Share

Barang Temuan

Penulis: Maharani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-23 15:10:07

Sudah satu minggu ini Firman harus rela menggunakan jasa taksi online untuk pulang pergi menuju kantor tempatnya bekerja, mobilnya yang biasanya digunakan oleh Firman, kini dipegang alih oleh Hilda.

Firman tak ingin berdebat panjang dengan istrinya, karena jika salah bicara, bisa-bisa Hilda bertindak bar-bar seperti waktu lalu.

Sejak Firman tak lagi menggunakan mobil pribadi, dia tak lagi bisa pulang malam dengan alasan lembur karena malam hari pasti taksi online sulit ditemukan.

“Udah sarapan belum Mas?” tanya Hilda yang baru saja selesai mandi sehabis lari pagi, karena ini hari minggu, Hilda memang biasa berolahraga disaat dia sedang libur kerja.

“Belum, memang kamu sudah masak?” tanya Firman yang sedang menikmati acara televisi diruang keluarga.

“Malas masak aku Mas, kamu traktir aku aja deh yok, kita cari sarapan diluar.” Ajak Hilda dengan antusias.

“Ya udah ayo.” Firman setuju lalu beranjak dari duduknya.

Mereka berdua pun bersiap-siap untuk mencari sarapan diluar, Firman menggunakan kaos berwarna putih dan celana jeans pendek, sedangkan Hilda menggunakan dress sebatas lutut berwarna biru.

Hilda menyerahkan kunci mobil kepada Firman, tak lupa Hilda mengecek satu persatu jendela diruang tamu dan samping rumah, memastikan apakah sudah terkunci rapat atau belum.

Setelah dirasa cukup aman, Hilda bergegas menyusul Firman yang sudah berada didalam mobil sebelumnya, tak lupa Hilda juga mengunci pintu utama.

“Kamu mau makan apa?” tanya Firman setelah mobil keluar dari halaman rumah.

“Eeeemmm, apa ya? Soto kayaknya seger ya.” Jawab Hilda.

Lengang, tak ada suara yang keluar dari bibir Hilda maupun Firman. Hilda sibuk dengan ponselnya, terkadang serius, terkadang tersenyum-senyum sendiri, sedangkan Firman fokus menyetir.

“Mas, aku lupa bilang sama kamu. Aku nemu ini,,,” ucap Hilda tiba-tiba sambil tangannya membuka dashboard mobil, dikeluarkan barang tersebut dari dalam dashboard.

“Ini punya siapa Mas? Masa iya punya kamu sih?” Hilda menyodorkan barang tersebut ke arah Firman.

Ciiittt!

Firman menghentikan laju kendaraannya secara tiba-tiba, sontak Hilda pun hampir terjerembab karena tak bisa mengendalikan dirinya.

Untung saja kondisi jalan masih cukup lengang, ada beberapa kendaraan namun jaraknya cukup jauh, jika tidak pastilah terjadi kecelakaan.

“Kamu kenapa sih Mas?! Mau bikin kita celaka?!” ucap Hilda kesal.

“Oh eh, maaf, Mas cuma kaget aja tadi. Kamu nggak apa-apa kan?” Firman tampak gugup.

Firman pun menepikan mobilnya ke tempat yang aman.

Firman kaget karena barang yang ditunjukkan oleh Hilda tadi adalah buku raport yang sudah satu minggu ini dicari-cari oleh sang empunya.

Bahkan sang pemilik sampai enggan pergi ke sekolah sebelum buku raport miliknya ditemukan, dan kini justru buku itu ada pada Hilda.

Firman terlihat pucat pasi, dia berusaha mencari alasan jika Hilda menginterogasi dirinya.

“Kamu kenal sama pemilik buku ini Mas?” tanya Hilda menyelidik.

“Oh, iya, itu milik anaknya temanku. Ternyata kamu simpan ya, sini biar Mas kembalikan besok.” Jawab Firman berusaha tersenyum menutupi kegugupannya.

“Iya, sudah satu minggu buku ini aku simpan Mas. Dan kamu nggak mau tau Mas dimana buku ini aku temukan?” tanya Hilda lagi sambil menatap tajam ke Firman.

