Elviara Anastasya, gadis berusia 23 tahun yang seharusnya menjadi pewaris utama Adiwijaya Group, kini di tendang keluar dari keluarganya setelah sang ibu dan adik tiri menjebaknya untuk tidur dengan seorang pria asing. Seakan tak cukup sulit, Elviara juga harus merawat saudara kembarnya yang memiliki riwayat penyakit jantung bawaan dari lahir. Di saat Elviara berada di titik terendah dalam hidupnya, Dia bertemu dengan Elbara Alexander, tuan muda keluarga Alexander, yang ternyata adalah pria yang menidurinya di malam itu! Apa yang kiranya akan Elviara lakukan? Apakah dia akan menutupi kejadian di malam itu dan lari, atau malah menerima kenyataan jika tuan muda Alexander ini menginginkan dirinya?
Lihat lebih banyak"Kenapa kepalaku pusing sekali?" gumam Elviara, merasakan pening dan penglihatan yang mulai kabur.
Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun yang ke 17 Revina, adik tiri Elviara. Walau mereka bukan saudari kandung, tapi hubungan keduanya sangat baik, dan itulah alasan Elviara menghadiri ulang tahun adik tersayangnya itu. Hanya saja, entah apa yang terjadi, di tengah pesta, Elviara merasa dirinya mulai pening. Mungkin ia minum terlalu banyak anggur? Merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya, gadis bergaun hitam dengan bagian punggung sedikit terbuka itu berjalan tertatih berusaha untuk keluar dari ruang pesta. Namun, tak lama sebuah tangan menahannya. "Kakak, ada apa kak?" Elviara menoleh, seorang gadis berambut pirang tampak berdiri di hadapannya dengan wajah khawatir. Itu adalah Revina Adiwijaya, adik tiri Elviara. "Kakak terlihat pucat ...." "Aku ... tidak apa-apa," balas Elviara, tapi jalannya yang agak terhuyung membuat sang adik memegang kedua pundaknya. "Tidak, kak. Kakak harus istirahat." Revina memaksa, lalu melirik ke arah seorang pelayan. "Pelayan, tolong antar kakak ke kamarnya!" panggil Revina. "Baik nona." Memperhatikan kepergian Elviara, ekspresi khawatir Revina perlahan berubah menjadi sinis dan keji. “Elviara, nikmatilah malam yang sudah kusiapkan untukmu.” ** "Aldo, siapkan kamar untuk saya! Saya ingin beristirahat sekarang!" ucap laki-laki tampan bertubuh tinggi atletis bak artis korea itu. "Baik tuan!" Ketika ia sedang sendiri, seorang pelayan datang menawarkan sebuah minuman kepadanya, "Maaf saya tidak minum!" Dengan suara beratnya, laki-laki tampan itu tegas menolak minuman yang dibawa oleh seorang pelayan di depannya. Ya, memang ia terbiasa hanya menerima minuman atau makanan dari orang kepercayaannya, tapi biar bagaimanapun ia tidak boleh lengah karena banyak orang yang menginginkan posisinya. Dia Bara, Elbara Alexander. Tuan muda dan satu-satunya penerus Alexander Corporation yang kebetulan berkunjung di kediaman tuan besar, dan naasnya lagi tanpa ia ketahui ternyata dirinya telah di jodohkan dengan seorang gadis yang tak ia kenal. 'Ini konyol ...' pikir Bara seraya memijit pelipisnya. 'Kenapa harus menikah dengan orang asing untuk mewarisi perusahaan?! Apa hubungannya!?' gerutunya dengan wajah keras, tak mengerti jalan pikiran kakeknya. "Tuan, kamarnya sudah siap!" ucap Aldo yang tak lain adalah sahabat sekaligus tangan kanannya. Bara mengangguk, dengan raut wajah lelahnya, ia mulai melangkah meninggalkan ramainya pesta yang digelar di perusahaan kakeknya. KLIKKK. “Huhhh," Bara membuang nafas beratnya seraya berjalan memasuki kamar pribadinya ketika ia berkunjung di perusahaan ini. Bara melonggarkan dasinya, tanpa menatap ke arah lain ia