*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*
“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”
Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”
“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”
Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”
Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tanpa melakukan apa pun!
“Kalian sudah siap?” tanya seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan. Pria itu adalah ayah Elviara dan Revina.
“Sudah!” sahut Revina sembari berdiri dengan anggun.
“Ayo, sudah waktunya masuk ke ruang pesta.”
Berjalan masuk ke ruang pesta, Revina langsung menjadi pusat perhatian seisi ruangan.
“Wah, bukannya itu nona ketiga keluarga Adiwijaya?”
“Dia cantik sekali!”
“Bukan hanya berasal dari keluarga dengan latar belakang baik, tapi dia juga anggun dan cantik. Sungguh cocok untuk Tuan Muda Alexander!”
Selagi semua orang mengagungkan dirinya, Revina menoleh ke kiri dan ke kanan, tampak mencari sesuatu. ‘Di mana tuan muda Alexander? Kenapa aku tidak melihatnya? Padahal malam ini aku sengaja berdandan seperti ini hanya untuknya,’ batin wanita itu dengan agak kesal.
“Dengar-dengar, nona pertama dari keluarga Adiwijaya telah di usir dari rumah?”
“Benarkah?”
“Iya, sepertinya, itu ada kaitannya dengan skandal yang pernah booming beberapa saat lalu.”
“Mempermalukan keluarga Adiwijaya dengan tindakan tidak berakhlak seperti itu, dia pantas diusir!”
Mendengar Elviara menjadi perbincangan, Revina justru tersenyum angkuh, 'Sampai kapan pun, Elviara tidak akan ada apa-apanya dibandingkan aku.'
Andra yang mendengar bagaimana orang-orang menilai putrinya hanya bisa menahan diri dan menutup telinganya rapat-rapat.
‘Sungguh memalukan,’ batin Andra dengan tangan terkepal.
“Wahhh, bukannya itu tuan muda Alexander?” ucap seseorang, membuat seisi ruangan, termasuk Andra dan Revina, mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk gedung.
Perlahan, tampak sosok Bara dengan tubuh tinggi dan tegapnya dibalut jas dan celana bahan mewah berjalan masuk ke dalam ruangan. Rambutnya setengah ditarik ke belakang menggunakan gel, menampakkan wibawa dan keanggunan keturunan keluarga kalangan sosial atas.
Bibir Revina melengkung ke atas, terpesona akan ketampanan Bara. “Ternyata, lebih tampan aslinya daripada di gambar!”
Melihat Bara berjalan ke arahnya, membuat Revina membayangkan hal indah tentang dirinya dan Bara di masa depan.
‘Suatu saat nanti, semua orang pasti akan iri padaku!’ pikir Revina.
Revina reflek menata rambutnya ketika Bara semakin dekat dengannya, dan mempersiapkan diri untuk menyapa pria itu. Namun, Bara justru melewati dirinya begitu saja, bahkan sedikit pun tidak menoleh ke arahnya.
“Selamat malam, Om!” sapa Bara.
'Sabar, tahan sedikit lagi!" Seketika senyum manis Revina memudar, terlihat sekali kekesalan di wajahnya. Namun dirinya harus tetap terlihat manis dan anggun di depan Bara.
Andra tersenyum, dan menjabat tangan Bara, “Malam, Bara! Senang bisa bertemu lagi denganmu!”
Bara hanya tersenyum, menganggukkan kepala. Kemudian, dia berbincang dengan Andra selagi mengarah ke meja VIP yang sudah dipersiapkan, seraya menunggu acara itu di mulai. Revina yang sengaja duduk di samping Bara, tak henti-hentinya pria tersebut, bahkan dia terlihat salah tingkah ketika Bara tak sengaja menatap ke arahnya.
Tanpa dia ketahui, Bara bukan melihat ke arahnya, melainkan ke arah pintu yang ada tepat di belakang Revina.
‘Kenapa lama sekali?’ batin Bara dengan tidak sabar.
Melihat Bara menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya berkali-kali, Andra tersenyum. “Tidak perlu khawatir, Tuan Bara. Tuan besar sebentar lagi pasti akan datang!”
'Tuan Besar?' Bara yang baru saja membuka layar ponseluntuk menghubungi bawahannya pun mengurungkan niatnya, setelah mendengar kalimat Andra. ‘Siapa yang menantikan kedatangan Kakek?’ batinnya lagi, tahu Andra salah sangka, tapi malas menjelaskan.
Novi menatap ke arah putrinya, memberikan sebuah isyarat yang membuat putrinya tersenyum tipis.
“Iya kak, kakak tidak perlu khawatir. Kakek pasti akan segera tiba!” ucap Revina seraya menyentuh lengan Bara.
‘Apa-apaan gadis ini?’ Bara mengerutkan keningnya, menatap tidak suka kearah Revina yang menurutnya sangat lihai bersandiwara. Terlebih lagi dengan sikap gadis itu yang membuatnya tidak nyaman.
“Tuan besar sudah tiba!” ucap Andra, melihat Andreas memasuki gedung. Seketika, ia berdiri untuk menyambutnya.
“Apa kabar, Tuan Alexander?” sapa Andra dengan ramah.
“Baik, silahkan duduk!” sahut Andreas Alexander, mempersilahkan keluarga Adiwijaya dan seluruh tamu undangan untuk kembali duduk dan menikmati pesta malam ini.
Dua keluarga itu saling berbincang, cukup lama, hingga pada akhirnya tuan besar Alexander menyadari jika calon cucu menantunya tidak ada di sana.
"Di mana Elviara? Apa dia tidak datang bersama kalian?" Andreas menatap kearah Andra dan Bara bergantian.
"Ehemm, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan!"
Andreas mengernyitkan keningnya, "Katakan saja!"
“Sebelum itu, saya minta maaf mengenai skandal yang dibuat oleh putri sulung saya beberapa saat lalu,” ucap Andra dengan wajah bersalah.
“Skandal?” Andreas tidak mengerti.
Andra terkejut. “Ah! Tuan Besar masih belum tahu? Itu … putri sulung saya melakukan hal yang … haish, saya terlalu malu untuk menjelaskan. Oleh karena itu, untuk kebaikan kita semua, saya mengusulkan pertunangan ini digantikan oleh putri ketiga saya, Revina?”
Mendengar hal tersebut, Andreas tampak terkejut. Tak hanya itu, dia merasa cukup kesal juga.
Cepat, sekretaris Andreas menghampirinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya, dia juga baru menerima berita ini.
Mengerti situasi keluarga Adiwijaya, juga terlanjur malu bila harus membatalkan pesta pertunangan hari ini, Andreas akhirnya hanya bisa berkata, “Kalau begitu … pertunangan malam ini–”
“Pertunangan malam ini akan tetap berlanjut di antara diriku dan Elviara,” ucap Bara dengan wajah datar, mengejutkan semua orang. “Aku tidak ingin menikahi wanita lain selain dirinya.”
Novi membesarkan matanya, tampak kaget dan tidak terima dengan penolakan Bara. “Tapi, Tuan Bara, Elviara sudah tidak lagi suci! Dia tidak pantas untuk dirimu! Putriku jauh lebih layak karena dia–”
“Tidak pantas, katamu?” tanya Bara dengan manik menatap tajam ke arah Novi, mengintimidasi wanita itu. “Pantas atau tidak, itu adalah hakku untuk memutuskan.”
Walau takut dengan sikap Bara, Novi masih keras kepala. “Akan tetapi, bagaimana ini, Tuan Bara? Elviara telah diusir dari kediaman Adiwijaya dan tidak tahu ada di mana sekarang! Kamu tidak bisa membiarkan pesta pertunangan ini berlanjut seorang diri ‘kan? Dan membatalkan juga bukan pilihan baik untuk reputasi keluarga Alexander!”
“Oh?” Bara tersenyum, lalu berdiri dari kursinya. Tanpa menoleh ke arah Novi, dia berkata, “Mungkin Nyonya Kedua Adiwijaya tidak tahu,” dia berjalan menuju satu arah, lalu berdiri tepat di depan seorang wanita cantik yang baru saja tiba dan menarik perhatian seisi ruangan, “tunanganku ada di sini.”
Itu adalah Elviara.
**
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma