue harus kepikiran wajah laki-laki sialan itu. Tapi, dia itu benar-benar berubah. Dia sekarang, ganteng banget, tak bisa gue pungkiri. Ketampanannya bikin gue ..." Renata menggeleng-gelengkan kepalanya, memungkiri sesuatu hal yang tiba-tiba muncul di pikirannya.

"Non, Non Renata, gawat, Non!" seorang asisten rumah tangga tiba-tiba menghampirinya dengan tergesa.

"Ada apa?"

"Tuan, tuan, Non!" jawabnya dengan napas yang tersengal-sengal.

Tanpa mendengar penjelasan lebih lanjut, Renata bergegas menuju kamar ayahnya yang terletak tidak jauh dari tempat makannya.

"Papi ...!" Renata berteriak dengan kencang saat melihat ayahnya itu terjatuh dari tempat tidurnya.

"It's Ok, Papi nggak apa-apa. Tadi Papi mau ke toilet, cuman kepala Papi tadi pusing."

Renata membantu ayahnya itu untuk berdiri dan kembali ke tempat tidurnya.

"Kamu!" tunjuknya pada asisten rumah tangga yang tadi memanggilnya.

"Ke mana perawat yang jaga papi?"

"Sayang, kenapa kamu marahin Mbok Nar, dia tidak salah apapun. Papi yang suruh perawat itu untuk istirahat."

"Tapi 'kan jadinya gini, Pi. Maaf akhir-akhir ini Rery terlalu sibuk dengan urusan kantor, gimana kondisi Papi sekarang? Rery panggil dokter ya buat periksa kondisi Papi?" Renata tampak sangat cemas.

"Nggak perlu, Papi nggak apa-apa. Gimana kamu udah bicara sama Noval? Kapan dia bisa datang ke rumah? Atau kita saja yang pergi ke rumah Noval buat ngelamar?"

"Ukhuk! Jangan-jangan!" sanggah Renata dengan mengibaskan kedua tangannya.

"Papi udah nggak sabar lihat kamu menikah. Ayolah Papi yakin Noval adalah pasangan yang sesuai untuk kamu. Dia pria baik." Mr. William membelai lembut rambut panjang Renata. Matanya memancarkan harapan agar anaknya itu segera menikah.

"Iya, Papi sabar, ya. Rery pasti bawa Noval ke rumah ini."

Renata terduduk diam di pinggir ranjangnya. Wanita muda yang sebentar lagi berulang tahun yang ke dua puluh delapan itu sudah mengenakan pakaian tidurnya. Namun, alih-alih terlelap dalam buaian mimpi, Renata justru hanya terdiam. Seperti biasa kesendirian menyelinap dalam kesunyian hatinya yang dingin. Melewati malam-malam yang harus selalu ia lewati--tanpa pernah mendapatkan belaian tangan seorang ibu.

Kamarnya yang berwarna putih dan cream itu, sebenarnya cukup membuat tenang. Hanya saja kebisingan di dalam kepalanya tak mampu membuat kedua matanya untuk terlelap. Ditambah permintaan ayahnya yang akhir-akhir ini membuat hidupnya tak senyaman dulu.

"Gue masih muda, kenapa papi terus maksa gue buat nikah? Gue masih mau nikmati masa muda gue, tanpa harus terikat dengan sebuah status pernikahan."

Pernikahan merupakan suatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Renata. Kesenangan bisa dia beli dengan uang, pikirnya.

Dulu dia adalah seorang primadona sekolah. Banyak laki-laki yang jatuh cinta padanya, termasuk Noval. Namun, karena keangkuhannya Renata tidak pernah mendapatkan pria yang dengan tulus mencintanya. Hingga saat itu dia tidak sengaja bermain di sebuah aplikasi kencan yang mempertemukannya dengan Juan Xavier.

Untuk kali pertama, dia merasakan sesuatu hal yang berbeda. Sensasi saat bersentuhan dengan Juan mampu membangkitkan gairahnya. Hingga Renata dibuat tergila-gila oleh kekasihnya itu.

Sebuah kenyamanan dan kasih sayang yang dulu selalu tidak pernah bisa ia terima dari ayahnya yang selalu sibuk bekerja. Kini ia temukan pada sosok pria yang baru ia kenal beberapa bulan.

Namun, rasa kepercayaan atas nama cinta itu harus kembali ternoda. Di saat wanita muda itu sedang merasakan bunga-bunga mekar di taman hatinya, sebuah racun berbisa meluluh lantakkan semua bunga di sana. Tak ada yang tersisa hanya rasa kecewa yang tertawan di hatinya.

Drrrt! Drrrt!

Beberapa kali ponsel milik Renata bergetar. Namun, alih-alih mengangkat panggilan yang masuk dia memilih untuk membiarkannya mengeluarkan nada dering dengan lagu galau kesukaannya, Usai oleh Tiara Andini.

Sesaat kemudian, cairan bening itu benar-benar melesat tanpa izin. Membuatnya hanyut dalam kerinduan.

"Mami ...."

Renata berjalan menuju sebuah lemari pakaian yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Membuka sebuah laci yang ada di dalam lemari tersebut. Sebuah album foto lama tersimpan apik di sana.

