Sebelum ucapannya lepas, Li xiao menyumpal dengan kue, terdapat di meja kiri. “Tutup mulutmu, mending suruh pengawalmu tidak mengejarku!” kesal. Bisa-bisanya otak lelaki ini dipenuhi lumpur, apa tidak bisa dibersihkan?
“Beraninya kau!” Xu mo maju, menarik pedang ingin membunuh. Jiang zu menahan, terpaksa mundur.
Mengunyah kue, bibir tersenyum lebar dengan mulut tetap tertutup. “Em, ini enak karena ada bekas tanganmu. Gimana kalau aku mencicipi dirimu? Ah~ pasti rasanya jauh lebih enak.”
Aghhh! Li xiao ingin menyantet hidup-hidup, mencoba melupakan apa yang dia ucapkan. Mengibaskan tangan, terhadap tingkahnya. Xian chen menatap aneh Jiang zu, dua alisnya mengerut. Xu mo mau menepis pemikiran dia yang aneh, tapi dirinya juga memikirkan hal sama. Jangan bilang, sang pangeran belok!
Sebelum menjadi ambigu, Jiang zu memaparkan siapa, si pria
Otaknya dipenuhi lumpur=kotor. Artinya, otaknya kotor yg mengucapkan kata 'tak senonoh. Keknya di bab yg di belakang, tapi lupa ngasih catatan☺
Pangeran ketujuh, malam-malam begini ada di rumah tidak mungkin sekedar lewat kan?Senyumnya terlihat lebih dulu ketimbang suara. “Aduuh Nona keempat selamat memenangkan pertandingan,” bertepuk sekali merasa bangga, “selamat masuk ke babak final, selamat-selamat,” menyanjung.Merinding akan sanjungannya, tidak dengan wajah Ming bai, bak di cat merah. “Pangeran terlalu memuji, ini ketidaksengajaan, anggaplah keberuntungan.” Ming bai kurang mempercayai anak bodohnya menang.“Untuk apa kau ke sini?” tanya Li xiao.Ming bai dan dua selir melotot, anak tidak sopan! Sungguh tidak sopan!Jiang zu tidak mempermasalahkan, malah suka kalau terlalu akrab, senyuman terpancar. “Aku dengar kau terluka, ambil ini,” menyerahkan “barang dari tabib kekaisaran, pasti lebih ampuh ketimbang obat pasaran.”Menatap obat berwadah keramik putih, mungil seukuran telur ayam kampung. ‘Kok dia bisa tau aku terluka, apa orang tadi miliknya?’ berpikir penolong barusan. Dia ragu mengambil, Jiang zu meraih tangan mu
Dari balikan tirai berdiri 5 orang berjubah hitam. “Sial! Kenapa aku tidak menyadari mereka.” Alis menekuk, mereka tidak terdeteksi, sudah pasti cultivator tingkat 4 ke atas.“Keluar atau ku keluarkan?!” teriak di depan kereta. Li xiao tidak punya pilihan, mau melawan belum pulih seutuhnya, mau lari tidak bisa. “Gimana nih, bedebah itu tidak mau menungguku pulang?” Menebak mereka suruhan Ming yi, siapa lagi yang menaruh dendam lebih besar dari komplotan mereka?Pria berjubah hitam, memegang pedang– tidak menunggu lama. Dia memiliki kesabaran setipis sutra. “Serang! Jangan biarkan dia hidup!” Syut!Saat mereka mulai mengepung kereta, turun pria berbaju hitam menghadang. “Jangan ganggu dia, kalian,” menunjuk semua, “lawan aku!” “Pahlawan dari mana ini?! Mau mati juga? Tinggal tanam!” marah. Menyerang tanpa aba-aba.Pria ini menghindar, di serang dari arah kiri, tinju beruap panas hampir mendarat di pipi. Tinggal 3 cm dari pipi kanan, hawanya terasa menusuk pipi. Melihat dia di kero
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b