Gadis berusia 23 tahun itu bernama Citra, ia bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang property. Citra terlahir dari keluarga yang bisa di bilang cukup berada, Ayahnya adalah seorang Manager dan ibunya adalah seorang Dosen di Universitas Negri di kota ini.
Namun hal itu tak membuat Citra tumbuh menjadi anak pemalas, sejak lulus satu tahun yang lalu Citra bertekad ingin bekerja untuk membantu ayah dan ibunya.
Akhirnya tak membutuhkan waktu yang lama, berkat kerja kerasnya kini Citra sudah satu bulan lamanya bekerja di perusahaan ini.
Sebelum berangkat bekerja Citra biasa menikmati sarapan pagi bersama keluarganya, seperti pagi ini mereka sedang menikmati Sup Ayam dan beberapa menu makanan lainnya.
"Nanti siang berarti Ibu hanya sendirian dong makan nya?" ucap Sekar.
"Ibu gak sendiri, kan ada Bi Murni." jawab Danu membuat Citra pun setuju pada perkataan ayahnya itu.
"Benar kata Ayah, Ibu gak sendirian kok."
"Maksud Ibu, gak makan siang bareng kalian gitu lho."
"Kan masih bisa saat makan malam, bukan begitu Nak?" tanya Danu melirik ke arah Citra.
"Benar ayah!"
Sekar sebetulnya tak mengizinkan Citra untuk bekerja, ia meminta Citra untuk membuka sebuah usaha saja namun Citra menolaknya.
Citra ingin merasakan bagaimana suka dukanya di dunia kerja, kalau sudah seperti itu apa boleh buat karna Citra adalah anak satu-satunya otomatis Sekar akan menuruti apa kemauan Citra selama hal itu berdampak positif.
"Bu. Yah, Citra berangkat duluan ya takut terlambat." pamitnya pada Danu dan Sekar, Danu pun menawarkan agar mengantarkannya terlebih dahulu namun Citra menolaknya.
"Ayah antar ya? Lagi pula kantor kamu searah dengan kantor ayah."
"Gak usah yah, Citra sudah pesan taxi online ini sudah menunggu di depan. Citra berangkat dulu, Ayah dan Ibu hati-hati di jalan."
"Iya, kamu juga Nak."
"Kabari Ibu kalau sudah sampai ya?"
"Iya bu.."
*Pioneer Grup*
Citra sudah berada di ruangannya 10 menit yang lalu, beruntunglah jalanan pagi ini tak terlalu macet jadi Citra masih punya waktu untuk beristirahat.
Sedang asiknya membaca beberapa file,seseorang pun meletakan sebuah teh hangat di atas meja kerja nya.
Citra langsung melirik ke arah orang itu dan ya orang itu adalah Regan.
"Regan?"
"Hai, nih minum dulu."
"Makasih, jadi ngerepotin."
"Santai aja lah Cit."
Citra pun menyeruput teh itu, rasa dan manisnya sangat pas sesuai dengan selera Citra.
"Lo tau aja selera gue deh, manisnya pas padahal gue gak pernah cerita sama lo."
"Masa sih? Ya bagus dong kalau teh buatan gue sesuai dengan selera lo itu."
"Iya ya kalo gue pengen tinggal minta buatin sama lo, iya gak?"
"Dengan senang hati tuan putri!"
Citra hanya tersenyum, Regan memang dikenal sebagai pria yang baik, humoris, sering membantu teman-temannya baik dalam masalah pekerjaan atau pun yang lainnya.
Dari sekian banyak karyawan hanya Regan lah teman pria yang sangat dekat dengannya, sampai-sampai seluruh staff mengira Citra dan Regan sudah berpacaran.
"Hei malah pada pacaran! Kerja ayo kerja!" ledek Bayu yang bru saja tiba.
"Apaan sih ka Bayu, orang kita cuma temen kok." jawab Citra.
"Iya, masa ngobrol sama temen kerja aja di kira pacaran." sahut Regan.
"Haha.. becanda ya elah, oh iya udah dapat E- Mail dari bu Indira belum?"
"E- Mail apaan kak?"
"Undangan meeting siang ini, satu ruangan harus kirim 2 orang perwakilan."
"Oh gitu."
"Kalau kamu dan Regan kira-kira keberatan nggak?"
"Maaf sebelumnya, saya kan karyawan baru kak kayaknya kurang pantas deh." balas Citra secara hati-hati.
"Udah terima aja Citra, sekalian kamu kan baru di sini jadi kamu bisa lihat apa aja sih yang di bahas saat Meeting dengan Client di luar." ucap Regina yang baru saja tiba, ucapannya pun mendapatkan persetujuan dari Bayu.
"Bener kata Regina, jangan karna kamu anak baru kamu jadi minder gini harusnya kamu semangat dong!"
"Iya, bener kata yang lain Cit gak perlu minder."
Regan pun berusaha meyakinkan Citra, hingga akhirnya Citra pun menyetujui hal itu."Iya deh iya, aku setuju."
"Nah gitu dong!"
"Udah sekarang kita kembali ke meja masing-masing, masih banyak kerjaan yang menunggu."
"Siap!"
Mereka pun fokus pada pekerjaannya masing-masing, begitu juga dengan Citra gadis itu selalu ingin memberikan yang terbaik.
****
Setelah melakukan meeting, jam 14.30 WIB Citra dan Regan kembali ke kantor mereka pun mendapatkan banyak hal baru.
Sebelum masuk ke ruangan Regan sengaja mengajak Citra untuk makan sebentar.
"Cit, temenin makan mau gak?"
"Hmm.. ayo, gue juga laper."
"Ya udah kita ke kantin dulu ya."
"Oke."
Mereka berdua pun berjalan menuju kantin yang terletak di lantai satu gedung perusahaan ini, sesampainya di sana Regan segera memesan makan untuk nya dan juga Citra.
"Mba, pesan Nasi dan Soto nya 2 porsi minumnya Teh hangat."
"Baik mas, silahkan di tunggu."
Selepas pelayan itu pergi Regan dan Citra pun mulai asik mengobrol, mereka membicarakan begitu banyak hal mulai dari Hoby mereka, film favorit, makanan kesukaan dan masih banyak lagi.
"Kalau lo suka olahraga apa?" tanya Regan pada Citra.
"Gue lebih suka Badminton dan Basket, kalau lo?"
"Gue Futsal dan panjat tebing."
"Hah panjat tebing? Itu kan bahaya tau!"
"Tapi kan sesuai pengaman keselamatan Cit, lagi pula gue paling seneng kegiatan yang menantang." jawab Regan.
"Tetap aja ngeri kalau gue, ih ya ampun gak bisa bayangin kalau gue yang manjat gue takut ketinggian."
"Wah kayaknya lo harus coba!"
"Gak mau! Gue lebih baik di suruh lari keliling kantor deh."
Jawaban Citra membuat Regan sedikit tertawa, gadis itu memang benar-benar lucu ia memiliki sifat yang begitu berbeda dari gadis mana pun dan hal.iti lah yang membuat Regan merasa nyaman jika berbicara dengannya.
"Permisi, ini pesanannya." Pelayan itu pun meletakan pesanan Regan dan Citra, mereka pun mulai menyantap malan siangnya itu.
"Makasih."
"Ayo makan dulu Cit, nanti keburu dingin."
"Iya, lo juga."
Citra dan Regan tampaknya menikmati hidangan yang mereka pesan, sesekali terselip canda tawa di sela-sela aktifitas makan siang mereka.
Semua orang yang melihat kedekatan Regan dan Citra, pasti akan menilai mereka adalah sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara.
Namun nyatanya mereka hanya sebatas teman kerja, sifat Citra yang ramah kepada setiap orang membuat ia begitu di kagumi.
"Udah selesai makan nya?" tanya Regan pada Citra, gadis itu pun meletakan gelas yang sudah tak berisi air.
"Udah, lega deh rasanya."
"Kita masuk yuk, sekalian istirahat di dalam aja."
"Oke, yuk!"
"Setelah mengganti pakaiannya Citra pun menuju ruang makan, di sana sudah ada Danu, Sekar dan juga Bi Murni.Keluarga ini memang memperlakukan asisten rumah tangganya seperti keluarga sendiri, bi Murni bebas duduk makan bersama mereka hal ini juga yang membuat bi Murni begitu nyaman bekerja pada keluarga Citra."Maaf ya nunggu lama." kata Citra kemudian duduk di samping bi Murni."Gak apa-apa kok Non, bibi ambilkan nasi nya yah?""Eeh.. jangan bi, biar Citra ambil sendiri aja masa sudah besar masih di layani."Danu dan Sekar pun hanya tersenyum, mereka ber empat mulai menyantap makan malamnya."Bi Murni, habis ini bibi langsung istirahat aja ya." ucap Sekar sambil meletakan sendok dan garpu di atas piringnya."Lho kenapa bu? Bibi belum beres-beres cucian piring.""Urusan ini biar Citra aja, bibi kan udah seharian ini kerja beres-bere
Beberapa bulan kemudian aktifitas Citra pun tampaknya semakin padat, terkadang ia harus pulang larut malam karna harus mengikuti pameran di beberapa lokasi. Seperti hari ini, gadis itu di jemput oleh Danu di depan kantornya ia sengaja menjemput Citra karna khawatir dengannya. "Ayah udah lama?" tanya Citra ketika sudah berada di dalam mobil. "Belum kok, tadi kamu sama siapa? Akrab banget kayaknya." "Yang mana yah?" "Yang laki-laki itu." "Oh itu Regan, temen kerja Citra dia orangnya baik sama seperti yang lain." "Kamu betah kerja di sini?" "Betah kok yah, mereka semua baik sama Citra. Citra juga seneng kerja sama mereka." "Syukurlah kalau begitu, kalau ada apa-apa cerita sama ayah ya?" "Siap bos!" Mobil yang dikemudikan Danu pun perlaha
Regan duduk di samping tempat tidur Citra, ia dengan setia menunggu Citra yang masih belum sadarkan diri. "Regan, Mba titip Citra bisa?" tanya Regina. "Iya, Mba. Kalian balik lagi aja Citra biar saya yang jaga." jawabnya dengan terus memandangi gadis itu. Regan dan David saling berpandangan, mereka mempunyai pertanyaan yang sama. Sepertinya Regan mencintai Citra, ini bisa terlihat dari sorot matanya yang begitu mengkhawatirkan keadaan Citra. "Ya udah, titip Citra ya nanti kita balik lagi ke sini." ucap David kemudian keluar bersama dengan Regina. Regan terus memandangi gadis itu, walau kata Dokter Citra baik-baik saja tapi ia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Citra. Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka, membuat Regan sedikit lega. "A-aku di mana?" "Citra? Lo udah sadar!" Citra
Setelah makan malam Citra pun pamit untuk beristirahat, hari ini ia merasa tubuhnya sangat lelah. "Yah, bu. Citra ke kamar dulu ya." "Iya nak, kamu hari ini kelihatannya capek banget ya?" "Emm.. iya bu lumayan deh pekerjaan hari ini." jawabnya berbohong, ia tak ingin Sekar dan Danu mengetahui kejadian di mana Citra sempat pingsan. "Ya sudah kamu istirahat,ayah sama ibu juga sebentar lagi mau tidur." "Iya yah." Citra berjalan menuju kamar tidurnya, ia sampai lupa belum mengecek ponselnya sedari tadi. "Hape ku di mana ya? Aduh lupa deh."Citra mencari ponselnya di atas meja namun tak ditemukan, akhirnya ia membuka tasnya dan menemukan ponselnya di sana. "Huh ternyata masih di tas." "Ehh.. kok banyak banget chat, telfon juga lagi." Citra langsung mengecek beberapa pesan yang ia
Hari ini Regan mengajak Citra untuk berjalan-jalan di sebuah mall yang cukup terkenal di kota ini, mereka pun kini sedang berkeliling."Lo ngajak gue ke sini?" tanya Citra bingung."Iya, emang kenapa?" jawab Regan."Ngapain emangnya kita ke sini?""Main aja, cuci mata pusing tau ketemunya komputer lagi komputer lagi, kalo gak mas Daus lagi mas Daus lagi.""Hahaha.. bisa aja deh lo." jawab Citra sambil tertawa kecil.Mereka pun berjalan-jalan mengitari mall itu, hingga Regan melihat ada sebuah arena bermain. Ia pun mengajak Citra untuk masuk ke dalamnya."Eh Cit, ada TimeZone ke sana yuk!""Ih kayak anak kecil aja lo.""Udah ayo!"Regan pun menarik tangan Citra, Regan pun kemudian membeli beberapa koin untuk dirinya dan juga Citra."Lo mau main yang mana?" tanya Re
Regan Harits Mahardika pria berusia 24 tahun itu terlahir dari keluarga yang cukup berada, ayah dan ibunya adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal.Ayahnya telah melarang Regan untuk bekerja, ia mengajak Regan untuk mengurusi beberapa bisnisnya namun pria itu menolak. Ia ingin bekerja dan mendapatkan uang dengan caranya sendiri, ia juga tak ingin bergantung dengan orang tuanya.Hal ini lah yang akhirnya membuat Regan bekerja di perusahaan Pioneer Grup.Regan sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, ia memiliki adik perempuan bernama Tiara yang masih duduk di bangku sekolah menengah akhir.Kisah cintanya sejak dulu tak pernah berjalan mulus, terakhir kali ia berpacaran dengan wanita bernama Siska. Namun wanita itu malah menyakiti hati Regan, sejak saat itu Regan merasa lelah berpacaran hingga akhirnya ia bertemu dengan Citra.Gadis itu akhirnya mampu membuat Regan terpikat, parasnya ya
Sore yang cerah ini, Citra pakai untuk berjalan-jalan sejenak. Sambil menikmati segelas teh tarik yang baru saja ia beli di pinggir jalan, beberapa waktu bekerja di sini belum pernah Citra berjalan-jalan ia hanya ingin melihat ada apa saja di sini."Ternyata banyak tukang makanan di sini." gumam Citra sambil terus berjalan, hingga ia bisa melihat ada sebuah toko buku yang terletak di sebrang jalan."Wah ada toko buku! Mampir dulu deh, ayah juga masih lama jemputnya." batin Citra bermonolog, Citra pun menghabiskan minumannya dan segera membuangnya ke tempat sampah. Dengan hati yang gembira Citra berjalan menyusuri trotoar yang cuku ramai, sesampainya ia di depan zebra cross Citra memandang ke arah kiri dan kanan berusaha memastikan tak ada kendaraan yang melintas.Langkah kakinya pun mulai menapaki jalanan beraspal itu, hingga Citra sudah berada di tengah jalan suara klakson mobil pun terdengarTiiinnn..!! Tiiinn...!!C
Seorang dokter muda baru saja keluar dari ruangannya, dokter itu bernama Kevin Antarez.Pria berusia 25 tahun itu memiliki wajah yang tampan, tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat semua kaum hawa yang melihat akan jatuh hati padanya."Dokter Kevin!" panggil seorang suster bernama Sinta."Ada apa sus?" tanya Kevin ketika suster yang bernama Sinta itu menghampirinya."Saya hanya mau memberi tahu, bahwa sudah tidak ada pasien yang akan kemotherapy hari ini.""Oh ya baiklah sus, kalau begitu saya mau siap-siap untuk pulang.""Baik, saya permisi dulu Dok.""Silahkan sus!"Setelah suster itu pergi Kevin pun kembali masuk ke dalam ruangannya, pria itu melepas jas putihnya dan menggantungkannya di balik pintu.Sesaat ia memandang foto keluarga yang terpajang di atas meja kerjanya, keluarga itu hanya berisi Kevin, Ayah dan Ibunya."Seandainya mama masih di sini, Kevin akan senang banget." gumamnya bermonolog, ia pun meraih ta