Share

Bab 43

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2024-03-14 21:38:32

“Bryan, hentikan! Kau bisa sakit jika terus melakukan hal ini!” cegah Edward ketika Bryan hendak menenggak minuman di gelasnya. Entah sudah berapa gelas yang ia minum sejak dirinya tiba di kelab. Namun, Bryan tak peduli. Bahkan perkataan Edward pun tak ada satu pun yang masuk ke telinganya.

“Jangan mencegahku, Ed. Aku sedang menikmati hidup dan merayakan hadiah dari Tuhan untukku.”

“Apa maksudmu? Kau sedang sakit, Bryan. Kau harus ingat itu. Apakah kau memang sengaja ingin mati, huh?!”

Bryan menghentikan tawanya yang sejak tadi membahana. Ia sedang menertawai diri sendiri yang bernasib malang setelah kehilangan cinta sejati, ia sebentar lagi akan kehilangan nyawa. Maka apa lagi yang harus ia lakukan selain merayakan kesialan hidupnya?

“Seharusnya sekalian saja ia mencabut nyawaku saat itu. Benar, kan?” racaunya lagi.

Edward memang kesal melihat sikap Bryan yang tak pernah berubah. Ia akan membiarkan dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya sebelum akhirnya sadar dan bangkit. Namun sering kali, ia sudah kehilangan waktu saat itu. Dan kali ini, Edward tak akan membiarkan hal itu terulang lagi.

Banyak hal yang harus Bryan jaga, tetapi ia tak juga menyadari itu.

“Ryan mengatakan kalau aku menderita autoimun. Ck! Persetan dengan apa pun jenis penyakit itu, aku tak peduli. Aku memintanya untuk segera mencari cara agar aku bisa bertahan hidup lebih lama. Aku akan kembali mencari Shienna dan menemukannya.”

“Jika kau memiliki niat seperti itu, maka hentikan ini. Kau harus bertahan hidup lebih lama jika kau ingin bertemu dengan Shienna.”

Bryan mendengkus dan tertawa lagi. “Aku hanya bercanda, Ed. Apakah kau berpikir mudah menemukan wanita bandel itu, huh? Kau tahu, jika ia sudah memutuskan untuk pergi, seluruh dunia bahkan tak akan tahu di mana keberadaannya. Itulah sebabnya selama enam tahun kemarin aku tak berhasil menemukannya sampai nasib berbalik dan menyatukan kami secara tak sengaja.”

“Maka hal itu akan terjadi lagi. Percayalah. Karena itu, bangunlah, Bryan, dan lakukan sesuatu untuk segera menemukan Shienna. Aku yakin ia pergi hanya untuk menenangkan diri dan setelah itu kalian akan kembali bersama.”

Bryan tak menjawab, melainkan tertegun untuk beberapa saat dan membiarkan angannya memikirkan Shienna dan hanyut di dalamnya. Ia merindukan Shienna hingga nyaris gila dan rela mati asalkan bisa bertemu dan menikmati hidup di detik-detik terakhir kehidupannya.

“Andai kami bisa bertemu kembali, aku berjanji tak akan membiarkannya terluka. Tak akan ada seorang pun yang boleh menyakitinya, termasuk diriku sendiri. Andaikan—“ Bryan tak melanjutkan kalimat karena ia sudah tak sadarkan diri.

Edward hanya memandangi sahabatnya itu dengan tatapan prihatin dan kemudian membantunya berdiri untuk membawanya pulang.

Akan tetapi, baru saja hendak melangkah keluar dari kelab, seorang wanita muncul dan meminta Edward untuk merebahkan Bryan di sofa.

“Apa yang kau lakukan terhadapnya, huh? Apakah kau tahu kalau ia tidak boleh mengonsumsi banyak minuman beralkohol? Dia baru saja menerima donor ginjal beberapa tahun lalu dan tidak seharusnya kau membiarkannya seperti ini!” omel wanita yang membuat Edward merasa tak suka.

Ia tahu benar kalau Bryan juga tidak menyukai wanita itu, tetapi apa yang membaut wanita itu datang dan seolah memang dengan khusus hadir untuk Bryan?

“Aku sudah menghentikannya tapi—“

“Sudahlah! Kau memang bawahan yang tidak becus! Jangan mentang-mentang kau adalah sahabat Bryan lantas kau boleh menjalankan tugas dengan sesukamu. Ayah Bryan pasti akan sangat murka jika mengetahui putranya menderita seperti ini!”

Wanita itu kemudian menoleh dan memberi isyarat pada beberapa pria yang berdiri di balik punggungnya.

“Bawa Bryan kembali ke rumahnya,” titahnya.

“Tunggu, Amara! Kau tidak berhak membawanya karena keselamatan dan keamanan Bryan adalah tanggung jawabku. Tak peduli dia dalam keadaan sadar atau tidak, dia ada dalam pengawasanku!”

“Apakah kau meragukanku? Apa yang kau pikirkan, huh? Apakah kau berpikir aku akan membunuhnya?” tanya Amara ketus. Ia lalu mendekatkan wajah pada Edward. “Aku bahkan sangat mencintainya. Menyakiti apalagi membunuhnya, sama sekali tak ada dalam benakku. Kecuali kalau kau yang tengah berencana melakukan itu.”

Edward tak menjawab tetapi mengepalkan tangan karena perkataan Amara telah mengusiknya. Amara memang tidak akan membunuh Bryan, tetapi Edward yakin kalau wanita itu akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Bryan seutuhnya.

Ia cemas kalau wanita itu akan melakukan tindakan di luar batas.

“Lepaskan dia, atau aku akan panggilkan pengawal untuk mengusirmu!” gertak Edward yang mulai tak tahan dengan sikap sok jagoan dan sok peduli dari Amara.

Edward sangat mengenal Amara dan sepak terjangnya menghancurkan kehidupan keluarga Bryan, karena itu, sejak Bryan memintanya untuk menjadi asisten pribadinya, Edward berjanji tak akan biarkan Amara menyentuh Bryan dan keluarganya.

“Kau bisa menggertak juga rupanya. Baiklah. Aku tak suka mencari gara-gara dengan orang rendahan sepertimu. Bawalah dia hingga tiba di apartemennya dengan aman. Aku tak segan untuk melaporkanmu ke polisi jika kau tidak melakukannya.”

***

Edward meninggalkan Bryan di penthousenya dalam keadaan aman. Pelayan dan petugas keamanan telah ia kerahkan untuk berjaga agar tak ada seorang pun yang masuk dan menemui Bryan kecuali Shienna.

Ia memutuskan untuk bergegas pergi dan kembali ke apartemennya yang berada di lantai sepuluh. Bryan memberikan apartemen itu untuknya agar Edward bisa sigap kapan pun Bryan membutuhkannya.

Sepeninggal Edward, seorang wanita datang ke penthouse dan memeriksa kondisi Bryan yang tengah terlelap di kamarnya. Wanita itu melepaskan pakaian kerja Bryan dan membersihkan tubuhnya sebelum masuk ke dalam selimut yang sama dengan Bryan.

Bryan sempat membuka mata sejenak dan bergumam lirih. Ia menyebut satu nama yang tak pernah hilang dari ingatannya dan wanita itu tersenyum saat mendengar igauan Bryan.

“Aku di sini, sayang,” ucapnya sebelum kemudian Bryan memutar tubuh dan menindih tubuhnya. “Apa yang kau lakukan? Kau begitu lemah setelah menenggak minuman, jadi sebaiknya kau tidur dan beristirahat.”

“Aku merindukanmu. Aku takut kalau aku tertidur, aku tak akan menemukanmu esok hari. Aku tidak ingin kau meninggalkanku lagi, Shienna.”

Kegelisahan Bryan seolah tak hanya milik Bryan seorang melainkan juga wanita itu. Tampak raut wajah wanita itu berubah muram, kemudian dengan segera, ekspresi itu ia pudarkan dari wajahnya, berganti senyum ceria karena telah bertemu dengan pria yang ia cintai.

“Katakan padaku kalau ini bukan mimpi,” gumam Bryan sembari mengucek matanya. “Aku tidak bermimpi. Ini benar kau. Kau ada di sini. Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkanku.”

“Aku tak pernah pergi selama kau tetap menyimpanku dalam hatimu.”

Wanita itu kembali tersenyum dan membiarkan Bryan mengecup bibirnya dan memberikan sentuhan yang membangkitkan gairah terpendam keduanya. Bryan yang tak mengenakan pakaian, melepaskan helai demi helai pakaian yang masih melekat di tubuh wanita itu.

“Aku menginginkanmu, Shie. Sangat menginginkanmu.”

“Aku milikmu, Bryan. Lakukan apa pun yang kau mau terhadapku. Aku akan memberikan segalanya untukmu.”

Bryan tersenyum dan kembali memberikan sentuhan cinta pada wanita itu, mengecup bibir dan tiap inci kulit mulusnya. Ia menghentikan kecupan di bagian sensitif yang berlekuk dan mulai memainkan lidahnya di sana.

Wanita itu meloloskan desah dan erangan lirih setiap kali Bryan mengulum atau menjilat bagian itu.

Keduanya tak sabar dan dengan satu gerakan, keperkasaan Bryan sudah berhasil memasuki milik wanita di bawahnya dan ia mulai bergerak seiring irama, begitu pula dengan wanita itu yang memberikan gerakan seiring gerakan Bryan.

Selama beberapa menit, ruangan yang semula dingin dan sempat membuat Bryan menggigil, perlahan menghangat bahkan memanas. Dua sejoli yang tampak melepas kerinduan, saling mengisi satu sama lain dengan perasaan penuh cinta.

Bryan mempercepat gerakannya, sesuai permintaan wanita itu yang menginginkan mereka mencapai puncak kenikmatan bersama dan demikianlah yang terjadi.

Kamar Bryan tak lagi sepi seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini, suara erang dan desah penuh nikmat memenuhinya dan membuat Bryan yang telah menumpahkan segala miliknya pada wanita itu, mengecupi bibir wanita itu sekali lagi sebelum membawanya masuk ke dalam dekapan dan terlelap dengan perasaan bahagia yang membuncah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ninna Maulida
masih belum ada titik terang pertemuan brayn dan sheinna ..ya ampun sakit kali hatiku menantikan mereka bersama
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 74

    “Apa yang terjadi padamu, Shie? Ayo kita kembali ke kamar, berpeganganlah.” Bryan menggendong sang istri yang tak lagi memiliki daya untuk melawan, bahkan untuk menghindar ketika sekali lagi aroma tubuh Bryan mengusiknya.Ia pasrah saja ketika Bryan membaringkannya di ranjang dan segera meraih ponsel untuk menghubungi Ryan Karl.“Ya, Bryan. Kawanku itu sudah dalam perjalanan. Ia mengabari beberapa menit lalu. Tunggulah.”Belum selesai pembicaraan keduanya, salah satu pelayan mengetuk pintu dan mengabarkan bahwa ada seorang dokter yang sudah menunggu di luar. Bryan meminta pelayan untuk mempersilakan dokter masuk dan segera melakukan pemeriksaan.“Apakah kau mengalami mual dan muntah hampir setiap hari?” tanya dokter sembari menempelkan stetoskop di dada Shienna dan memeriksa denyut nadinya.“Ya. Bahkan seperti setiap saat. Aku tidak menyukai aroma yang kusukai sebelumnya dan kurasa hasrat seksualku menurun sejak itu. Entahlah,” jawab Shienna sembari melemparkan tatapan pada sang suami

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 73

    Bryan masih memikirkan nasib Amara setelah orang suruhan Edward mengepung dan menabrak mobil yang ia kemudian hingga terbakar. Namun, belum ada kabar lanjutan terkait peristiwa tersebut sehingga Edward mengambil kesimpulan kalau Amara pasti sudah tewas di tempat.Sementara itu, Shienna belum mengetahui apa pun mengenai hal itu. Bryan tak ingin sang istri menjadi gelisah dan berpikiran yang tidak-tidak terhadap Edward.“Mengapa kau tampak gelisah sejak tadi?” tanya Shienna sembari memeluk Bryan dari belakang. “Apakah Ed mengabarkan sesuatu yang buruk?”“Ya. Namun, aku tidak sedang memikirkan hal itu. Aku hanya membayangkan bagaimana jika kita memiliki bayi lagi?” tanya Bryan yang terus memandangi Shienna dengan tatapan penuh cinta.Shienna tak lagi takut untuk memiliki bayi, tetapi sanggupkah ia jika hanya anak mereka yang akhirnya menemaninya melewati masa tua?Bukankah itu ide bagus, memiliki sesuatu yang berasal dari Bryan agar ia bisa terus mengenang lelaki tercintanya jika ia perg

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 72

    Dua bulan kemudian ... Shienna dan Bryan sudah pulih pasca menjalani operasi. Bryan tampak jauh lebih baik dan Ryan telah menyatakan kalau ia dalam kondisi yang prima. Banyak wejangan yang Ryan berikan untuknya, agar lebih menghargai apa yang ia miliki, termasuk kesehatan. Akan tetapi, ada hal yang tidak ia katakan pada Bryan melainkan hanya pada Shienna. “Mengenai kondisi ginjal dan organ lain, bisa kukatakan tak ada masalah. Namun, hasil tes menunjukkan kalau lupus yang ia derita masih aktif dan aku menyarankan agar ia tetap menjalani tritmen dengan obat-obatan.” “Apakah itu tidak akan mempengaruhi keadaan ginjalnya? Secara logika, ginjalnya tak lagi sama dengan miliknya yang sebenarnya, terlebih setelah menjalani operasi. Artinya, kondisinya akan memburuk sewaktu-waktu, kan?” Raut wajah Shienna mulai menegang. Terlebih setelah melihat respon dari Ryan, tubuhnya serasa tak bertulang. “Maksudmu, dia tetap akan pergi?” Keterdiaman Ryan membuat Shienna mengambil kesimpulan sendiri

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 71

    Bryan akhirnya setuju dan segera menghubungi Edward dan pria itu datang bersama Jennifer. Di antara mereka tak ada satu pun yang bicara selama menunggu operasi Bryan dan Shienna berjalan lancar. Perawat keluar dari ruang operasi beberapa kali, saat itulah Edward menanyakan kabar Shienna dan Bryan.Beberapa jam berlalu, lampu di bagian atas pintu operasi menyala dengan warna hijau yang artinya operasi telah selesai. Edward bangkit dan segera menemui dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Ryan dan beberapa dokter spesialis yang membantu jalannya operasi, tampak tergesa kemudian hanya Ryan yang akhirnya berhenti sejenak untuk menjawab kegelisahan sahabatnya.“Bagaimana kondisinya, Ryan?” tanya Edward dengan raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Ini kali kedua Bryan melakukan operasi dan hal itu selalu sukses membuatnya begitu cemas.“Operasi berjalan lancar, kita tinggal menunggu Bryan dan Shienna siuman.”“Tolong tempatkan mereka di satu ruangan, itu akan mempercepat pemulihan k

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 70

    Shienna berada di atas brankar yang bergerak cepat dalam kondisi setengah sadar. Ia sempat pingsan untuk beberapa waktu setelah dokter datang dan menemukannya bersimbah darah dengan sebilah pisau lipat menancap di pinggang sebelah kanan.Ia bisa melihat lampu terang menyorot dan membuat matanya merasakan silau. Ia memejamkan mata sejenak, tak kuasa menahan perih dan nyeri di pinggang serta mata yang terasa berat.“Shienna, buka matamu. Tetaplah sadar. Shienna!” Suara itu terus ia dengar memanggil namanya. Ia tak tahu di mana dirinya berada, tetapi sekilas, ia tahu kalau Ryan-lah yang ada di dekatnya.“Bryan ...” gumam Shienna dengan suara lirih. “Di mana suamiku?”“Aku akan segera mengabarinya.”Ryan hendak pergi, tetapi Shienna segera meraih lengan jasnya. “Tolong, jangan katakan apa pun padanya. Lakukan operasi pencangkokan sekarang tanpa memberi tahukan kondisiku padanya. Bisa, kan?”“Uhm, Shie—““Kumohon, kumohon ... aku akan bertahan. Aku janji. Tapi Bryan tak akan mendapat kesem

