Bryan masih berdiam di ruang kerjanya memikirkan apa yang terjadi beberapa jam lalu di kantor polisi. Bukan hal yang serius, karena ini bukan kali pertama ia berurusan dengan Jun. Namun, yang paling mengganggunya adalah keterangan dari polisi yang mengatakan bahwa sidik jari yang terdapat di gelas hanyalah milik Shienna.“Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak terdapat obat perangsang di dalam minuman yang istri Anda minum,” ujar petugas polisi saat Bryan berada di sana. Bryan mengerutkan kening kala mendengar pernyataan yang keluar dari mulut pria dengan seragam hitam dengan emblem terpasang di sana.“Lalu bagaimana mungkin istriku berperilaku aneh seperti itu jika memang tidak ada obat perangsang di dalam jus jeruk yang ia konsumsi?”Petugas mengedikkan bahu. “Mungkin saja Anda tak pernah menyentuh dan memuaskannya, sehingga ia memakai cara itu untuk menarik perhatian Anda. Kami tahu bagaimana reputasi Nona Shienna Miller. Ia sering bergonta-ganti pasangan, dan pernikahan Anda dengann
“I-ini ....” Shienna tak mampu mengungkapkan segala yang ada di dalam kepalanya saat ini. Terlalu berantakan hingga ia ingin sekali membedah dan membersihkan otaknya. Apa yang baru saja Bryan lakukan terhadapnya, berhasil membuat Shienna tak berkutik.Sementara itu, Bryan yang dengan tenang melepaskan tautan bibir mereka, hendak bicara, tetapi terlalu banyak hal yang sulit untuk ia ungkapkan.“Sejak kapan kau berpikir untuk melakukan ini, huh?” todong Shienna yang tak bisa dijawab Bryan dengan mudah. Ia membutuhkan rangkaian kata yang cukup panjang untuk menjelaskan. Namun, setelah menilik jam tangan, ia bangkit dan meraih mantelnya dan bersiap pergi. “Kau mau ke mana?”Bryan menoleh dan menemukan Shienna yang telah berdiri di belakangnya. Ia meraih wajah Shienna dengan satu tangan dan membelainya sebentar.“Aku tidak bisa menjelaskan apa pun sekarang. Aku ingin lebih lama di sini, tetapi aku harus pergi. Jangan tunggu matahari terbit,” ia lantas bergumam setelah mengucapkan kalimat y
Shienna tak bisa berdiam di rumah. Ia bosan dan tak tahu bagaimana menjalani hari seperti di penjara. Ia lantas berulang kali bolak-balik ke taman lalu kembali ke rumah, membuat Jennifer mengerutkan kening. “Apakah kau tidak lelah? Tidak bisakah kau diam di tempat dan sekadar beristirahat? Kasihan sekali bayimu kau ajak ke sana kemari, Shie,” komentar Jennifer sembari mengurut kening. “Aku jenuh, J. Tidak bisakah kita keluar sebentar saja? Kumohon, lakukan sesuatu agar aku bisa keluar dari tempat ini.” Shienna menangkupkan tangan di depan dada, memohon pada sang sahabat agar mengeluarkan ide briliannya. Shienna sangat tahu kalau Jennifer adalah gadis yang jenius. Idenya selalu berhasil menyelesaikan masalah yang ia hadapi selama mereka bersahabat. “Kau menginginkan aku melakukan apa, Shie?” Shienna mengedikkan bahu. “Apa saja. Mungkin kau bisa mengalihkan perhatian semua pengawal agar aku bisa kabur,” ujar Shienna sembari memasang tatapan anak anjing yang membuat Jennifer mendesah
Malam semakin larut, tetapi Shienna masih juga tak mampu terpejam. Ia merasa kesal karena Bryan tidak datang dan sama sekali tidak memberi kabar. Ia telah mengingkari janjinya.Hal lain yang membuat Shienna sulit terpejam adalah pertemuannya dengan Zanara, saudara kembarnya. Apa yang dikatakan oleh Zanara membuatnya terus berpikir tanpa henti. Benarkah kedua orang tua mereka memperlakukan mereka dengan sangat berbeda? Selama ini Shienna tidak pernah melihat sendiri bagaimana perlakuan sang ibu terhadap Zanara, karena yang ia tahu, sang ibu adalah orang yang sangat berambisi untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang sukses. Tak terkecuali Zanara. Maka rasanya tak masuk akal kalau ibunya lantas berbuat curang dengan selalu menjadikan Zanara sebagai prioritas terakhir. “Hey ... mengapa kau belum tidur?” tanya Jennifer saat keluar dari kamar untuk mengambil minum dan menemukan Shienna masih duduk di sofa dengan TV menyala. Namun, tak sedetik pun ia menoleh pada televisi itu mel
Bryan pergi begitu saja setelah memberi pesan dan ultimatum pada Jennifer agar keduanya tidak melakukan hal-hal tanpa seizinnya karena mungkin saja akan membahayakan nyawa Shienna.Ia tak sanggup membayangkan jika apa yang ia takutkan kembali terjadi. Demi mencegah itu semua, ia telah menghubungi beberapa teknisi kepercayaannya untuk datang ke kediaman Shienna dan memasang sistem pengawas seperti CCTV dan perangkat keamanan lain yang terbaik.“Kalian harus menjaga Shienna dan Jennifer dengan baik. Aku tidak ingin hal-hal seperti kemarin terjadi lagi. Semua karena kelengahan kalian!” tegas Bryan yang disambut jawaban patuh oleh beberapa pengawal yang ia tugaskan berjaga di mansion itu. “Aku akan mengirimkan beberapa orang untuk mengawasi di ruang pengawas. Teknisi akan datang untuk memasang CCTV dan salah satu kalian harus berjaga dan memastikan para teknisi melakukan pekerjaannya dengan baik.”“Baik, Tuan Sanders! Kami tidak akan melakukan kesalahan lagi.”Bryan mengangguk, masih deng
Malam telah beranjak dan sudah seharusnya Bryan bersiap, tetapi ia masih tenggelam dalam angan yang membuatnya terkaget saat sadar bahwa hampir satu jam ia hanya merenung di ruangannya. Edward sudah berdiri dan menanyakan kesiapannya hingga sepuluh menit berselang, dan ia masih tak memberi respon. “Apakah Anda ingin makan malam ini dibatalkan, Tuan Sanders? Aku akan kabarkan Nyonya Shienna—“ “Tidak, Ed. Kita berangkat sekarang.” Bryan bangkit dan meraih jas, kemudian berjalan bersama Edward mengikuti di belakang. Ia hampir tiba di mobil yang telah menanti di lobi, tetapi seseorang telah berdiri menghadang langkahnya. “Apakah kau akan menemui wanita itu?” tanya wanita yang kini berjarak hanya beberapa langkah di hadapan Bryan. Ia tak menjawab pertanyaan yang baginya tak penting. Menurutnya, sudah cukup apa yang ia jelaskan kemarin dan ia tak lagi perlu memberikan pemahaman apa pun. “Bryan! Jangan mengabaikanku!” Bryan terus mengayun langkah lebar dan masuk ke mobil tanpa peduli ter
“Apa? Sungguh aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Bray.” Shienna menggeleng. Tatapannya tajam tertuju pada Bryan. “Ayahku tidak mungkin melakukan hal itu. Ia sangat mencintai ibu. Meski—meski ibuku tidak seperti ibumu yang penyayang, tapi—“ Shienna tak mampu melanjutkan kalimat.Raut wajahnya tampak pias dan gerakan bola matanya terlihat tak beraturan. Bryan dengan cepat meraih jemari Shienna dan menyadari kegelisahan sang istri. Ia mengatakan semuanya bukan untuk mengacaukan acara malam ini. Apa yang baru saja meluncur dari mulutnya, barulah prolog dan belum mencapai bagian pertama. “Jangan sentuh aku. Apakah kau menikahiku dengan tujuan ini? Karena kau ingin menghancurkan hatiku dengan menyebarkan berita bohong padaku mengenai ayah?” “Shie, itu tidak benar. Aku bahkan belum menjelaskan semua.” “Aku tidak ingin mendengar lainnya.” Shienna bangkit, disusul Bryan yang tak ingin Shienna meninggalkan tempat itu. Bukan seperti ini malam yang ingin ia habiskan bersama Shienna.“Apa
Shienna membuka mata kala langit masih tampak gelap. Tatapannya menerawang jauh, memandangi langit-langit kamar di mana dirinya berbaring saat ini.Di sampingnya, Bryan masih terlelap setelah malam panas antara mereka yang untuk beberapa saat sempat membuat Shienna begitu bahagia. Namun, memudar setelah ia kembali teringat apa saja yang Bryan katakan. Perkataan Bryan masih terngiang di dalam ingatannya dan ia tak mampu mengusir kalimat yang terus menggema di telinganya. Semuanya. Tentang drama bisnis antara ayahnya, ayah Bryan, Bryan, dan Jun. Lalu kehadiran Amara yang berputar di sekitar ketiganya seolah menjadi lingkaran setan yang sulit untuk diputus. Ditambah lagi ungkapan perasaan Bryan terhadapnya, yang justru terkesan sebuah kepura-puraan demi sebuah tujuan. Shienna tak begitu mudah percaya, meski telah melewati malam indah, tak ada satu pun manusia di dunia yang akan menolak seks luar biasa meski itu dengan musuh sekalipun. Ia tahu, seks adalah godaan terbesar. Karena itula