Istana jauh lebih megah dari bayangannya. Awalnya dia hanya membayangkan bahwa istana Gerian hanya sebesar lapangan kumpul dikalikan sepuluh. Tapi dia salah. Istana itu jauh lebih besar dari yang dia bayangkan. Ada banyak bangunan yang terpisah di istana dibawah sana, dengan kubah-kubah kecil di setiap bangunan itu. Tetapi kubah-kubah itu tidak sebesar bangunan yang berdiri di bagian tengah lingkungan Istana Gerian. Kubah besar terlihat berkilau dari tempatnya berdiri di dalam hutan—membuatnya bertanya-tanya mengapa Ilvy ingin menghancurkan posisi ayahnya yang tinggal di tempat yang pantas disebut surga itu, membuat posisi gadis itu juga ikut terancam.
Tembok tinggi yang menjulang membuat batasan dengan jalanan yang melingkari istana Gerian dan juga tempat-tempat mewah lainnya di luar tembok. Danina mengasumsikan jika tempat-tempat cantik itu adalah rumah-rumah bangsawan yang menyebut dirinya sebagai Brosnean.
Kuda di belakangnya meringkik, bersahut-sahutan. Kuda
“Bantu Jenderal Otto di pintu masuk timur. Aku akan masuk bersama Danina!” Qeen menggeleng cepat. Mata kelam itu menatapnya dengan skeptis. “Aku tidak akan terluka.” Ujarnya tanpa menunggu. Ilvy tidak membutuhkan persetujuan Qeen. Itu perintah untuk sang Effrayante dan harus dituruti. Dia membawa sepertiga pasukan ke gerbang depan istana, menyerang secara terbuka. Menyongsong jebakan yang mungkin saja telah dipasang oleh ayahnya. “Masih ada waktu untuk mundur, Dan.” Teriaknya di atas kuda kepada sepupunya. Danina tidak menatapnya. Gadis itu menatap lurus ke depan dengan mata yang berkilat penuh dengan tekad. Ilvy tahu gadis itu sedang menjangkau penyebab dirinya yatim piatu. Dan gadis itu tidak akan mundur meskipun pasukan Gerian jauh lebih banyak dari pasukan yang mereka bawa saat ini. “Kau bisa mundur jika terlalu sedih melihat kematian kedua orang tuamu.” Ilvy memutar matanya, dia kembali menatap ke depan. “Tidak.” Ilvy tidak akan pernah mundur. Mere
Ilvy tak pernah merasa sesedih dan sebahagia ini. Baginya, ini pertama kalinya ia merasakan perasaan campur aduk seperti itu. Ia bisa tertawa dan menangis bersamaan. Disudut hatinya, batinnya merasa terkoyak sekaligus lega. Luka di tubuhnya terasa seperti sebuah kekalahan dan kemenangan. Singgasana yang ia duduki terasa begitu menakjubkan tetapi menakutkan. Sempat terbersit dihatinya untuk melepaskan segalanya. Hidup bahagia dengan makhluk yang mencintainya—tapi saat ini, pada momen seperti ini—iblis didalam hatinya membutuhkan sebuah kepuasan yang berbeda. Kepuasaan saat dirinya melenyapkan pemilik sah takhta terakhir. Ilvy melihat dua pedang yang dipegang kedua tangannya. Satu miliknya, satu lagi milik sepupunya. Ia melemparkan pedang itu hingga bunyi besi yang beradu dengan lantai terdengar nyaring di ruangan itu. Ruangan yang meskipun diisi banyak manusia tetapi terasa sunyi dan menyedihkan. Toh karena semua manusia disana telah menjadi mayat. Bahkan dia
Ia menyibak selimutnya, turun dari ranjang dan membuka jendela yang berada tak jauh darinya. Langit masih gelap, udara masih terasa begitu dingin. Dengan cepat ia menarik jubahnya yang tersampir di kepala ranjang dan mengenakannya—menghalau dinginnya udara menjelang pagi yang masuk dengan mudah melewati jendela yang ia buka. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding di bawah jendela itu. Kedua tangannya menumpu di kusen jendela, dengan kepala yang terbaring di atas kedua tangan. Matanya menatap ke halaman samping rumahnya yang masih gelap gulita, ditemani bunyi kepak burung hantu yang terdengar jelas di dahan pohon yang berdiri tak jauh dari batas halamannya. Samar, ia mencium bau bunga lavender yang mekar di halaman. Bercampur dengan bau bunga mawar dan bunga-bunga lainnya yang ia tak ketahui namanya. Meskipun pelayannya menjelaskan hingga mulut berbusa tentang nama-nama bunga, ia tetap tidak bisa mengingat nama-nama itu. Satu kunang-kunang mendekat kearahnya. Tak l
Phoebe melihat darah di seluruh kerajaan. Phoebe melihat banyak mayat bergelimpangan di setiap lorong istana. Phoebe melihat orang kehilangan nyawa. Phoebe juga melihat suaminya dipenggal oleh adiknya sendiri.Phoebe menyesali kehidupannya yang malang. Menjadi seorang Ratu hanya mengantarkannya pada kematian yang tragis.Phoebe mengutuk siapapun yang terlibat dalam kudeta ini, akan tersiksa hingga ajal menjemput.Phoebe bersumpah, dia akan menghantui siapapun yang duduk di takhta itu. Phoebe bersumpah, dia akan mengutuk seluruh kerajaan tempat dia meregang nyawa dengan tidak adil.Aku mengutuk tempat ini penuh dengan malapetaka. Tanah akan basah dengan darah.Sungai akan penuh warna merah. Udara akan berbau bangkai. Jeritan para pengkhianat akan terdengar. Kau akan memilih membunuh dirimu sendiri daripada tercekik dengan ketakutan.
Delapan Belas Tahun Yang LaluLevi mengurut pelipisnya. Dia tak senang, suasana hatinya sedang buruk. Laporan dari Menteri Pertahanan mengenai bandit dari Rhauven membuat kepalanya semakin sakit. Sudah dua hari Levi tidak tidur. Pernikahan adiknya, Liam, dengan anak perempuan dari Raja Vessia menyita hampir separuh pikirannya. Kerajaan Vessia meminta banyak hal, termasuk membuatkan istana kecil untuk Putri Lorelai Orivaris. Dengan alasan Lorelai ingin kedamaian setelah menikah nanti."Yang Mulia, bagaimana dengan bandit yang sudah ditangkap?" Menteri Pertahanan—Elliot Harridan—setengah mendesak Raja. Pikirannya juga sedang semrawut karena banyaknya kejadian yang menguras banyak tenaganya. Daerah perbatasan sedang kacau, karena tentara Rhauven salah menyerang tentaranya yang sedang menyamar untuk menangkap bandit yang berkeliaran di Gerian."Kita tetap menghukum para bandit. Meskipun mereka dari Rhauven, hukum tetap dila
Ini adalah musim dingin. Pertengahan musim dingin lebih tepatnya. Sulit untuk menemukan hewan buruan saat ini. Tapi bagi Effrayante, musim dingin adalah masa dimana makanan berlimpah.Para Alfa akan memantrai daerah teritori untuk tetap hangat, agar hewan-hewan dari luar masuk kedalam daerah yang dimantrai. Memudahkan mereka untuk mendapatkan hewan buruan. Ini juga masa dimana para gadis muda berlatih untuk memanah.Seperti Danina. Sejak pagi, dia sudah keluar dari rumah, berjalan ke utara, menuju kaki gunung. Bersemangat untuk belajar membidik sasaran. Dan sudah hampir setengah hari dia berdiri dibalik semak, bersembunyi. Mencari arah angin berhembus, mengambil anak panah, membidik, dan target yang di bidik meleset. Meleset sangat jauh.Rusa itu berlari menuju selatan, hilang dibalik rimbunan pakis-pakisan. Sementara dibelakangnya, seseorang terkikik geli. Dia tak ingin berbalik dan mendapati Loretta yang berdiri dibelakangnya menatap penuh hina. Tapi tubuhnya
Tak ada yang tahu apa yang ada didalam pikiran Putri Gerian. Semua orang takut padanya; pelayan, bangsawan, menteri, bahkan kedua orang tuanya. Gadis itu baru berusia enam belas tahun. Debutante yang dilakukannya setahun yang lalu membuat wajahnya yang rupawan menjadi standar kecantikan anak laki-laki dikalangan Brosnean—begitu para bangsawan menyebut diri mereka. Tapi, seperti kecantikannya yang membuat seluruh pria bertekuk lutut padanya, tak ada bandingannya dengan sisi misterius dirinya.Dirinya yang begitu tidak bisa digapai dan dipahami oleh siapapun.Ilvy sedang membaca buku di perpustakaan. Dia mencintai ketenangan didalam sini. Tidak ada dengungan yang memenuhi telinganya, tidak ada suara ibunya yang kekanak-kanakan, juga tidak ada suara ayahnya yang selalu merongrongnya untuk memilih salah satu pangeran dari Kerajaan yang beraliansi dengan Gerian.Gaunnya yang berwarna marun bergerak begitu lembut ketika dia menggoyangkan tubuhnya saat mengubah p
Danina tidak pernah melihat Loretta semenjak pertemuan rahasia itu. Tak ada yang tahu kemana gadis itu menghilang—atau lebih tepatnya pergi. Nareef dan Sitaf tak ingin menjawab pertanyaan darinya. Dan itu membuatnya semakin frustasi.Tak ada yang paham Loretta sebaik Danina. Gadis itu pasti sedang murka dan hatinya terluka. Danina tahu apa yang dirasakan sahabatnya itu. Yatim piatu, tak memiliki siapapun. Meskipun hampir seluruh anggota Camsart yang tersisa menjadi yatim piatu, tapi tidak ada yang benar-benar mengenaskan seperti dirinya.Bahkan Dagan masih mempunyai sepupunya, Odvarr.Dan Danina yang memiliki kedua orang tua.Tapi tidak dengan Loretta. Tidak ada siapa-siapa yang tersisa darinya.Matahari belum muncul dan kunang-kunang masih menerangi tempat tinggal para Camsart. Tapi Danina sudah berada di luar rumah. Hanya ada beberapa orang yang sudah keluar rumah termasuk dirinya. Beberapa bertugas untuk menangkap ikan, beberapa lagi menge