Share

6. Ancaman Jessika.

Sinta yang memasuki kamar putri tunggalnya. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tentang semalam yang dia di antar oleh seorang lelaki. Saat Sinta melihat Cia yang sudah rapi dengan seragam sekolah, Sinta mendekati.

"Sayang, ada yang ingin ibu tanyakan padamu?"

Cia menoleh pada ibunya yang tengah duduk di pinggir tempat tidur. 

"Apa ibu akan menanyakan tentang semalam?" Ucap Cia. 

"Iya sayang, katakan kenapa kamu di antar oleh pria itu?" Cia tersenyum memandang wajah ibunya. 

"Bu, dia kak Aaron. Ketua osis di sekolah Cia. Dan untuk alasan kenapa Cia pulang terlambat itu karena Cia ada tugas di luar urusan sekolah Bu, maaf tidak bisa memberikan kabar pada ibu,"

Pengakuan Cia membuat Sinta mengerutkan keningnya. 

"Katakan Cia?" Sinta yang penasaran, akhirnya mendesak Cia untuk menceritakannya. 

"Bu, hari ini sekolah Cia sedang merayakan hari jadi Maria School. Sehingga para siswa akan melakukan pelajaran di luar ruangan, dan untuk acaranya nanti malam,"

Cia menyentuh tangan Sinta lembut. 

"Ibu, mengizinkan mu mengikuti acara belajar di luar ruangan. Tapi ibu ingin kamu menceritakan kejadian kemarin, kenapa kamu bisa pulang malam dengan baju orang lain?" Sinta mencecar pertanyaan pada Cia. 

"Bu, kemarin tugas Cia membersihkan gudang sampai sore dan kenapa baju Cia ganti. Itu karena baju Cia basah Bu,"

'maafkan Cia Bu, yang berani berbohong dengan ibu. Aku tidak ingin ibu khawatir denganku.' lanjutnya dalam hati. 

"Ya, sudah. Ibu percaya denganmu sayang. sekarang kamu sarapan dan siapkan kebutuhanmu saat berada disana," ucap Sinta pada Cia. 

"Ya, Bu."

Cia menganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan persiapan yang akan dia bawa. 

"Ibu tunggu di meja makan sayang,"

Sinta meninggalkan kamar putrinya, dengan hati yang sedih. Sinta yang memahami apa yang terjadi selama Cia bersekolah di Maria School itu. Namun ia hanya menunggu Cia menyerah. 'Sayang maafkan ibu, nak. Ini semua karena ibu yang tidak mampu membuatmu bahagia.' ucapnya dalam hati. 

Mendengar langkah kaki, Sinta menghapus air matanya. dirinya tidak ingin terlihat lemah di hadapan putri cantiknya. 

"Waw! Ibu, hari ini ada perayaan?" tanya Cia saat berada di samping ibunya.  

"Tidakada sayang," Ucap Sinta. 

"Tapi, ini?" Ucapannya terhenti ketika Sinta mendorongnya untuk duduk. 

"Sekarang, sarapan. Dan cepat berangkat, ibu tidak ingin kamu terlambat ke sekolah!" Kata Sinta dan menyuapkan makanan kesukaan Cia ke mulutnya yang tidak ada hentinya berbicara. 

Setelah sarapan Cia menarik tasnya dan berpamitan dengan Sinta. Saat suara klakson mobil terdengar. 

"Cia!" Teriak dua sahabatnya. 

"Ibu. Cia berangkat." Cia mencium kedua pipi Sinta dan melenggang pergi ke arah mobil mewah milik Cika, ternyata di dalam sudah ada Anna 

"Cia. Katakan apa yang terjadi denganmu, kemarin?" Tanya Anna saat Cia telah duduk di kursi belakang. 

Wajah Cia seketika berubah, mengingat kejadian kemarin. Bahkan tubuhnya masih terasa sakit dan bagian kepala belakang terasa linu.

Setelah menghela nafasnya dalam-dalam Cia mulai menceritakan pada dua sahabatnya. 

"Jadi mereka adalah Jessika dan dua pelayannya!" Teriak Anna. 

"Ya, mereka telah mengancamku," Ucap Cia pelan dengan wajah sendu. 

"Cia. Kenapa aku merasa kalau Jessika hanya mengada-ada kalau kak Aaron kekasihnya," ujar Anna dengan wajah yang merah. 

"Ya, aku juga. Kalau dia kekasih Jessika tidak mungkin dia menolongmu? Bahkan dia kemarin yang menyuruh kita pulang dan mengatakan pada ibumu kalau kau ada tugas sekolah, dia sendiri yang meminta kita untuk pulang dan jangan khawatir tentang dirimu," sahut Cika.

 

"Entahlah, aku tidak yakin dengan itu, Cika." Ucap Cia, mengingat bagaimana perlakuan Aaron padanya kemarin. Bahkan saat mengantarnya sampai ke rumah. 

Perjalanan menuju sekolah tidak terasa, tanpa mereka sadari telah sampai membuat Cia dan Anna menatapnya tidak percaya. 

"Kenapa cepat sekali sampai!" Ucap Anna dengan wajah memelas. 

"Jangan, katakan jika kau ingin tidur lagi seperti kemarin, Anna!" Kata Cika dengan wajh seolah kesal. 

"Ayo, jangan sampai kita terlambat masuk kelas!" Seru Cia dengan mengambil tasnya yang besar. 

Mereka melewati berapa kelas dan saat melintas di dekat tangga, tanpa sengaja berpapasan dengan Aaron Cs. Cia dan dua temannya berhenti menunggu mereka lewat, jika tidak ingin menjadi bulan-bulanan Aaron Cs Bahkan satu sekolah akan melakukan hal yang sama.

"Kalian, lewatlah terlebih dulu," ucap Aaron lembut.

Mendengar apa yang di katakan Aaron, Cia dan dua temannya berlalu dari hadapan Aaron Cs namun pandangan Aaron tidak lepas dari Cia yang melewati dirinya. 

"Aaron ada denganmu? Kenapa kau sekarang berubah menjadi lembut padanya?"  tanya Rion pada Aaron. 

"Aku lebih suka kita berbuat baik pada mereka, terutama Cia. Dia gadis yang cantik bahkan diantara ratusan bahkan ribuan wanita di dunia ini, hanya Cia yang tidak terpesona dengan ketampanan seorang Aaron. Bahkan aku lihat dia lebih menghindar jika bertemu dengan kita terutama kau Aaron," kata James dengan penuh keyakinan. Apa yang dia lihat hanya Cia yang tidak tebar pesona pada mereka. 

"Aku, setuju denganmu!" Ucap Aaron lalu pergi meninggalkan dua temannya menuju lapangan. 

Di kelas Cia dan dua temannya. Baru saja duduk namun terdengar mereka harus berkumpul di lapangan. 

"Hufff,  bukankah kita belajar. Kenapa kita ke lapangan?" dengus Cika dan Anna bersamaan. 

"Entahlah? Ayo kita kesana!"

Mereka meninggalkan kelas, menuju lapangan yang ternyata sudah penuh dengan siswa. 

"Pengumuman! Dengar baik-baik karena aku tidak ingin mengulang lagi perkataan ku!" Kata Rion dengan suara lantang. 

"Oke! Seperti yang aku katakan kemarin. Jika hari ini kita akan melaksanakan acara belajar di luar ruangan, oleh sebab itu hari ini kita akan menuju hutan yang berada di belakang sekolah kita. Dan satu lagi pelajaran di sekolah di liburkan, apa kalian paham?!" Ucap Rion panjang lebar. 

"Paham!" Suara siswa serentak. 

"Oke! Sekarang bersiap dan berkumpul lagi disini!" 

"Baik kak!" Jawab mereka bersamaan.

Sesaat kemudian, mereka telah kembali lagi di lapangan dengan tas masing-masing. 

"Apa kalian sudah bekumpul semua? Jikka sudah, ayo kita pergi sekarang agar sore nanti acara game di mulai."

Mereka mengikuti instruksi dari senior. Mereka meninggalkan lapangan menuju hutan yang tidak terlalu jauh, hanya di tempuh tiga puluh menit mereka telah sampai. 

"Kalian, istirahat dulu dan bagi yang laki-laki bersiaplah untuk memasang tenda!" Ucap Rion. 

Aaron yang terus memperhatikan Cia tidak lepas dari pandangan Jessika. Terlebih Aaron mengikuti Cia dari belang tanpa sepengetahuan Cia, membuat Jessika semakin membenci Cia. 

"Kau, kut dengan ku sekarang!" Ucap Jessika dingin.

Cia mengikuti langkah Jessika hingga sampai di balik pohon besar yang tidak jauh dari mereka yang tengah berkumpul. 

"Aku, peringatkan sekali lagi! Jika yang kemarin kamu tidak takut. Bagaimana dengan ini? Atau kios ibumu aku hancurkan?" Ancam Jessika dengan suara dingin, dan pisau yang ia tekan ke leher Cia. 

"Perlu kamu ketahui, ini bukan sekedar peringatan. Tapi juga ancaman untuk mu, jalang!" Lanjutnya dengan pisau yang semakin menekan leher Cia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status