“Me-memangnya kamu temukan dimana buku itu Hil? Didalam mobil ya?” Firman merasa akan dikuliti hidup-hidup oleh Hilda.

“Eeemmm dimana ya? Sebentar,,, Oh iya, aku ingat Mas, didalam koper kamu, bersamaan dengan lipstick yang entah sampai sekarang juga aku tidak tahu siapa pemiliknya. Atau lipstick itu milik ibu pemilik buku raport ini Mas?!” tatapan Hilda makin tajam ke arah Firman.

“Iya, itu punya temanku. Kan kemarin aku udah menjelaskan ke kamu kalau lipstick itu milik teman kantorku dan sekarang buku raport anaknya juga ikut kebawa juga dikoper aku.” Firman berusaha menetralkan rasa gugupnya.

“Oh ya udah Mas, siapa nama ibu dari pemilik buku ini Mas? Soalnya data yang ada didalam raport ini hanya ada nama Ayahnya saja, Firman Ardiansyah, persis banget sama nama kamu ya Mas, eh apa jangan-jangan itu beneran kamu Mas?” kini posisi tubuh Hilda pun menghadap ke arah Firman sepenuhnya.

“Ya nggaklah, itu cuma namanya doank yang sama Hil, jangan mengarang cerita yang bikin kita berantem deh. Kamu nggak capek apa udah satu minggu ini lho kita berasa perang dingin.” Firman berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Hehehe, iya maaf ya Mas kalau aku sering marah-marah sekarang, aku takut kalau kamu menduakan aku. Atau kamu membohongi aku.” Hilda memasang wajah memelas sambil.

“Iya, kita jangan bertengkar lagi ya, aku ingin kita kembali bahagia seperti sebelumnya Hil.” Firman merengkuh bahu Hilda.

“Besok akan ku kembalikan buku raport ini ke temanku dan juga lipsticknya. Dari kemarin sebenarnya dia sudah menanyakan, namun aku tak tahu jika buku ini ada di kamu.” Ucap Firman lembut.

“Mas, biar aku saja yang mengembalikan buku ini, aku juga mau minta maaf padanya karena sudah berburuk sangka hanya karena melihat nama ayahnya sama dengan nama kamu. Aku jadi cemburu buta Mas.”

“Nggak usah Sayang, kamu nggak perlu repot-repot datang ke kantor aku, sini biar Mas bawa aja ya?” bujuk Firman.

“Loh, aku nggak akan datang ke rumahnya Mas, kita ajak saja keluarga mereka makan malam bersama, siapa tahu aku juga bisa menjadi teman mereka kan, pasti Alifa, pemilik buku ini juga cantik dan pintar.” Ucap Hilda berbinar.

“Kalau Mas bilang nggak usah ya nggak usah Hil, ada-ada saja pake acara makan malam bersama. Udah sini mana buku sama lipsticknya?!” suara Firman kini berubah menjadi penuh amarah.

“Nggak Mas! Aku nggak akan berikan buku ini kecuali kepada pemiliknya langsung! Oohh, jangan-jangan memang benar kamu ada main dengan ibunya Alifa, hem?” ucap Hilda tak kalah garang.

Sontak saja wajah Firman kembali pias, rupanya Hilda sangat sulit sekali untuk dibujuk, bahkan semakin dilarang, Hilda semakin berani.

Berulang kali Firman membuang nafas secara perlahan, mencoba untuk mencari alasan yang tepat kepada Hilda, namun faktanya nihil, buntu kali ini pikiran Firman.

“Oke, aku akan bilang kepada temanku bahwa kita akan mengadakan makan malam bersama keluarga kita masing-masing. Aku akan buktikan pada kamu jika tuduhan kamu kepadaku itu salah.” Ucap Firman mengalah lagi.

“Oke Mas, kapan waktunya kamu jangan lupa kasih kabar ke aku ya, aku yang akan pilih tempatnya.” Ujar Hilda dengan senyum puas.

Firman terlihat makin gelisah, terlebih lagi begitu mereka sampai dirumah makan soto , Firman sudah tak ada nafsu untuk menikmati makanan tersebut, berbeda dengan Hilda yang tampak sangat menikmati soto sapi yang terhidang dihadapannya.