Perlahan dia mulai membuka lembar demi lembar foto dirinya semasa bayi bersama seorang perempuan cantik nan anggun yang tengah menggendongnya. Di sampingnya nampak seorang pria gagah tersenyum penuh kebahagiaan. Sebuah keluarga kecil yang tengah berbahagia dengan kehadirannya ke dunia ini.

"Seandainya Mami ada di sini ... gue, nggak akan sesakit ini!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 4. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Renata?"Pikirannya langsung tertuju pada wanita yang tempo hari tiba-tiba menyebutnya pacar."Kenapa akhir-akhir ini aku harus berurusan lagi dengan dia."Noval bergegas menuju tempat yang disebutkan menejernya. Dengan membawa sebotol minuman beralkohol pada seorang tamu VVIP. Noval sempat menolak perintah atasannya itu, karena dia pikir itu pekerjaan seorang waiters bukan dirinya. "Permisi, ini minumannya." Sambil melihat ke arah Renata yang tengah tersenyum padanya. "Duduklah, ada yang mau gue jelasin sama lu!" Tangan Renata menggenggam lengan Revan yang akan beranjak pergi."Maaf, aku harus kerja lagi. Permisi." Noval melepaskan genggaman tangan Renata."Lu, udah gue booking. Jadi lu aman, tenang aja," ujarnya dengan santai. Renata membuka sebungkus rokok dan membuat ruangan dipenuhi asap.Noval menghela nafas, kemudian duduk di dekat Renata."Sekarang bicaralah!" "Gue mau minta maaf soal di rumah sakit. Gue terdesak. Papi mau jodohin gue dan gue nggak mau." Renata mengawali c

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 3. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Apa? Papi kenal dengan orang ini?" Siapa sangka, seorang William Hadian Robert--ayah Renata, malah kenal lebih dahulu dengan pria yang baru saja Renata lihat. "Papi ... kenal sama laki-laki ini?" Mata Renata terbelalak melihat ayahnya itu langsung menjabat tangan laki-laki yang berperawakan tinggi di sampingnya. Pria itu langsung menyambut hangat jabatan tangan Mr. William. "Selamat malam, Om." Sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badan tanda hormat. "Tentu saja. Dia Noval. Anak muda yang dengan penuh keberanian masuk dalam kobaran api saat mobil papi terbakar. Penyelamat papi dari kecelakaan tiga bulan yang lalu. Kalau nggak ada dia waktu kecelakaan mobil itu, papi mungkin sudah nggak ada di dunia ini," jelas Mr. William pada anak perempuannya itu. "Apa? Papi pasti lagi bercanda, 'kan?" tanya Renata masih memasang wajah terkejutnya. "Papi serius, ah ... sudahlah kamu mana peduli sama papi. Kenapa kamu nggak pernah cerita kalau Noval adalah pacar kamu, papi sanga

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 2. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    Setelah membersihkan badannya, Renata sudah terlihat cantik kembali. Sambil mengeringkan rambutnya yang panjang menggunakan hairdryer, wanita itu mulai menceritakan kenapa dia bisa sampai mabuk berat. "Gila, bener, 'kan dugaan gue. Kalau si Juan ntu cowok red flag," ujar Sesil geram."Tapi, Sil. Gue cinta banget sama dia. Juan selalu bikin gue nyaman," ungkap Renata yang membuat cairan bening itu kembali keluar."Sakit, Sil. Sakit banget!" isaknya perlahan.Tak mau sahabatnya itu kembali bersedih, Sesil beranjak ke dapur dan membuatkan Renata makanan."Udah jangan sedih terus, laper, 'kan? Nih mie kuah ala chef Sesil spesial buat Nona Renata yang cantik." Sesil menyodorkan semangkok mie kuah lengkap dengan topping telur setengah mateng dan sayur serta irisan cabe yang menggugah selera."Cuman mie? Nggak ada yang lain?" Renata mengejek pemberian Sesil."Ya elah, udah bagus gue bikinin. Ya udah sini, buat gue aja!" Sesil mengulurkan tangannya."Becanda. Gitu aja marah!" jawab Renata m

  • Kekasih Pengganti Nona Arogan   Part 1. Kekasih Pengganti Nona Arogan

    "Sial!" Renata mendengus kesal. Bruk!"Kenapa, Lu?" tanya Sesil terkejut melihat sahabatnya itu tiba-tiba memukul meja kafe tempat mereka makan."Papi, Sil. Dia terus nyuruh gue pulang ke rumah, males!""Soal perjodohan itu?" "Ya, iya. Apalagi coba, males gue!" sahut Renata dengan menekuk mukanya ke atas meja. Sudah satu Minggu, ayah Renata membujuk anak semata wayangnya itu untuk pulang ke rumah. Namun lagi-lagi Renata menolak. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya. Sebuah pernikahan bisnis pikirnya, yang akan memperkuat gurita bisnis sang ayah saja. "Ya udah, pulang sana! Emang lu mau dicoret dari daftar ahli waris keluarga? Nggak enak tahu hidup miskin!" seloroh Sesil membuat kuping Renata semakin panas."Bodo amat!" acuhnya. Sambil memainkan gelas minuman di depannya."Sorry, gue mesti balik sekarang," pamit Sesil setelah mendapat telepon dari seseorang. "Elu yang bayar makanannya, ya! Thanks, Re!" pintanya sambil berlalu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status