Share

Bab 4. Penolong

Becca keluar dari kantor Tuan Arga dengan dada terasa sesak menahan marah. Jantungnya berdetak kencang seperti habis berlari maraton. Baru kali ini ia mendapat penghinaan yang menginjak harga dirinya.

Becca cepat-cepat menekan tombol lift untuk mengantarnya ke lantai bawah. Saat memasuki lift, untung saja tidak ada orang selain dirinya.

Bersandar di dinding lift, Becca mengatur nafasnya. Perasaannya campur aduk, antara marah, kesal tapi juga takut. Ia takut telah menyinggung perasaan Tuan Arga yang sangat berkuasa. Ia tak ada seujung kuku dibanding Tuan Arga.

Setelah bisa mengendalikan emosinya, Becca mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dengan perlahan diminumnya hingga habis tak bersisa. Air minum yang membuat dirinya semakin tenang.

Saat pintu lift terbuka, Becca segera keluar. Dengan langkah cepat ia keluar dari halaman perkantoran Tuan Arga. Becca tidak tahu jalan pulang. Becca mengamati sekitarnya, lalu ia menemukan sebuah taman kecil. Di sana ia duduk dan membuka peta di ponselnya, mencari jalan pulang.

Saat itu ponselnya berdering, ternyata Andre yang meneleponnya. Andre adalah penolongnya. Bagi Becca, Andre lebih sekedar teman, tapi juga kakak dan sahabat terbaiknya.

- "Halo Kak Andre."

- "Halo Becca. Sore ini setelah pulang kerja, aku jemput ya."

- "Maaf Kak, tapi sekarang aku ada di depan perkantoran PT. Duta Laksana. Tadi aku dipanggil ke kantor pusat."

- "Kamu sudah selesai kan? Kalau begitu, kamu tunggu saja di sana. Aku jemput ya."

- "Nggak usah, Kak. Aku bisa naik angkutan umum kok."

- "Jangan, nanti malah kesasar. Posisiku juga nggak jauh dari sana. Tunggu kira-kira setengah jam. Oke?!"

- "Baiklah, Kak. Aku ada di taman kecil di sebelah gedung."

- "Oke, tunggu ya."

Telpon pun ditutup. Becca menghela nafas, antara senang tapi juga nggak enak karena merepotkan Andre yang sudah banyak membantunya.

Becca ingat pertemuan pertama dengan Andre. Saat itu ia masih SMA, Andre datang ke panti bersama keluarganya untuk memberikan bantuan. Perkenalan singkat tanpa kesan.

Namun beberapa bulan kemudian saat Becca sudah lulus SMA dan sedang mencari pekerjaan, ia bertemu Andre. Saat itu ternyata Becca melamar pekerjaan di perusahaan Andre.

Becca bekerja selama satu tahun di perusahaan Andre, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari pengalaman di tempat lain. Namun sebenarnya Becca hanya tidak ingin lebih merepotkan Andre, karena selama bekerja Andre selalu membantunya.

Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunan Becca. Ia segera mencari sumber suara dan Becca melihat Andre membuka jendela mobilnya. Senyum ramah tersungging di bibirnya. Becca balas tersenyum dan beranjak mendekati Andre.

"Becca, yuk masuk!" perintah Andre ramah.

"Iya Kak, terima kasih. Maaf sudah merepotkan Kakak," ucap Becca sambil duduk di sebelah Andre.

"Santai lah, Bec. Kamu ini kayak sama siapa aja," saut Andre sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Tapi memang aku selalu merepotkan Kakak sih," kata Becca masih memaksa.

"Sudah jangan dibahas lagi. Bec, kita cari makan dulu yuk, pasti kamu belum makan kan? Aku juga udah laper," ajak Andre santai.

"Iya Kak, terserah Kakak aja."

Andre hanya melemparkan senyumnya. Hati Becca terasa hangat. Memang seperti itulah perlakuan Andre padanya. Selalu hangat walaupun jika dibandingkan dengan Andre, Becca bukanlah apa-apa.

Usia Andre terpaut 7 tahun dengan Becca. Andre kini berumur 27 tahun, tapi ia bisa dibilang pengusaha sukses. Perusahan Andre bergerak di bidang retail. Memang Andre meneruskan bisnis keluarganya, tapi di tangan Andre, perusahaan menjadi lebih maju.