Firman sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan besok? Tak mungkin dia mengajak Alifa dan ibunya untuk makan malam bersama dengan Hilda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, si hilda ini direktur apaan, koq tolol banget. tandatangan suami senfiri kau g tsu njing? punya uang tapi tolol dipelihara. penulis goblok dg alur cegita yg menggambarkan lemahnya akal si penulis. utk memperpanjang cerita g perlu dg cara tolol
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Keluarga Kecil Suamiku   Serangan Jantung

    “Aku hanya bercanda Nyonya Firman kedua, jangan dimasukkan ke dalam hati ya,” ujar Albert seraya terkekeh. Hilda memilih diam, hatinya tentu saja tak rela dia disebut pelakor lagi oleh orang yang tak tahu awal ceritanya. Sampai akhirnya taksi yang ditunggu oleh Hilda pun tiba dihadapannya. Bergegas dia langsung masuk ke dalam mobil. Ponsel Hilda tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari sang papa. “Halo Pa,” Hilda menjawab panggilan tersebut. “Halo Nak, kamu dimana? Papa … Papa Hi … “, terdengar suara Bu Nirmala terbata-bata lalu terisak menangis. “Tenang Ma, jelaskan secara perlahan. Ada apa dengan Papa? Mama ini lagi dikantor dengan Papa?” tanya Hilda sedikit gusar. “Papa ada dirumah sakit Nak,” jawab Bu Nirmala dengan suara lirih masih dengan isak tangisnya. Hilda pun meminta sopir taksi online untuk memutar arah setelah Bu Nirmala mendapat informasi rumah sakit Pak Baskara berada. Dengan kecepatan yang agak tinggi, Hilda menuju ke Rumah Sakit Medical Center. === “Waw,

  • Keluarga Kecil Suamiku   Tuntutan

    Suasana mendadak berubah menjadi hening. Semua yang ada diruangan menanti apa yang akan diucapkan olehnya.“Kembalikan rumahku Mas! kembalikan rumah yang kau jual tanpa sepengetahuanku!” pekik Hilda.Wajah Firman nampak pias. Dia tak menyangka jika Hilda akan mengetahui lebih cepat. Firman beranggapan Hilda tak akan kembali ke rumahnya itu.“Hahaha. Kau sudah tahu rupanya? Baguslah, jadi aku tak perlu repot-repot menjelaskan kepadamu,” tukas Firman menutupi kegusaran hatinya. Dia berusaha mengintimidasi Hilda.“Mana uang hasil penjualan rumahku Mas?! Kau tak ada hak menjual rumah itu!” geram Hilda.Albert nampak bingung dengan kejadian ini, dia memang tak cukup paham hubungan rumah tangga Hilda dengan suaminya. Sedangkan nampak terlihat merah padam, kedua tangannya mengepal keras. Dia tak rela jika Hilda disakiti oleh Firman.“Ck, uang penjualan rumah sudah habis Hilda. Uang itu sudah ku pakai untuk biaya pengobatan Alifa, karena kau tak mau membantuku! Anggaplah itu uang sedekahmu un

  • Keluarga Kecil Suamiku   Berdamai?

    Hampir pukul sepuluh malam, Hilda sampai dikediaman orang tuanya. Terlihat raut cemas diwajah Pak Baskoro.“Nak Albert? Mengapa Hilda bisa bersama denganmu?” sorak Pak Baskoro begitu melihat Albert turun dari kendaraan.“Pak Baskoro. Ternyata memang benar ya, dunia itu tak seluas daun kelor,” seloroh Albert. Mereka tertawa bersama.“Papa mengenal Albert?” tanya Hilda keheranan.Pak Baskoro dan Albert saling memandang dan tersenyum.“Iya Nak, dia merupakan salah satu kolega Papa. Pemilik Rumah Sakit Bakti Sehat. Muda, tampan, mapan,” terang Pak Baskoro terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Albert.Hilda menatap sekilas ke arah Albert, dia terlihat sedikit salah tingkah.“Berarti rumah sakit tadi itu … “ gumam Hilda.“Kau dari rumah sakit? Siapa yang sakit?” selidik Pak Baskoro mendengar ucapan Hilda.“Te—man Pa. Tadi teman Hilda mengalami kecelakaan, jadi aku membawanya ke rumah sakit. Dan kebetulan sekali tadi aku disana bertemu dengan dia,” jelas Hilda sambil menunjuk ke arah Albert.“A

  • Keluarga Kecil Suamiku   Ditahan Polisi

    PoV HildaPerlahan aku meninggalkan rumah sakit dimana tadi aku diselamatkan oleh Albert. Sebenarnya aku masih ingin menunggu hasil dari dokter yang menangani Elisa. Aku yakin dia pasti hanya berpura-pura.Kali ini aku memilih untuk pulang ke rumahku sendiri. Lama aku tak menyambangi, pasti beberapa tanaman sudah terlihat rimbun.Namun betapa terkejutnya aku, setelah sampai dirumah, justru aku melihat seorang wanita asing yang sedang menyirami taman depan.Mungkinkah Mama menyewa seseorang untuk bersih-bersih disini? Aku menerka-nerka.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu Bu?” sapa wanita tersebut dengan seulas senyum ramah.“Maaf, Ibu siapa ya?” tanyaku.“Oh, saya baru saja menempati rumah ini Bu. Dua minggu lalu saya membeli rumah ini dengan harga yang cukup murah menurut saya,” paparnya lagi.Aku tertegun mendengar penjelasannya. Tubuhku menegang, jantungku seolah berhenti berdetak.“Apa ada yang bisa saya bantu Ibu?” tegur wanita itu lagi membuatku tersadar dari lamunanku.“Ma

  • Keluarga Kecil Suamiku   Gegar Otak?

    Tok! Tok! Tok!Hilda mengetuk pelan pintu ruang rawat tersebut, perlahan dia membuka daun pintu.Seorang wanita yang terbaring didalam sana menoleh ke arah Hilda.“Elisa!” pekik Hilda sambil menutup mulutnya. Dirinya tak menyangka, hari ini dia mendapat kejadian bertubi-tubi.Jadi wanita yang menjadi korban kecelakaan tadi adalah Elisa. Sungguh tak disangka sama sekali.“Siapa kamu?” lirih Elisa lemah.“Siapa Elisa? Siapa aku? Tolong aku … “ rintih Elisa sambil menangis. Salah satu tangannya memegang pelipis kepala.Hilda kembali terkejut, mengapa Elisa tak mengenali dirinya sendiri. Apakah Elisa mengalami cedera serius hingga gegar otak? Tapi bukankah pria tadi bilang jika Elisa baik-baik saja? Hilda bergumam dalam hati.“Elisa!” tiba-tiba Firman masuk ke dalam kamar.“Hilda? Kenapa kamu ada disini? Apa kamu tahu siapa yang membuat Elisa menjadi seperti ini?” cecar Firman.Hilda bergeming. Dia melihat Firman membelai lembut pucuk kepala Elisa. Hilda sudah berusaha membuang jauh rasa

  • Keluarga Kecil Suamiku   Bertubi-tubi

    Nampak beberapa awak media ikut menerobos masuk ke dalam ruangan Hilda. Beberapa petugas keamanan yang ada dikantor Hilda tak cukup kuat untuk menahan mereka semua untuk tidak masuk ke dalam.“Apa benar Pak Alex ada hubungan terlarang dengan Bu Hilda?” tanya seorang wartawan lelaki. Sekilas Alex membaca name tag yang dikalungkan dileher pria tersebut.Alex terlihat tenang menghadapi situasi saat ini. Alex tahu, pasti ada seseorang yang menyebar isu kepada orang-orang. Lain halnya Hilda yang terihat pucat dan gugup.“Pak Alex, bisa tolong dijelaskan sejauh apa hubungan anda berdua selama ini?” Wartawan lain pun ikut berseru.“Saya akan menjawab pertanyaan rekan-rekan yang ada disini setelah kalian mendapat bukti nyata jika memang saya dan Bu Hilda ada hubungan terlarang. Namun jika tidak ada bukti … “ Alex berhenti sejenak sambil menatap semua orang yang ada diruangan.“Saya tak segan-segan untuk membuat kalian dipecat dari tempat kerja bahkan akan saya masukkan ke daftar blacklist ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status