Share

BAB 4

Author: Ziajung
last update Last Updated: 2024-10-21 10:38:27

 

“Eh, eh, mau ke mana?” Dante menghentikan Poppy yang baru mau beranjak. “Kalau mau ngobrol, di sini aja.”

“Pasien itu harus istirahat, jangan bawel.” Regan menarik tangan Poppy ke arahnya. “Dan inget, lo harus puasa abis ini, sebelum operasi besok pagi.”

Gerutuan Dante tidak bisa Poppy dengar dengan jelas karena Regan sudah menariknya lebih dulu. Pikiran Poppy sudah berkelana entah ke mana. Apa ini soal penyakit Dante? Apa begitu serius sampai-sampai Dante sendiri tidak boleh mendengarnya?

Regan membawa Poppy menuju ruangannya yang berada satu lantai di atas. Selama perjalanan itu, mereka berdua hanya diam. Terlalu banyak yang Poppy pikirkan sampai tidak tahu harus mengucapkan apa. Ia hanya memandangi punggung tegap Regan yang tampak semakin gagah dengan sneli itu.

Ia baru mendapatkan pijakannya kembali ketika Regan membuka pintu ruangannya.

“Sakitnya Kak Dante parah, ya?” tanya Poppy pelan sambil melangkah masuk.

Regan menutup pintu itu. “Kamu gak perlu khawatir, dia bakal baik-baik aja.”

Regan berjalan melewatinya dan duduk di kursinya. Sementara itu, Poppy masih berdiri dan menetralkan detak jantungnya. Entah ini karena rasa khawatirnya akan penyakit Dante, atau karena berada dalam satu ruangan dengan Regan.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Poppy melangkah menuju kursi yang ada di depan meja Regan dan duduk.

“Maaf, ya, Kak, kami jadi repotin Kakak lagi,” ucap Poppy.

“Udah dibilangin berkali-kali, kamu jangan begitu.”

Poppy menunduk, memainkan jarinya. “Tetap aja. Aku gak enak sama Kakak dan keluarga.”

Tidak hanya sebagai teman dan atasan Dante, Poppy mengenal Regan sebagai penyelamat juga. Keluarga Regan yang menyelamatkan Poppy dan Dante kala itu. Mereka membantu keduanya membiayai pendidikan sampai Dante lulus dan bekerja sebagai ketua bagian legal Dashar Group.

Poppy pun sebenarnya ingin melamar sebagai karyawan Dashar Group setelah lulus. Namun, Dante melarangnya. Ia berkata, cukup dirinya yang menebus semua utang itu, dan Poppy bisa memilih jalan hidupnya sendiri.

So, Poppy,” suara berat Regan kembali menyadarkan Poppy. Wanita itu pun mengangkat kepalany. “Yang ingin aku bicarain—“

Lagu The Family Madrigal dari soundtrack film Encanto memenuhi ruangan itu tiba-tiba. Poppy gelagapan, dan segera merogoh tasnya. Ia melempar tatapan tidak enak kepada Regan yang langsung bungkam kala itu.

“Sebentar, Kak.”

Lagu itu terus mengalun—membuat Poppy hampir merutuk. Gara-gara kepanikannya tadi, ia sampai lupa memasang ponselnya pada mode getar. Padahal ia sedang berada di rumah sakit.

Poppy mengeluarkan ponsel dan memeriksa nama penelepon. Editor Ray. “Ck!”

Tanpa menjawab, Poppy hanya mensenyapkan ponsel itu. Tidak lama kemudian, panggilan dari editornya berakhir, dan digantikan oleh sebuah pesan.

Editor Ray: [Halo, Kak, sudah belum ya? Aku tunggu sampai malam ini ya Kak. Thank you.]

Hah? Gimana maksudnya? Bukannya udah aku kirim?

Poppy sepertinya lupa dengan keberadaan Regan di sana yang memandangnya penuh penasaran. Pesan dari editor itu benar-benar mencuri perhatiannya, sampai-sampai Poppy membuka ruang pesan mereka berdua. Benar saja, tautan yang Poppy kirim tadi, tidak ada di sana.

Apa tadi aku lupa enter, ya?

Poppy mengirim tautan itu kembali bersamaan dengan pesan alibi kalau pesannya tenggelam. Ia pun keluar dari ruang pesan itu, lalu... terkejut.

Kenapa link cerita aku ada di chat room Kak Regan?!

Poppy mengangkat kepalanya perlahan dari ponsel itu. Ia menatap Regan yang tengah tersenyum ke arahnya.

“Ah, kayaknya kamu udah sadar, ya?”

“H-hah?” Poppy terkekeh canggung sambil jarinya bergerak untuk menghapus pesan itu. “Sadar apa, ya, Kak?”

Regan mengambil ponselnya dari saku sneli, melihatnya sejenak, dan kembali menatap Poppy. “Gak perlu dihapus, udah aku d******d kok.”

Poppy menelan air liurnya yang terasa begitu pahit kali ini. Tangannya gemetar menggenggam ponsel itu. Senyuman Regan seolah sudah menyedot habis kata-kata dari kepalanya.

Regan berdiri dari duduknya dan mencondongkan tubuh ke arah Poppy yang duduk di hadapannya. Tatapan matanya seperti predator yang mengincar si mangsa. Tubuh Poppy terasa kaku. Ia terpojokkan.

“Jadi,” suara Regan terdengar jauh lebih dalam, seolah bisa menenggelamkan Poppy saat itu juga. “Bisa jelasin apa yang kamu tulis di sana?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   Epilog

    Poppy menatap pantulan dirinya dalam cermin. Gaun putih dengan model off shoulder dan ornamen renda yang simpel itu membungkus tubuh mungilnya dengan sempurna. Head piece berbentuk bunga cherry blossom berwarna putih sangat kontras dengan wajahnya yang dirias. Dalam genggamannya, terdapat sebuket mawar dengan perpaduan warna peach dan putih.Dia tidak menyangka, hanya dalam waktu dua bulan, keluarga Dashar bisa menyiapkan pernikahan sebesar ini untuk dirinya dan Regan. Kemampuan Mami dan Papi memang luar biasa.Mereka tidak takut mengeluarkan dana berlebih untuk pernikahan ini—ya walaupun pada akhirnya, Regan yang menanggung semua itu karena gengsinya terlalu besar. Justru, kendala terbesar pernikahan ini ada pada Dante.“Kenapa sih harus buru-buru?! Poppy kan gak hamil duluan!”Begitulah komentar Dante ketika tanggal pernikahan ditentukan. Poppy

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 90

    Mata Poppy mengerjap. “Apa… setelah aku minta ajarin itu?”Regan tidak langsung menjawab. Namun, bukan karena ia terlihat ingin menghindar, justru tercetak senyum mencurigakan di wajahnya. Otak Poppy dipaksa bekerja dua kali lipat—lagi. Ia harus mempersiapkan diri untuk jawaban atau apa pun tingkah yang akan dilakukan pria ini.“Hm… aku mau jawab asal ada syaratnya,” jawab Regan.Tuh, kan, bener! Poppy berdecak dalam hati. Ia pun mendengus, tapi menyahut juga, “Apa?”“Aku mau berhenti dipanggil ‘Kakak’.”Alis Poppy berkerut. “Kok?”“Panggilan itu gak ada bedanya sama Dante. That’s annoying.”Poppy bisa merasakan “annoying” yang dimaksud Regan bukan hanya karena panggilan itu, tetapi karena sosok kakak kandungnya. Hubungan Regan dan Dante

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 89

    “Kak Regan gak takut menikah?” Poppy mengulang pertanyaannya.Regan bisa merasakan kekhawatiran yang begitu besar dari pertanyaan Poppy. Maka dari itu, ia pun mengeratkkan pelukannya pada pinggang wanita itu. Regan menghirup dalam aroma rambut Poppy untuk semakin menenangkannya.“Nope,” jawab Regan. “Kalau sama kamu, aku gak takut.”Poppy tidak menjawab setelahnya. Padahal, Regan sudah menduga kalau setidaknya Poppy akan mendengus atau mencubit tangannya dengan wajah memerah. Wanita itu selalu melakukannya ketika sedang tersipu. Apa kali ini jawaban Regan mengecewakannya?Regan mengangkat sedikit kepalanya, berusaha melihat wajah Poppy. “Kenapa? Kamu takut?”Poppy bergumam pelan, “Sedikit.”Regan menghela napas, sedikit lega karena ternyata Poppy tidak sedang berpikir macam-macam. Ia kembali menyandarkan kepalanya di lekuk lehe

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 88

    Tidak ada yang lebih mencurigakan dari Regan yang tiba-tiba menjadi penurut begitu. Berkali-kali Poppy memutar kepalanya ke arah Regan yang masih berdiri di depan pintu ketika mengambil sepasang piyama, pakaian dalam, dan krim malam. Pria itu memang hanya bersandar di sana dengan kedua tangan tersilang di depan dada, tapi tetap saja senyumannya membuat Poppy curiga. Ia pun sampai buru-buru masuk ke kamar tamu dan menguncinya dari dalam.“Padahal, semua udah pada tahu. Tapi, kenapa malah lebih deg-degan sekarang, ya?” gumam Poppy yang masih bersandar di pintu kamar tamu.Benar, Poppy memang tidak perlu takut lagi mereka ketahuan—toh, memang sudah ketahuan. Hanya saja, ia lebih takut karena sikap Regan semakin tak terprediksi. Pria itu memang jauh lebih manis sekarang dan semakin terang-terangan menunjukan afeksinya. Namun di satu sisi, Poppy semakin mewanti-wanti akan gebrakan di luar nalar Regan.Gak apa-a

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 87

    Memang benar adanya pepatah darah lebih kental dari air zamzam sekalipun. Sudah berkali-kali Mami dan Papi berpihak pada Poppy dan menganaktirikan Regan sendiri, nyatanya tetap Regan yang menang.Poppy kira, Mami akan lebih setuju kepada Dante dan membuatnya menjaga jarak sedikit dengan Regan—Poppy tidak terlalu keberatan. Namun kebalikannya, Mami justru yang paling setuju saat Regan mengajukan ingin membiarkan Poppy “menginap” selama Dante di Singapura.Poppy pun hanya menghela napas pasrah ketika mobil Regan melewati gerbang kompleks perumahannya begitu saja. Hilang sudah rencana maraton nonton drama Korea sambil mencari inspirasi menulis. Sepanjang perjalanan, Poppy hanya terus membuang pandangan ke jendela dan memasang wajah masam.Regan sepertinya tahu kalau dirinya bersalah, tetapi enggan sekali meminta maaf. Pria itu malah terus mengeluarkan senyum kemenangan. Poppy bahkan juga mendengar dendangan kecil

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 86

    Papi tidak langsung melanjutkan. Ia menatap Poppy cukup lama dalam diam, sampai akhirnya bertanya, “Kamu beneran mau sama Regan? Gak nyesal?”“Pi, please….” Regan langsung melayangkan protes.“Sst!” Papi menghentikan Regan. “Pendapat kamu gak dibutuhkan di sini!”Ketegangan Poppy meluruh seluruhnya. Benar, tidak ada gunanya terus merasa takut seperti itu. Setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya, Poppy menarik sebuah senyuman. Senyuman penuh kelegaan dan rasa syukur karena selalu dikelilingi orang-orang baik ini.“Iya, Pi, Mi.” Poppy menatap Papi dan Mami bergantian, lalu menggenggam tangan Mami yang masih duduk di sebelahnya. “Poppy sayang—maksudnya cinta sama Kak Regan.”Ini bukan pernyataan cinta yang pertama kali Regan terima, tetapi ini pernyataan cinta paling mendebarkan selama hidupnya. Po

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status