Prosesi berjalan lancar dan khidmat. Baru kali ini, Shienna melihat perhelatan pernikahan secara langsung karena dialah mempelai wanitanya.
Sementara itu, raut wajah Bryan tidak menunjukkan semringah kebahagiaan, tidak juga tampak sedih. Bisa saja ia sengaja menyembunyikan perasaan karena ia sedang berusaha menjaga image.Pastilah pernikahan ini bukanlah sesuatu yang mereka harapkan.Beberapa pemburu berita mulai berdesakan di halaman hall Gladiola Palace, memastikan jalannya prosesi pernikahan Sang Diva dan pengusaha terkaya yang tak pernah terlihat bersama wanita mana pun. Artinya, rumor itu benar, bahwa mereka memang telah menghabiskan malam panas di Palmerston.Kini para wartawan hanya menantikan klarifikasi dari yang pihak Shienna dan Bryan mengenai berita tersebut.“Aku sudah meminta beberapa orang untuk datang ke rumahmu dan mengambil semua barang yang kau butuhkan,” ucap Bryan, saat mereka sudah berada di kamar pengantin Gladiola Hotel. Mereka tidak ingin menghabiskan malam untuk berhubungan seks, karena bukan itu yang mereka mau. Hanya saja, pencitraan adalah hal yang mereka butuhkan saat ini.“Untuk apa?”“Kau akan pindah ke penthouse-ku setelah kita menghabiskan bulan madu kita.”Shienna mendengkus, masih menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Ia tak menyangka kehidupannya harus berakhir seperti ini. Andaikan stok pria di dunia ini habis sekalipun, ia lebih baik tidak menikah daripada harus menghabiskan hidup dengan pria ini. Namun, nasib berkata lain.“Kau mulai berani mengatur hidupku hanya karena bersedia menikahiku.”“Aku hanya ingin menjaga bayi itu. Dunia hiburan sangat kejam, Shienna. Bukankah kau tahu itu?”“Itukah sebabnya kenapa kau tidak pernah terlihat bersama kekasihmu itu? Siapa namanya? Selena Denver, kalau aku tidak salah. Bukankah ia seorang model kenamaan yang juga menghiasi panggung dunia hiburan?”Bryan tak memberikan respon atas perkataan Shienna. Ia sedang tak ingin membahas Selena. Ia lantas mendekati Shienna dan menyodorkan secarik kertas. Shienna membaca sekilas apa yang tertulis di sana.“Apa ini? Tidakkah cukup hanya menikahiku dan membiarkanku pergi setelah anak ini lahir? Mengapa harus ada surat kontrak?”“Agar tak ada satu pun dari kita yang melanggar batasan yang ada.”Shienna tidak merespon perkataan Bryan, tetapi langsung menilik surat kontrak di tangannya. Ia membaca satu per satu dengan saksama, hingga sepasang matanya menangkap pasal ke sekian yang menyebutkan syarat yang bertentangan dengannya.“Kau pasti sudah gila! Di sini tertulis aku tidak lagi boleh aktif di dunia entertainment? Apakah kau tahu apa arti profesi ini bagiku, huh?” sentak Shienna dengan kedua bola mata yang seolah nyaris mencelus, sementara Bryan hanya mengedikkan bahu.“Kita menikah bukan atas dasar cinta, jadi aku tak peduli apakah kau begitu mencintai profesimu atau tidak. Yang kutahu adalah segala keinginanku terpenuhi.” Bryan menatap Shienna dengan tatapan dingin. “Lagi pula, kau tidak menolak atau memberi perlawanan ketika aku menjemputmu. Itu artinya, kau sudah setuju dengan apa pun yang kuinginkan dalam pernikahan ini.”“Bajingan kau, Bryan! Siapa kau sebenarnya? Kau bahkan tidak seperti Bryan yang dulu kukenal.”“Memang bukan. Bryan yang dulu sudah mati sejak kau mematahkan hatinya menjadi berkeping-keping. Sekarang, terimalah nasibmu sebagai istri dari Bryan Sanders sang konglomerat yang sebentar lagi akan jadi seorang ayah dari bayi yang kau kandung itu. Tanda tangani dan jalani kehidupan pernikahan kita dengan baik, sayang. Kupastikan kau tidak akan menyesali ini.”Shienna menggertakkan gigi saking kesalnya. Ia mengambil pulpen yang ada di dalam map, tetapi yang ia lakukan bukan menanda tangani surat seperti yang Bryan inginkan. Ia justru mencoret-coret kertas di pangkuannya sembari terus berteriak histeris. Mirip seperti orang kurang waras.“Sialan kau, Bryaaan! Kau tidak akan pernah mendapatkan tanda tanganku, bajingan!” Shienna bangkit, meremas kertas di tangannya dan melemparkan ke arah Bryan yang bergeming, tanpa reaksi sedikit pun.Pria itu hanya mendengkus, kemudian menggeleng tak percaya, melihat tingkah perempuan yang baru beberapa jam menjadi istrinya.“Bagaimana reaksi para fans-mu jika melihat tingkahmu yang seperti ini, Shienna?” Ia menggeleng lagi, lantas meraih handuk yang tergantung di rak dan melenggang menuju kamar mandi. Ia berhenti sebentar di depan pintu, menoleh pada perempuan yang masih berdiri menatap punggungnya. “Tenang saja, aku masih punya copy-annya. Dan jika sampai batas waktu yang kutentukan kau masih belum bersedia menanda tangani, artinya aku punya hak untuk menduplikat tanda tanganmu meski tanpa izin darimu.”Bryan berbalik dan melangkah masuk ke kamar mandi meninggalkan Shienna yang kembali berteriak histeris memekakkan telinga.***Malam ini adalah malam pertama Bryan dan Shienna menikmati makan malam sebagai sepasang suami istri. Atau mungkin benar-benar malam pertama sepanjang hidup mereka sejak putus lima tahun lalu. Wajah Shienna masih memberengut dan enggan menatap ke arah sang suami, sementara Bryan, justru sebaliknya. Ia tak henti menyunggingkan senyum, meski terpaksa.Bagaimana tidak? Para wartawan kini tengah berkerumun dan menjadi penonton atas kegiatan mereka, bahkan sejak keluar dari lift. Beruntungnya, Bryan tak pernah lepas dari pengawalan selama dua puluh empat jam sepanjang hari.“Tersenyumlah, Shie. Kau akan menakuti wartawan dengan wajah cemberutmu itu,” ujar Bryan sembari menikmati steak-nya. Shienna yang masih kesal hanya menyunggingkan senyum terpaksa dengan keseluruhan gigi putih rapinya yang terlihat. “Nah, seperti itu. Meski tetap saja menyeramkan.”“Aku masih marah atas surat kontrak tadi. Jadi aku tidak mau tersenyum. Biar saja mereka melihat kenyataan kalau aku tidak bahagia” jawabnya.“Hmm ... baiklah, terserah kau saja. Tapi, mereka tak akan lupa peristiwa lima tahun lalu, Shie. Kau telah memutuskan seorang lelaki yang kini telah berubah menjadi miliuner. Dan kau masih juga menolaknya? Haha ... kau tak berubah sedikit pun. Masih tetap anak manja yang sombong.”Shienna meletakkan alat makan di tangannya dengan cukup keras sehingga mengundang perhatian lainnya yang juga tengah menikmati makanan, sementara Bryan masih dengan tenang melahap makanan di piringnya tanpa peduli sikap sang istri.“Kau harus mulai belajar menjaga perkataan dan tata kramamu, Tuan Sanders! Atau aku akan membuatmu merasakan malu seumur hidup.”“Silakan saja. Kau rupanya tidak cukup mengenalku. Terlalu banyak gosip mencuat tentang diriku dan lihat apa yang kulakukan. Aku diam dan gosip itu ‘puff’ hilang begitu saja seperti magic.” Bryan menggerakkan tangan di udara saat mengucapkan kalimat panjangnya. “Justru sebaliknya. Lihat bagaimana berita tentang kita berkeliaran hingga kau tak lagi bisa menghadapi itu. Atau kau ingin melihatnya?”Ia mengambil ponsel dari atas meja, menggulir sebentar dan menyodorkan pada Shienna.‘Seorang artis multi talenta memutuskan sang kekasih, si kaya raya, karena ketahuan berselingkuh.’ Begitu yang tertulis di sana.Melihat itu, wajah Shienna seketika merah padam.“Itu baru satu berita. Lihat saja lainnya.”‘Sang Diva multi talenta telah menghabiskan malam panas dengan seorang miliuner muda yang konon merupakan mantan kekasih yang ia putuskan lima tahun lalu. Apakah itu sebabnya Shienna Miller mengakhiri hubungan dengan David, Si Kaya Raya?’“Sialan!” Shienna membanting benda pipih ke atas meja dan menatap Bryan tajam.“Jangan menatapku seperti itu, Shie. Sudah kukatakan padamu, kaulah yang menarik bagi mereka entah itu baik atau buruk. Karena media juga memiliki preferensi. Jika ada kabar buruk mencuat, bisa dipastikan mereka adalah haters-mu.” Bryan menyeruput anggurnya. “Karena itu, lakukan saja apa yang kuminta. Kau hanya perlu menanda tangani surat itu, lalu sudah.”Shienna tak menjawab, tetapi ketika mereka tiba di kamar, ia sudah mengulurkan tangan pada Bryan. “Bawa kemari surat kontrak yang lain. Aku akan menanda tanganinya.”Bryan menyunggingkan senyum miring, lantas mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Tak berapa lama, seorang pria dengan pakaian rapi masuk setelah dipersilakan, lalu menyerahkan sebuah map berisi surat kontrak yang baru.Shienna dengan cepat merebut benda itu dan membubuhkan tanda tangan di atasnya.“Kau tidak membacanya terlebih dahulu? Kau tidak tahu kalau aku mungkin saja mengubah atau menambahkan pasalnya,” ujar Bryan. Shienna menyerahkan map pada pria itu kemudian mendengkus.“Aku tidak yakin kau punya waktu melakukannya.” Shienna kemudian melenggang masuk ke kamar dan melepaskan perhiasan dan aksesoris yang ia kenakan. Sementara Bryan menatap ke mana Shienna pergi dengan tatapan tak terbaca.“Tapi aku melakukannya, Shie. Aku telah menambahkan beberapa pasal baru di dalamnya. Dan kau sekarang tidak bisa mengelak dari apa pun yang kurencanakan.”Tok tok tok!“Shie, maaf kalau mengganggu kalian. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu terkait jadwal untuk besok,” ucap asisten Shienna setelah mengetuk pintu larut malam. Bryan yang mengenal asisten sekaligus sahabat dari sang istri, hanya melirik sekilas, lantas kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan di laptopnya. “Katakanlah, J.” “Sejak kau menjadi Nyonya Sanders, wartawan sudah melakukan polling untuk mengetahui siapa saja yang tertarik mendengar klarifikasi darimu.” Jennifer menjeda kalimat demi memastikan reaksi sahabatnya. “Apakah kau bisa melakukan konferensi pers untuk besok?” “Um ... masalah itu ...” “Ahem ... jangan lupakan perjanjian antara kita,” timpal Bryan, tak tahan mendengar percakapan seolah dirinya tidak berada di sana. “Apakah kau ingin aku mengatakan di hadapan orang-orang bahwa kau mengandung bayi karena kesalahan?” Shienna menatap Bryan dengan sorot tajam, kemudian kembali memusatkan perhatian pada Jennifer yang menunggu respon darinya. “Jennie, maafka
Shienna tiba di gedung yang tak asing baginya. Ia menoleh pada Bryan ketika mereka sudah tiba di lobi dan melangkah masuk ke gedung pencakar langit yang ia tahu merupakan kantor Bryan. Beberapa pegawai yang semula tengah sibuk bekerja, bangkit dan menghadap pada Bryan dan Shienna yang diikuti oleh asisten dan beberapa pengawal. “Selamat datang kembali Tuan dan Nyonya Sanders!” Salam sambutan mereka ucapkan, dan Shienna juga Bryan menerima kalimat yang sama setiap kali bertemu dengan pegawai lain bahkan ketika memasuki lift. “Tidak ke lantai 21, Bertha. Bawa kami ke lantai 21A,” titah Bryan saat perempuan berseragam rapi itu hendak menekan tombol yang biasa ia tekan setiap kali mengantar sang atasan menuju ke penthouse. Hari ini, untuk pertama kalinya, Bryan meminta perempuan bernama Bertha untuk membawanya ke lantas yang berada di atas ruang pribadinya. Perempuan itu mengangguk dan mengeluarkan kartu dari saku dan mendekatkan benda itu ke arah sensor yang terdapat pada dinding Lift.
Shienna memandangi Ray yang melangkah keluar dari penthouse-nya dengan tatapan sedih. Ia tak rela melepaskan pengawal seandal Ray yang selama ini membuat Shienna merasa aman di mana pun ia berada. Akan tetapi, satu hal yang ia tegaskan pada Ray, bahwa pria itu harus terus mengabari keadaannya dan jika sewaktu-waktu membutuhkan bantuan, maka Shienna akan bisa membantunya. Ditambah sebuah janji bahwa Shienna akan memakai jasanya kembali jika urusannya dengan Bryan sudah selesai. Kali ini giliran Jennifer yang sudah duduk tak jauh dari tempat Shienna yang tampak ragu untuk memulai perbincangan. “Shie, apakah kau yakin akan setuju dengan keputusannya? Kau akan memberhentikanku? Apakah ini akhir persahabatan kita?” “Ck! Tentu saja tidak, bodoh! Aku hanya tak ingin membuat masalah dengan pria psiko itu. Kau tidak dengar apa yang ia katakan malam tadi? Keberadaanmu di sini hanyalah sebagai sahabat, bukan asistenku lagi. Artinya, kau boleh tinggal di sini sampai kapan pun.” Jennifer memut
Shienna tersenyum senang saat melihat paket yang datang dan ia buka pembungkusnya. Piano dan alat musik lainnya benar-benar Jennifer kirimkan ke penthouse dan hal itu membuatnya meneteskan air mata tiba-tiba.“Oh, lihatlah si bodoh itu! Dia sangat perhatian padaku,” gumamnya sembari mengusap air mata dan menekan nomor yang tertera pada layar ponselnya. “J ... apakah kau sedang luang? Aku ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih atas perhatianmu.”“Apa? Untuk apa, Shie? Sudahlah ... aku melakukan itu ketika masih menjadi asistenmu, jadi anggaplah itu adalah tugasku dan kau sudah membayar dengan nominal yang bagus. Suamimu juga telah menambah bonus pesangon untukku,” jawabnya.“Apa? Ia menambah pesangon untukmu? Kenapa ia lakukan itu?”“Aku tak tahu. Kau tanyakan saja padanya.”“Tidak. Aku ingin mendengarnya darimu. La Kafe, jam makan siang. Aku tidak mau ada kata penolakan. Ini adalah reuni sahabat, kau harus meluangkan waktu, oke?”Setelah mendapat jawaban setuju dari sang sahabat,
Shienna akhirnya berhasil kelua dari kerumunan dan tiba kembali di penthouse. Ia kini tengah mengurung diri di kamar, sama sekali tidak membuka pintu. Tak peduli siapa pun yang mengetuk dari luar.Ia tak mengerti siapa yang harus ia percaya. Bryan memang tidak mengatakan apa pun ketika mereka menikah, bahkan saat ia dan pria itu membicarakan tentang surat kontrak yang isi pasalnya bahkan lupa untuk ia pastikan kembali. Namun, pernikahan mereka pun tidak dilandasi cinta, pantaskah kalau dirinya meminta kejelasan dari sang suami mengenai masalah ini?Tok tok tok!“Shie, ini aku. Elea mengatakan kalau kau enggan keluar dari kamar sejak tadi. Apa yang terjadi?” tanya sebuah suara yang Shienna tahu betul itu pasti Bryan. Namun, ia enggan bertemu siapa pun untuk saat ini. Ia sungguh tertekan. Selama dirinya menjadi public figure, tak pernah sekali pun ia berurusan dengan masalah percintaan. Apalagi menjadi tersangka atas rusaknya hubungan seseorang.Ia selalu dikhianati, diselingkuhi, kini
Shienna terbangun dengan tubuh yang terasa pegal dan membuatnya enggan bangkit dari ranjang. Ia justru merapatkan selimut dan tetap berbaring sampai kemudian mendengar ketukan di pintu."Nyonya, apakah Anda sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sarapan dan vitamin. Hari ini ada jadwal pemeriksaan di spesialis kandungan, dan ... Anda hari ini akan melakukan yoga di ruang gym dengan seorang pelatih meternity yoga, bersama Tuan Sanders," ucap seorang perempuan dari luar.Mendengar penjelasan sang asisten, Shienna terpaksa bangkit dan membuka pintu untuknya."Kenapa kau tidak langsung masuk saja, Elea?" tanya Shienna."Saya khawatir Anda belum bangun, Nyonya.""Aku sudah bangun sekarang," jawab Shienna sembari melangkah menuju meja makan di mana sarapan dan semua yang ia butuhkan telah tersaji. "Bisa kau ulangi jadwalku hari ini?"Elea mengangguk, kemudian mengulang apa yang sudah ia katakan sebelumnya. Shienna tampak tenang menikmati m
Sudah lewat pukul tujuh malam dan Shienna baru terbangun. Ia beringsut bangkit, memeriksa ruang tamu, tetapi tak menemukan Bryan di sana.“Kenapa aku bisa tertidur? Bagaimana janji dengan instruktur yoga-nya?” gumamnya, bergegas memakai sleeping robe dan hendak mendatangi Bryan, tetapi urung ia lakukan ketika ingat kejadian saat ia datang ke lantai 21 malam itu. “Ah, tidak! Biarkan saja. Lagi pula sudah malam. Tak mungkin aku melakukan senam kehamilan selarut ini.”Ia masih berdiri di depan lift bersamaan dengan pintu lift tiba-tiba terbuka dan seorang wanita dengan pakaian minim tanpa permisi, melangkah masuk ke ruangan dan duduk di sofa.“Bisakah kau panggilkan Bryan? Aku ada janji bertemu dengannya,” ujar wanita itu, memberi perintah kepada Shienna yang tampak amburadul karena baru saja bangun setelah tertidur sejak siang.“Kau siapa? Berani sekali memerintahku. Apa kau tidak tahu siapa aku?” tanya Shienna tampak kesal.“Aku adalah ... kau tidak sedang berpura-pura, bukan? Kau terl
Bryan masuk ke ruangan Shienna dan tak menemukan siapa pun di sana. Pintu kamar Shienna pun dalam keadaan terbuka. Bryan menghampiri karena mengira bahwa Shienna sedang bersantai di kamar, tetapi ia justru tak menemukan apa pun, termasuk pakaian miliknya.Bryan terbelalak tak percaya. Shienna tak pernah mengatakan apa pun sebelumnya sehingga ia yakin kalau perempuan itu pasti telah setuju dengan perjanjian yang telah ia tanda tangani. Namun, melihat bagaimana kondisi saat ini, Bryan yakin, istrinya itu pasti berusaha melarikan diri.Bryan bergegas keluar dan menggunakan lift umum sehingga ia kini berada di lantai satu dan menuju ke front desk untuk memastikan apakah pegawainya melihat kepergian Shienna.“Kami memang melihat Nyonya Sanders berjalan membawa tas besar beberapa menit lalu, tetapi kami mengira kalau ia lakukan itu atas izin anda, Pak.”“Sialan! Dasar perempuan manja! Apa yang sedang ia lakukan?” gumam Bryan dengan geram. Ia kemudian bergegas mencari keberadaan Shienna yang