"Setelah mengganti pakaiannya Citra pun menuju ruang makan, di sana sudah ada Danu, Sekar dan juga Bi Murni.
Keluarga ini memang memperlakukan asisten rumah tangganya seperti keluarga sendiri, bi Murni bebas duduk makan bersama mereka hal ini juga yang membuat bi Murni begitu nyaman bekerja pada keluarga Citra."Maaf ya nunggu lama." kata Citra kemudian duduk di samping bi Murni.
"Gak apa-apa kok Non, bibi ambilkan nasi nya yah?"
"Eeh.. jangan bi, biar Citra ambil sendiri aja masa sudah besar masih di layani."
Danu dan Sekar pun hanya tersenyum, mereka ber empat mulai menyantap makan malamnya.
"Bi Murni, habis ini bibi langsung istirahat aja ya." ucap Sekar sambil meletakan sendok dan garpu di atas piringnya.
"Lho kenapa bu? Bibi belum beres-beres cucian piring."
"Urusan ini biar Citra aja, bibi kan udah seharian ini kerja beres-beres rumah dan masak sekarang bibi lebih baik istirahat." jawab Citra.
"Benar apa kata Citra bi."
"Tapi pak."
"Sudah bibi istirahat, ini perintah lho bi." jawab Sekar sambil mengajak bi Murni ke kamarnya.
Citra pun segera membawa piring-piring kotor itu ke dapur dan mulai mencucinya, satu persatu ia mulai membersihkan piring itu.
Setelah selesai ia pun kembali menuju kamar tidurnya.*Kamar Citra*
Kamar bernuansa abu-abu itu tak begitu besar namun semua barang yang ada tertata rapi, membuat siapa saja yang masuk akan merasa nyaman berada di sana.
Citra mengambil ponselnya, gadis itu membuka beberapa notif pesan dari teman-teman kuliahnya
"Cit, minggu depan main yuk!"
"Citra, gue Regar lo apa kabar?"
"Hey ibu bos, kerja di mana sekarang?"
Citra pun mulai sibuk membalas satu persatu pesan yang di terima nya itu, hingga tak berapa lama ponselnya pun berdering.
📞Regan is coming...
"Hallo.."
"Hallo, Citra gue ganggu lo ya?"
"Nggak kok, ada apa Re?"
"Gak ada apa-apa sih, cuma pengen nelfon lo doang hehe."
"Dasar lo kurang kerjaan, gue pikir ada apa."
"Abis gue bingung."
"Bingung kenapa?"
"Lo aja bingung apa lagi gue."
"Ish.. lo mah ya bener-bener."
"Haha.. lo lagi apa? Gue ganggu gak?"
"Lagi tiduran aja, enggak santai aja lah. Lo sendiri lagi apa?"
"Sama juga sih."
"Oh iya gue baru inget, lo paham gak sih sama yang di bilang bu Indira tadi? Kok gue belum paham ya."
"Yang habis meeting itu kan? Jadi maksudnya tuh gini..."
Regan dan Citra pun mulai membahas masalah pekerjaan via telefon, Regan juga menjelaskan dengan detail perihal pertanyaan Citra yang belum mengerti.
"Jadi dia minta salinannya aja, setelah itu kirim via E- mail gitu Cit."
"Oh iya-iya gue paham sekarang, kok kalo lo yang jelasin gue lebih paham ya? Bu Indira kayaknya terlalu berbelit-belit deh."
"Haha ada-ada aja lo, udah tidur sana udah malem."
"Hoaam.. iya nih bener, gue juga udah ngantuk lo juga tidur! Thanks ya penjelasannya."
"Oke, sama-sama Cit."
Tutt.. tutt.. telfon pun di putus Citra meletakan ponselnya di atas meja, setelah itu ia menarik selimutnya dan memejamkan matanya untuk tidur.
***
Hari ini Citra ingin berangkat lebih awal, ia juga melewatkan sarapan pagi nya bersama Sekar dan Danu.
"Yah, Bu. Citra pamit dulu."
"Lho? Gak sarapan dulu?" tanya Danu yang di benarkan oleh Sekar.
"Iya, sarapan dulu sayang jam masuk kantor juga masih lama kan?"
"Citra sarapan di kantor aja deh, maaf ya Bu, Yah kalian hati-hati ya berangkatnya!"
Setelah berpamitan Citra segera berjalan menuju halaman depan rumahnya, gadis itu telah memesan sebuah taxi online untuk mengantarkannya.
Tak butuh waktu lama taxi itu pun datang, Citra segera naik dan mobil itu pun pergi membawa Citra menuju kantornya.
Pagi ini Citra memang sengaja ingin berangkat lebih awal, ia hanya ingin mengerjakan tugas-tugasnya lebih cepat karna sore nanti ia akan bertemu dengan Siska teman kuliahnya dulu.
*30 menit kemudian*
Citra turun dari mobilnya dan segera berjalan masuk menuju Lobby, dalam perjalanannya itu ia selalu memperlihatkan senyuman dan menyapa setiap orang yang ia temui.
"Pagi pak!"
"Eh pagi mba Citra, tumben udah dateng."
"Iya nih mau kerjain kerjaan lebih awal, soalnya nanti mau ada janji sama temen."
"Oh gitu, semangat mba."
"Semangat juga buat pak Agus!"
Setelah beramah tamah, Citra pun berjalan menuju Lift gadis itu menekan tombol lantai 7 di mana ruangannya berada di sana.
Tak butuh waktu lama Lift pun kini sudah berhenti di lantai 7. Suasana masih terlihat sepi hanya ada OB yang sedang membersihkan meja kerja para karyawan.
"Pagi mas Daus." sapa Citra ketika duduk di meja kerja nya, wanita itu pun mulai menyalakan komputernya.
"Pagi juga mba Citra, tumben pagi banget datengnya." jawab OB yang bernama Daus.
"Iya mas, biar bisa pulang agak cepat hehe."
"Oh gitu, ya sudah saya bikinkan teh ya mba?"
"Gak usah mas, nanti saya buat sendiri makasih sebelumnya."
"Baik deh mba, semangat ya kerja nya."
"Siap mas!"
Citra pun kini mulai sibuk menatap layar komputernya itu, beberapa E- Mail masuk pun satu persatu di cek nya.
Sedang asiknya mengirim laporan-laporan, Citra pun dikagetkan dengan kedatangan Regina dan Nala."Hayo lagi ngapain!" ucap Regina sambil menepuk pundak Citra, membuat gadis itu pun terkejut.
"Astaga! Mba Regina, ngagetin aja deh."
"Citra lo dateng jam berapa?" tanya Nala.
"Hehe.. 30 menit yang lalu Mba." jawab Citra.
"Hah? Gue aja masih dandan malah masih tidur kali." sahut Nala sambil tertawa.
"Kamu kenapa datengnya lebih awal? Apa kita ada file yang urgent ya?" tanya Regina bingung.
"Enggak kok Mba, ini inisiatif Citra aja soalnya Citra mau pas pulang nanti gak di buru-buru sama kerjaan gitu. Maksudnya mau di selesain hari ini."
"Emangnya kamu mau ada acara?" tanya Nala.
"Rencananya pulang kerja Citra mau ketemu temen SMA."
"Oh pantes, ya udah kamu lanjut aja saya mau cari sarapan dulu kamu udah sarapan? Atau mau titip apa gitu sama saya?"
"Gak usah mba nanti saya bisa sendiri, saya gak mau merepotkan mba Regian. Gak apa-apa mba duluan aja."
"Ya udah saya sama Nala ke bawah dulu."
Citra pun hanya mengangguk ia kembali fokus pada berkas-berkas yang ada di hadapannya ini, sesekali ia mengusap perutnya yang mulai terasa lapar.
"Aduh laper juga."
Tanpa di sadari Regan berdiri di belakangnya, pria itu sedari tadi mendengarkan pembicaraan Citra dan juga Regina.
Pria itu juga berinisiatif membelikan semangkuk bubur dan membuatkan teh hangat untuk Citra."Makan dulu Cit." titahnya kemudian meletakan mangkuk dan teh itu di meja kerja Citra.
"Aduh kok repot-repot sih Re, makasih banyak tapi.."
"Udah makan, gue juga mau makan kok."
Regan menunjukkan mangkuknya yang berisi bubur ayam itu, kemudian mulai melahapnya."Makasih lo baik banget sama gue."
"Santai aja Cit, ayo makan nanti keburu dingin."
Citra mengangguk, ia pun mulai menyantap bubur ayam itu.
Citra merasa sangat beruntung ia bisa mendapatkan teman-teman yang begitu baik padanya.Beberapa bulan kemudian aktifitas Citra pun tampaknya semakin padat, terkadang ia harus pulang larut malam karna harus mengikuti pameran di beberapa lokasi. Seperti hari ini, gadis itu di jemput oleh Danu di depan kantornya ia sengaja menjemput Citra karna khawatir dengannya. "Ayah udah lama?" tanya Citra ketika sudah berada di dalam mobil. "Belum kok, tadi kamu sama siapa? Akrab banget kayaknya." "Yang mana yah?" "Yang laki-laki itu." "Oh itu Regan, temen kerja Citra dia orangnya baik sama seperti yang lain." "Kamu betah kerja di sini?" "Betah kok yah, mereka semua baik sama Citra. Citra juga seneng kerja sama mereka." "Syukurlah kalau begitu, kalau ada apa-apa cerita sama ayah ya?" "Siap bos!" Mobil yang dikemudikan Danu pun perlaha
Regan duduk di samping tempat tidur Citra, ia dengan setia menunggu Citra yang masih belum sadarkan diri. "Regan, Mba titip Citra bisa?" tanya Regina. "Iya, Mba. Kalian balik lagi aja Citra biar saya yang jaga." jawabnya dengan terus memandangi gadis itu. Regan dan David saling berpandangan, mereka mempunyai pertanyaan yang sama. Sepertinya Regan mencintai Citra, ini bisa terlihat dari sorot matanya yang begitu mengkhawatirkan keadaan Citra. "Ya udah, titip Citra ya nanti kita balik lagi ke sini." ucap David kemudian keluar bersama dengan Regina. Regan terus memandangi gadis itu, walau kata Dokter Citra baik-baik saja tapi ia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Citra. Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka, membuat Regan sedikit lega. "A-aku di mana?" "Citra? Lo udah sadar!" Citra
Setelah makan malam Citra pun pamit untuk beristirahat, hari ini ia merasa tubuhnya sangat lelah. "Yah, bu. Citra ke kamar dulu ya." "Iya nak, kamu hari ini kelihatannya capek banget ya?" "Emm.. iya bu lumayan deh pekerjaan hari ini." jawabnya berbohong, ia tak ingin Sekar dan Danu mengetahui kejadian di mana Citra sempat pingsan. "Ya sudah kamu istirahat,ayah sama ibu juga sebentar lagi mau tidur." "Iya yah." Citra berjalan menuju kamar tidurnya, ia sampai lupa belum mengecek ponselnya sedari tadi. "Hape ku di mana ya? Aduh lupa deh."Citra mencari ponselnya di atas meja namun tak ditemukan, akhirnya ia membuka tasnya dan menemukan ponselnya di sana. "Huh ternyata masih di tas." "Ehh.. kok banyak banget chat, telfon juga lagi." Citra langsung mengecek beberapa pesan yang ia
Hari ini Regan mengajak Citra untuk berjalan-jalan di sebuah mall yang cukup terkenal di kota ini, mereka pun kini sedang berkeliling."Lo ngajak gue ke sini?" tanya Citra bingung."Iya, emang kenapa?" jawab Regan."Ngapain emangnya kita ke sini?""Main aja, cuci mata pusing tau ketemunya komputer lagi komputer lagi, kalo gak mas Daus lagi mas Daus lagi.""Hahaha.. bisa aja deh lo." jawab Citra sambil tertawa kecil.Mereka pun berjalan-jalan mengitari mall itu, hingga Regan melihat ada sebuah arena bermain. Ia pun mengajak Citra untuk masuk ke dalamnya."Eh Cit, ada TimeZone ke sana yuk!""Ih kayak anak kecil aja lo.""Udah ayo!"Regan pun menarik tangan Citra, Regan pun kemudian membeli beberapa koin untuk dirinya dan juga Citra."Lo mau main yang mana?" tanya Re
Regan Harits Mahardika pria berusia 24 tahun itu terlahir dari keluarga yang cukup berada, ayah dan ibunya adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal.Ayahnya telah melarang Regan untuk bekerja, ia mengajak Regan untuk mengurusi beberapa bisnisnya namun pria itu menolak. Ia ingin bekerja dan mendapatkan uang dengan caranya sendiri, ia juga tak ingin bergantung dengan orang tuanya.Hal ini lah yang akhirnya membuat Regan bekerja di perusahaan Pioneer Grup.Regan sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, ia memiliki adik perempuan bernama Tiara yang masih duduk di bangku sekolah menengah akhir.Kisah cintanya sejak dulu tak pernah berjalan mulus, terakhir kali ia berpacaran dengan wanita bernama Siska. Namun wanita itu malah menyakiti hati Regan, sejak saat itu Regan merasa lelah berpacaran hingga akhirnya ia bertemu dengan Citra.Gadis itu akhirnya mampu membuat Regan terpikat, parasnya ya
Sore yang cerah ini, Citra pakai untuk berjalan-jalan sejenak. Sambil menikmati segelas teh tarik yang baru saja ia beli di pinggir jalan, beberapa waktu bekerja di sini belum pernah Citra berjalan-jalan ia hanya ingin melihat ada apa saja di sini."Ternyata banyak tukang makanan di sini." gumam Citra sambil terus berjalan, hingga ia bisa melihat ada sebuah toko buku yang terletak di sebrang jalan."Wah ada toko buku! Mampir dulu deh, ayah juga masih lama jemputnya." batin Citra bermonolog, Citra pun menghabiskan minumannya dan segera membuangnya ke tempat sampah. Dengan hati yang gembira Citra berjalan menyusuri trotoar yang cuku ramai, sesampainya ia di depan zebra cross Citra memandang ke arah kiri dan kanan berusaha memastikan tak ada kendaraan yang melintas.Langkah kakinya pun mulai menapaki jalanan beraspal itu, hingga Citra sudah berada di tengah jalan suara klakson mobil pun terdengarTiiinnn..!! Tiiinn...!!C
Seorang dokter muda baru saja keluar dari ruangannya, dokter itu bernama Kevin Antarez.Pria berusia 25 tahun itu memiliki wajah yang tampan, tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat semua kaum hawa yang melihat akan jatuh hati padanya."Dokter Kevin!" panggil seorang suster bernama Sinta."Ada apa sus?" tanya Kevin ketika suster yang bernama Sinta itu menghampirinya."Saya hanya mau memberi tahu, bahwa sudah tidak ada pasien yang akan kemotherapy hari ini.""Oh ya baiklah sus, kalau begitu saya mau siap-siap untuk pulang.""Baik, saya permisi dulu Dok.""Silahkan sus!"Setelah suster itu pergi Kevin pun kembali masuk ke dalam ruangannya, pria itu melepas jas putihnya dan menggantungkannya di balik pintu.Sesaat ia memandang foto keluarga yang terpajang di atas meja kerjanya, keluarga itu hanya berisi Kevin, Ayah dan Ibunya."Seandainya mama masih di sini, Kevin akan senang banget." gumamnya bermonolog, ia pun meraih ta
Regan berjalan-jalan sambil menikmati waktu luangnya, sebelum berangkat bekerja ia memang sengaja menyempatkan diri hanya untuk menikmati pemandangan pagi ini.Kesibukkannya di kantor membuat Regan jarang memiliki waktu untuk bersantai, pria itu berdiri di taman komplek perumahannya berkali-kali ia menghirup udara segar pagi ini."Kalau rumah gue deket sama Citra, mungkin setiap hari udah gue ajak dia ke sini." batin Regan bermonolog, ia duduk di kursi taman sambil memperhatikan setiap insan yang berada di taman ini.Tak lama, Ponselnya pun berdering menandakan ada sebuah telfon masuk.📞Tiara is calling..."Halo.""Halo kak, di mana sih? Ayo berangkat nanti aku telat!""Lagi di taman.""Astaga! Buruan pulang!""Iya bawel."Tutt.. tuut.. tutt.. sambungan telfon pun terputus, Regan pun bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan taman itu. Kalau bukan