Becca terkadang merasa kecil hati. Ia hanya anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Mengapa Andre masih mau berteman dengannya?

"Bec, kita makan di sana ya," ucap Andre membuyarkan lamunan Becca.

"Iya, Kak," saut Becca tersenyum.

Rumah makan ini menyediakan berbagai menu makanan. Becca memilih ayam bakar untuknya, sedangkan Andre memilih menu sate sapi kesukaannya.

"Bec, tadi kenapa kamu dipanggil ke kantor pusat? Memang ada masalah apa?" tanya Andre sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.

Becca agak terkejut mendengar pertanyaan Andre. Ia bingung akan menjawab apa. Jika berterus terang, ia takut Andre akan membantu dan menyelesaikan masalahnya. Dan akhirnya Becca memutuskan untuk tidak menceritakan dulu. Bukan berbohong tapi ia belum ingin menceritakan pada Andre. Becca memutar otaknya mencari alasan.

"Oh itu lho, Kak. Aku akan dipindahkan ke galeri luar kota, tapi aku menolak. Lalu aku disuruh manajer untuk memberikan alasan secara langsung pada manajer pusat." Becca mengatakan apa yang terlintas di kepalanya.

"Oh begitu. Syukurlah kalau kamu tidak ingin pindah kota. Kan kita akan kesulitan kalau bertemu," kata Andre tersenyum.

"Haha Kak Andre bisa aja."

Saat itu makanan pesanan mereka datang. Becca dan Andre sama-sama menikmati makan malam mereka walaupun hari baru menjelang petang.

Selesai makan, Andre pun terus menatap Becca yang ada di hadapannya. Hatinya selalu berdesir setiap kali menatap mata Becca. Ia selalu menemukan kepolosan, kenaifan namun juga keberanian.

Andre sangat tahu latar belakang Becca, namun ia tidak memperdulikan semua itu. Ia memang sudah menyukai Becca sejak mereka bertemu pertama kali. Baginya, Becca adalah seseorang yang akan bisa mendampinginya dalam mengarungi kehidupan.

Namun saat ini, Andre belum bisa mengutarakan isi hatinya. Masih terlalu dini baginya. Ia harus bersabar karena tahu jika saat ini Becca masih menganggapnya seorang kakak dan teman baik.

Andre yakin jika ia bersabar dan terus dekat akhirnya Becca akan merasa sayang dan jatuh cinta padanya.

"Kak Andre kenapa lihatin Becca terus? Ada yang aneh ya?" tanya Becca malu.

"Oh enggak kok. Aku hanya ingat saat pertemuan pertama kita di panti. Dulu kamu masih gadis remaja, sekarang kamu sudah lebih dewasa," ucap Andre tersenyum, mencari alasan.

"Haha ... waktu itu aku pasti kelihatan culun banget ya, Kak?"

"Eh enggak kok. Justru sekarang kamu ini malah culun," ledek Andre.

"Enak aja. Sekarang aku ini udah gadis dewasa," elak Becca sambil memanyunkan bibirnya.

"Iya iya percaya. Takut aku kalau kamu udah ngambek."

"Eh kapan aku pernah ngambek sama Kakak?" tanya Becca.

"Pernah lah ... kemarin itu waktu kamu mau resign dari perusahaan tapi aku tolak."

"Kan itu aku ingin cari pengalaman dan nggak ingin tergantung terus sama Kak Andre." Becca tersenyum sendiri jika ingat peristiwa itu.

"Ya tapi kan kamu pakai drama dulu," ucap Andre sambil tersenyum geli.

"Iya iya, aku emang suka drama." Becca pun akhirnya ikut tertawa.

Saat itu ponsel Becca berbunyi tanda ada pesan masuk. Saat membacanya senyumnya pun seketika hilang dari bibirnya.

- Besok pagi kamu harus datang tepat waktu ke galeri. Jangan membuat Tuan Arga menunggu.

Pesan dari Pak Yandi yang membuat Becca ingat akan masalah peliknya.

"Kenapa Becca?" tanya Andre penasaran.

-

-

-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status