langsung masuk kedalam kamar mandi. Mungkin Bara sangat lelah, mengingat ia baru saja sampai di Indonesia dua jam lalu dan harus datang ke acara perusahan kakeknya. "Shhhh, panas sekali." Bara sedikit terkejut mendengar desisan seorang wanita dan suara percikan air dari dalam kamar mandi pribadinya. Bara menajamkan pendengarannya, dengan penuh kewaspadaan laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah tirai. Srakkkk. Mata Bara terbelalak melihat seorang gadis berdiri di bawah kucuran air shower hingga menampakkan lekuk tubuh gadis itu. Bara menelan salivanya susah payah melihat tubuh wanita yang tak dikenalnya itu, bahkan tanpa sadar jika miliknya kini telah menyembul di bawah sana. "Akhhh sialan," umpat Bara. Bara yang masih terdiam di tempatnya sedikit terkejut melihat gadis itu mulai mendekat ke arahnya. "Tolong aku …" lirih gadis itu. "Permainan apa lagi ini?" batin Bara. Baju yang dikenakan oleh Bara akhirnya ikut basah akibat ulah gadis asing yang kini berdiri di depannya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Bara menatap manik mata gadis yang tengah diselimuti oleh gelora hawa nafsu. "Ini sangat panas," lirih gadis itu lagi. Bara yang sedari tadi mencoba untuk menekan hasratnya akhirnya tidak lagi bisa menahan diri. “Karena memang kamu memintanya, maka akan kuberikan yang kau inginkan.” Dia pun mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya ke atas kasur. Gadis itu membuka pakaiannya hingga menampakkan belahan dadanya yang menyembul sempurna berbalut bra berwarna merah menantang. "Shhhh," desis gadis itu saat Bara mulai mengecup leher jenjangnya. Bara yang menindih gadis itu pun perlahan menanggalkan pakaiannya dan lebih agresif dalam permainan itu. "Shhhh," desis gadis itu lagi ketika merasakan ada sesuatu yang memaksa masuk dari bawah. Bara mengernyitkan dahinya, ketika melihat ekspresi gadis yang saat ini tengah berada di bawah kungkungannya itu. Kenapa gadis itu tampak kesakitan? Dia seorang wanita penghibur, kenapa sikapnya seperti seorang gadis yang tak pernah disentuh? Namun, keraguan bara tidak bertahan lama. Ketika lenguhan terdengar dari bibir mungil gadis tersebut, diikuti dengan bulir air mata yang menuruni wajah manis itu, hasrat yang lama tak pernah terlampiaskan langsung membuncah. Bara mencium bulir air mata tersebut dan berbisik, "Bertahanlah sedikit." Malam itu pun berlalu dengan panas dan penuh gairah. Bahkan Bara tak bisa menghentikan dirinya, sampai akhirnya dia mencapai puncak dan membuat gadis itu terkulai lemas tak berdaya. Memperhatikan wajah cantik tak berdaya itu, Bara bertanya-tanya, kenapa dirinya bisa melakukan hubungan dengan normal hanya dengan gadis ini? Bara pun mengulurkan tangannya dan perlahan menyentuh wajah gadis tersebut. Dengan mata yang seiring waktu terpejam, dia berucap, "Kamu milikku ..." ** Elviara mengerjapkan matanya, ketika merasakan denyutan di kepala. "Shhhh, dimana ini?" Elviara menoleh ke samping dan betapa terkejutnya gadis itu mendapati seorang laki-laki yang sama sekali tak ia kenal tidur di sampingnya. Dengan keadaan yang tidak sepenuhnya ingat pada kejadian semalam, Elviara memaksakan diri untuk kembali mengingat apa yang terjadi padanya. Hingga beberapa potong ingatan malam panasnya bersama laki-laki di sampingnya ini melintas di pikirannya. "Astaga," lirih Elviara seraya menutup mulutnya. Matanya memancarkan kengerian. 'Apa yang sudah kulakukan!?' **Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen