Kembalinya Cia, di samping dua sahabatnya tidak membuatnya melupakan tindakan Jessika padanya. ancaman yang di berikan Jessika bukanlah sekedar ancaman. melainkan sebuah kenyataan yang harus ia ikuti. mengingat usaha ibunya menjadi taruhannya.
"Cia! apa yang kau pikirkan? apakah dia menganggu mu lagi?" Tanya Anna pada Cia.
"Tidak! dia tidak mengatakan apapun padaku." Kata Cia. dia tidak ingin dua sahabatnya menjadi korban karena dirinya.
"Kamu, tidak lagi berbohong kan Cia." Lanjut Anna yang melihat wajah Cia yang jelas terlihat cemas.
"Aku, tidak akan bisa berbohong dengan kalian bukan!" Kata Cia dengan wajah di buat marah.
"Aku, percaya denganmu Cia!" Cika memeluk Cia.
"Aku juga Cia. aku tidak ingin kamu menyembunyikan apapun dari kami. ingat kami adalah temanmu, apapun yang kamu alami kami juga ikut merasakannya Cia." Mereka memeluk tubuh Cia. air matanya tidak lagi bisa tertahan mengingat bagaimana bahagianya memiliki sahabat seperti mereka.
"Pengumuman!" Suara Rio terdengar menggema di dalam hutan dan mereka, menoleh kearah dimana Rio tengah berdiri di tengah-tengah lampangan.
"Ingat. dan dengarkan! yang aku katakan. untuk acara nanti malam, akan ada game dimana para siswa. akan menaklukkan kerasnya ketua OSIS kita. Ahhh itu urusan nanti. untuk acara hari ini kalian semua mengambil amplop berwarna putih yang ada di ketua OSIS kita dan lihat apa yang kalian dapatkan." Lanjutnya dengan suara lantang.
Para mahasiswa berebut ke arah ketua OSIS. untuk mengambil amplop berwarna putih yang berada di tangan Aaron sang ketua OSIS.
"Apa kalian sudah Menganti amplop untuk Cia? aku tidak ingin ia satu team dengan Aaron!" Ucapnya pada dua sahabatnya.
"Kamu tenang saja Jes. Cia tidak akan satu team dengan Aaron." Jawa mereka bersamaan.
"Kerja bagus!" Jessika menatap Cia dengan pandangan sinis.
Suara Rio kembali terdengar, kali ini ia berdiri di tengah-tengah lapangan.
"Apa. kalian sudah mendapatkan amplop warna putih yang seperti ini!" Ucap Rio dengan suara keras.
Berapa siswa yang belum mendapatkan amplop menggelengkan kepalanya. diantara mereka yang belum mendapatkan adalah Cia dan dua temannya.
"Kalian. duduk saja biar ketua OSIS yang mengantarkannya!" Ucap Rio saat melihat barapa siswa yang berdiri untuk mengambil amplop yang berada di Aaron.
Aaron mendekati para siswa yang tengah menunggunya. langkahnya mendekati satu-satu siswa yang tengah duduk. tidak berapa lama langkah Aaron berhenti di depan tiga gadis yang tengah duduk di bawah pohon jauh dari lapangan.
"Cia. ambillah satu amplop dan buka apa yang kamu dapatkan dan umumkan nanti saat berada di tengah lapangan. agar kamu tau siapa yang akan menjadi ketua kelompok kamu." Ucap Aaron dengan suara lembut. namun sorot matanya. tidak lepas dari wajah Cia yang memalingkan wajahnya kearah lain.
"Terima, kasih kak Aaron." Ucap mereka bersamaan. yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Aaron.
"Hitungan ke tiga, kalian harus membuka amplop putih itu. satu, dua, tiga. buka sekarang!" Semua siswa membuka amplop yang berada di tangan mereka dan melihat isi di dalam amplop yang mereka terima.
"Sudah semua. dengar baik-baik. jika kalian mendapatkan huruf A itu artinya kalian satu team dengan Aaron ketua OSIS kita. jika kalian mendapatkan huruf R itu artinya saya. jika kalian sudah mendapatkan huruf kalian membuat bentuk lingkaran dan berikan bunga yang barada di dalam amplop itu pada ketua team kalian cepat!" Lanjutnya.
Semua siswa membukanya dan mendapat huruf dan dengan cepat mereka membuat lingkaran.
"Cia apa yang kamu dapatkan?" Tanya cika pada Cia. Cia menunjukan huruf yang berada di kertas. membuat dua temannya tertawa.
"Selamat. aku yakin kak Aaron memang menyukaimu Cia." Cika memeluk tubuh Cia yang terlihat cemas.
"Ayo, kita bersiap." Ucap Anna dan menarik pergelangan tangan Cia.
Kini mereka membuat lingkaran. tidak lama Aaron mendekati lingkaran dan memberikan sambutan pada siswa yang satu team dengannya.
"Selamat, sore. maaf acara banyak yang tertunda dan di batalkan karena adanya kendala. tapi untuk acara nanti malam, sudah di pastikan berjalan dengan lancar. baik sebagai satu team dengan saya, apa kalian bisa kompak?" Tanya Aaron pada teamnya. yang di jawab dengan anggukan kepala.
"Oke. untuk nanti malam aku minta kalian jangan ada kata ragu oke! ya sudah sekarang kalian bisa istirahat dan persiapkan diri kalian." Aaron keluar dari lingkaran dan para siswa satu teamnya memberikan bunga yang terdapat di amplop. Aaron yang menunggu Cia memberikan bunga padanya dengan hati yang berdebar.
"Kak, terimalah bunga dari Cia." Ucap Cia dengan suara kaku dan memberikan bunganya pada Aaron.
"Seharusnya tidak seperti itu Cia. caranya memberikan bunga pada ku." Kata Aaron. tangannya tidak melepas genggaman tangan Cia yang masih memegang bunga mawar putih pada Aaron.
"Aku, ingin. bicara denganmu berdua Cia?" Ucap Aaron berbisik di telinga Cia.
"Maaf, kak. aku tidak bisa. Permisi!" Cia melepas tangannya dan berlari kearah teman satu teamnya.
Jessika yang melihat bagaimana perlakuan Aaron pada Cia semakin membuatnya cemburu. dengan segala cara ia lakukan namun lagi-lagi rencananya gagal.
"Apa kerja kalian hah! mana buktinya jika kalian telah menukar amplop untuk jalang itu hah!" Jessika berteriak di depan dua sahabatnya.
"Maafkan aku Jessika. sungguh aku sudah menukarnya. seharusnya Cia satu team denganmu atau dengan yang lain yang pasti tidak dengan Aaron." Lajut Luna. dengan tubuh bergetar, ia tidak ingin Jessika marah padanya yang berimbas dengan ayahnya yang bekerja di kantor ayahnya Jessika.
"OKE! kali ini kalian aku maafkan. tapi tidak untuk nanti malam. jika kalian gagal lagi maka kalian akan mendapatkan hukumannya." Ucap Jessika dengan wajah merah padam.
Waktu berjalan dengan cepat, kini di area tenda mereka di sulap sedemikan indah dan romantis. Cia yang malam ini memakai setelah panjang, rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai.
Tiga sahabat kini berada di antara ratusan siswa Maria School. ketua OSIS dan berapa senior melangkah mendekati siswa yang tengah duduk dengan melingkar.
"Selamat malam semua!" Ucap James dengan seuara tegasnya.
"Acara, segera di mulai. jadi dengarkan jangan merasa takut ataupun merasa bersalah ini adalah murni permainan. OKE ! kalian harus bisa mendapatkan cap kuasa dari Aaron atau apapun dari ketua atau pun dari kami sebagai senior kalian. ingat ini permainan jebakan. jika kalian bisa memecah lermaiann ini. itu artinya kamulah pemenangnya. sekarang mulai!" Setelah James mengatakan dan mengarahkan tiba-tiba semua siswa mendekati dan merebut apapun yang bisa mereka dapatkan.
Setelah satu jam mereka berhasil mundur dari para senior. tidak sedikit yang terluka akibat permainan itu, namun mereka tidak marah ataupun membalas. Jessika yang sekujur tubuhnya remuk akibat merrkanyang mengambil kuku bahkan rambutnya tidak lepas dari incaran mereka.
"Permainan selesai. sekarang perlihatkan hasil yang kalian dapatkan." Ucap Rio dengan suara tinggi. semua siswa menunjukan hasil yang mereka dapatkan dan para senior mengambil dan memberikan selamat. namun saat berada di depan tiga siswa yang tengah menundukan wajahnya. membuat Aaron berhenti dan berapa senior mengikutinya dari belakang.
"Perlihatkan, apa yang kalian dapatkan?" Tanya Aaron dengan suara lembut.
"Kami, tidak mendapatkan apapun kak." Jawab mereka serentak. Aaron tersenyum mendengar jawaban gadis yang berada di depannya.
"Kalian berdiri di tengah dan katakan apa alasan kalian yang tidak mendapatkan apapun." Aaron kembali tersenyum saat Cia mengangkat wajahnya tepat di depan wajahnya.
"Aaron Ramsey, kau harus mati!!" suara menggelar bersamaan dengan suara dan teriakan para tamu undangan. Aaron berlari membawa tubuh Cia meninggalkan pelaminan, di ikuti dengan kedua orang tuanya."Sayang kamu tetap disini, jangan meninggalkan tempat ini sebelum aku datang. Kamu akan aman bersama orang tuaku," ucap Aaron menangkup wajah Cia yang terlihat pucat."A– Aaron, aku takut," Cia menggenggam tangan Aaron erat. "Jangan takut, semua akan baik-baik saja. Tetaplah bersama dengan Mama dan ayah," Aaron mengecup kening Cia dan beralih pada kedua orang tuanya."Pergilah, ayah akan menjaga istri dan Mama. Mereka akan aman bersama dengan ayah," ucap David."Ayah aku menyiapkan berapa pengawal disini, lagi pula tempat ini tidak ada yang tahu selain Rion dan James." "Pergilah, selesaikan semuanya dan kembali bersama kami secepatnya." "Mama tahu semuanya, pergilah nak," Aaron meninggalkan kedua orang tuanya bersama dengan wanita yang baru saja menjadi istrinya. Ia kembali keluar denga
"Ameera!!""Jaga ucapanmu! Kamu pikir siapa dirimu hah!" Kemarahan Aaron tidak terbendung lagi, saat wanita yang sangat ia cintai mendapatkan perlakuan tidak baik. "Aaron, kamu lupa dengan janjimu? Kamu bilang akan menikahi aku. Tapi apa yang aku dapatkan sekarang? Kamu akan menikahi wanita seperti dia, kamu jahat Aaron!" Ameera memukul Aaron, beruntung Agam tidak ada bersama dengan mereka, mati lebih dulu meminta pada pelayan untuk membawanya pergi lebih dulu sebelum pembicara yang penting."Janji? Kamu bicara apa Ameera, aku menyelamatkan dirimu. Janji yang aku ucapkan bukan untukmu Ameera, tapi untuk Cia wanita yang aku cintai.""Cia duduklah, aku ingin kamu mendengar langsung dariku," Aaron menarik napasnya sebelum ia memulai mengatakan yang sebenarnya pada Cia. Mengingat pernikahannya yang hanya menghitung jam, Aaron dengan tegas mengatakan siapa Ameera sebenarnya."Ameera, Aku tidak tahu sampai kapan kamu akan membohongi keluargaku. Terlebih pada wanita yang akan aku nikahi ta
"Oke, akan aku katakan padamu. Aku adalah wanita di masa lalu Aaron dan dia adalah, anaknya." Ucapnya menyakinkan. Cia terdiam di tempat ia tidak berfikir lagi, saat ini pengakuan seorang wanita dan anak kecil yang mengaku sebagai bagian dari masa lalu calon suaminya. Cia berusaha untuk mengukir senyum, Walau ia tahu senyumnya terlihat di paksakan."Untuk apa kamu datang kesini?" tanya Cia, setelah mampu menetralkan detak jantungnya."Aku hanya ingin bertemu dengan Aaron, anakku merindukan ayahnya. Apakah kamu akan berdiri disana? Tanpa meminta kami untuk masuk kedalam?" Cia kembali terdiam, dan itu membuat Ameera tersenyum penuh kemenangan."Maaf aku tidak bisa menyuruhmu masuk kedalam. Tapi jika kamu ingin menemui Aaron, kamu bisa menemuinya di tempat yang kamu ketahui," ucapnya berbalik meninggalkan Ameer bersama putranya."Cia, kamu seorang wanita. Bagaimana kamu bisa membiarkan kami disini tanpa betemu dengan Aaron," ucap Ameera."Jadi apa yang kamu inginkan sebenarnya? Bertemu d
"Cecilia Mandalika, maukah kamu menjadi istriku. Menjadi ibu untuk anak-anakku?" "Aaron, kamu?" Cia menutup mulutnya, hatinya menghangat mendapatkan perlakuan istimewa dari Aaron."Cia, semua keputusan ada padamu. Tapi aku hanya ingin mendengar kata ya, darimu. Aku tidak ingin kehilangan kamu, untuk kesekian kalinya," ucap Aaron."Bagaimana jika aku menolaknya?" tanya Cia."Aku akan memaksamu, Cia. Aku tidak akan membiarkan kamu tetap disini seorang diri tanpa perlindungan dari siapapun termasuk aku. Satu lagi, aku tidak akan diam jika kamu tetap menolaknya," ucap Aaron menyakinkan Cia, jika apa yang dikatakan itu adalah benar adanya."Lalu, untuk apa kamu bertanya padaku? Apakah aku menerimamu atau tidak. Jika kamu sendiri sudah tahu jawabannya." Cia menatap penuh manik coklat milik Aaron. "Cia, kamu," ucapnya terbata."Ya, Aaron. Aku bersedia menjadi istrimu dan aku bersedia menjadi ibu untuk anak-anakmu," bulir yang bening keluar dari kelopak mata Aaron, tidak ada kata yang terin
"Ayah tahu kamu berbohong. Katakan apa yang terjadi? Jelaskan, juga pada ayah, luka tembak di lenganmu itu, Aaron Ramsey." Aaron terdiam, tidak ada cara lain selain ia mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya. Sudah cukup ia menutupinya."Ayah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan semua ini dari ayah ataupun Mama. Semua aku lakukan demi keselamatan kalian dan juga ketenangan hidup kita. Karena apa yang aku lakukan akan mempengaruhi kehidupan ayah dan juga Mama, dan maafkan aku karena selama ini menyembunyikan identitas ku. Bukan hanya pada ayah atau pun pada Mama. Tapi juga pada dunia aku menyembunyikan semua ini. Semakin sedikit orang mengetahuinya maka sedikit kemungkinan musuh mengetahui siapa aku dan orang terdekat ku, tapi semua kejadian ini murni aku yang melakukannya," kata Aaron lirih."Ceritakan semua pada Ayah, jangan membuat Ayah seperti orang bodoh yang tidak tahu siapa anak ayah yang sebenarnya. Dan tidak tahu apa yang dilakukan anak yang selalu membuatny
Aaron yang kini berhadapan dengan Rainer Quennel yang menginginkan kekuasaannya, tanpa merasa bersalah Rainer meminta tanpa adanya kekerasan. Aaron terkekeh mendengar perkataan Rainer yang dengan lantangnya bicara padanya."Anda yakin menginginkannya?" tanya Aaron."Anak ingusan, jangan mengajakku untuk bercanda. Kamu tahu siapa aku, bukan?" kata Rainer lantang. Aaron hanya mengangguk dengan santainya ia menjawab, "Saya tahu siapa anda. Tuan Rainer Quennel seorang mafia yang berani menipu saudaranya, hanya karena kursi kekuasaan. Apakah saya salah atau benar, Tuan Rainer Quennel?" wajah Rainer pias, namun dengan keahlian menipu dengan cepat berubah dan kembali dengan tatapan tajam kearah Aaron."Jangan banyak bicara kamu Aaron!" seru Rainer melayangkan pukulan pada Aaron.Baku hantam antara Aaron dan Rainer tidak terhindar lagi. Aaron tidak begitu saja membiarkan Rainer terlepas. Ia arahkan senjatanya tepat di keningnya."Kenapa kamu sembunyikan kejahatan mu. Dengan menuduh kami yang
"Secepatnya aku kembali. Tetaplah disini sampai aku kembali," Aaron mendekati wajah Cia, memberikan kecupan di keningnya sebelum ia pergi."Aku akan menunggumu disini."Aaron bergegas meninggalkan kediamannya, saat berada di depan pintu sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Senyum menghiasi wajahnya, saat mendapati orang yang sangat ia sayangi kini berada didepannya."Mama, ayah, kalian tidak apa-apa?" tanya Aaron."Tidak nak, kami baik-baik saja. Dimana wanita yang kamu katakan itu? Mama ingin bertemu dengannya, apakah dia ada di dalam?" Aaron mengulas senyum mendengar pertanyaan dari wanita yang telah melahirkan dirinya."Mama tidak sabar ingin bertemu dengannya? Cia ada di dalam kamar mandi. Kita tunggu sampai dia keluar," Aaron mengajak orang tuanya menuju ruang keluarga mereka. Seorang pelayan datang dengan membawa teh hangat dan berapa cemilan di atas napan."Terima kasih Mbok," ucap Maria ramah."Aaron, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu ingin kami
Di tempat yang berbeda seorang laki-laki menatap rumah mewah yang menjadi saksi bisu pertumbuhan dirinya bahkan sejak dia kecil hingga saat ini rumah mewah yang di tempati oleh ayah angkatnya menjadi rumah ternyaman untuknya. Namun saat ini ia merasa sesuatu yang sulit ia ungkapan dalam kata-kata. Sesaat ia terdiam sampai seseorang menyadarkan dari lamunan."Tuan muda, anda di tunggu oleh Tuan besar di ruang kerja." Kata salah satu pria yang berbadan besar. Tuan muda adalan panggilan untuknya. Sejak kecil saat ia datang di kediaman Rainer Quennel seorang mafia yang terkenal dengan kelicikan dan ambisi dimana ia akan melakukan apapun demi tujuannya tercapai. Tidak peduli jika akan menghabisi nyawa orang lain sekalipun."Hum," Amar melangkah dengan cepat untuk menemui ayah angkatnya. Banyak hal yang ingin ia ketahui tentang kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya."Halo boy, kamu sudah datang? Kamu tahu ayah sudah lama menunggu kamu. Tapi kamu lambat dua puluh menit. Cepatlah
Sementara itu Rion yang saat ini memilih untuk menemui Kinanti yang terbaring di rumah sakit. Sudah lama ia mencoba untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Kinanti. Wanita yang di pilih menjadi pengawal rahasia Cia walau berapa kali harus mengalami percobaan pembunuhan, namun dengan kepandaian yang ia miliki mampu melepaskan diri dari para musuh yang ingin menyingkirkan dirinya dan untuk mendapatkan Cia sebagai senjata untuk menyerang Aaron. Rion menatap wanita yang kini terbaring lemah di atas tempat tidur pasien wajahnya yang pucat tidak menutupi kecantikannya yang alami. "Kamu ada disini?" suara lirih namun terdengar lembut menyadarkan lamunan Rion."Apakah kedatanganku mengganggumu?" tanya Rion."T– tidak, ada apa?" "Kenapa kamu balik bertanya? aku ingin melihat kondisi kamu. Tapi kamu bertanya padaku." Kata Aaron. Ia menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur."Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan Cia apakah dia mengalami luka? aku tidak tahu apa yang terjadi jika Cia tid