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 69

    Bryan sudah meminta orang kepercayaannya untuk memeriksa loker sesuai yang Shienna informasikan dan menemukan banyak hal di sana. Namun, ia setuju untuk membiarkan semua file dan benda-benda milik Jun tetap aman dengan penjagaan tersembunyi. Ia harus memastikan terlebih dahulu kalau Jun akan membebaskan Edward dari tuntutannya.Jun pada akhirnya menarik tuntutan atas Edward dengan mengatakan bahwa ia telah salah menuduh Edward sementara yang terjadi padanya adalah murni sebuah kecelakaan. Ia juga membayar seorang petinggi polisi yang menangani kasus tersebut agar membebaskan Edward dari jerat hukum.Edward hari ini diputuskan untuk bebas bersyarat. Jennifer menjemput Edward, tetapi ia dan Bryan enggan pergi karena ada masalah lain yang harus mereka selesaikan. Meski Jun telah menarik tuntutannya, tetapi kasus yang akan mereka laporkan rupanya berhubungan dengan Jun.“Aku menemukan benda ini di penthouse Shienna dan di kamar ibuku. Aku tidak bisa memastikan ini milik siapa karena terl

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 68

    Semua mata terbelalak dan tertuju pada wanita yang berdiri di hadapan Bryan. Tak ada luka yang terlihat, tetapi kemudian ia memegangi salah satu bagian tubuh yang mengucurkan darah segar.Nyaris limbung dan tersungkur, Bryan gegas meronta membebaskan diri dari pria yang memeganginya, lantas menghambur demi menopang tubuh sang istri.“Shienna!” Ia memanggil nama itu dengan perasaan cemas, memeriksa di mana bagian tubuh Shienna yang terkena tembakan, tetapi menemukan hanya lengan yang terluka. Ia melepaskan jaket dan membungkus luka tersebut. “Pegang ini kuat-kuat, oke?”Ia melepaskan Shienna yang bisa duduk dengan baik karena tak ada luka serius yang membuat Bryan bisa mengurus hal lain yang sudah seharusnya ia lakukan sejak tadi.Ia menghambur ke arah Jun, mencengkeram batang tenggorok lelaki itu dan membuatnya nyaris kehabisan napas.“Seharusnya aku menghabisimu sejak dulu, bajingan! Aku membiarkanmu hidup karena pelacurmu yang pandai berdusta itu. Ia tampaknya begitu memanjakanmu, s

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 67

    Shienna tiba di rumah lamanya, karena ia meninggalkan Bryan pagi-pagi sekali dan saat ia masuk ke rumah, ia tak menemukan siapa pun selain beberapa wanita yang tengah melakukan pekerjaan di dapur basah yang ada di bangunan belakang.Ia memeriksa ruangan lain, tetapi nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Bryan di mana pun.“Apa Anda mencari Tuan Sanders, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang memerhatikan Shienna mondar-mandir dengan wajah bingung sejak tiba di rumah.“Ya. Apakah kau tahu dia di mana? Apakah ia meninggalkan pesan untukku?”“Tuan Sanders hanya mengatakan kalau ia sedang ada keperluan dan meminta Anda untuk makan siang lebih dulu. Ia akan segera kembali jika semua urusan telah selesai.”Mendengar perkataan pelayan, Shienna justru semakin cemas. Masalah apa yang tengah Bryan hadapi sehingga ia sama sekali tidak mengabari. Bryan juga tidak menghubungi Shienna, padahal ia pasti panik saat tak menemukan Shienna di mana pun, tetapi mengapa ia tidak membombardirnya dengan pang

  • Kemakan Sumpah Mantan (INDONESIA)   Bab 66

    Mobil Bryan berhenti di halaman sebuah bangunan yang seharusnya tidak asing bagi Shienna. Namun, Bryan sengaja menutup mata Shienna sejak awal, karena tak ingin sang istri mengetahui ke mana tujuan mereka.Bryan membantu Shienna turun dan berjalan hingga tiba di sebuah pelataran yang sebelumnya hanyalah lahan kosong dan kini beberapa pegawai konstruksi tengah melakukan pembangunan gedung megah yang Bryan yakin akan membuat Shienna gembira jika mengetahuinya.Ia membuka penutup mata Shienna dan menunjukkan bangunan yang sudah mencapai 70% pembangunan dan tak lama lagi akan selesai. Bryan sudah meminta pekerja konstruksi untuk menyelesaikan dengan segera, karena ia tak bisa menjamin dirinya akan bertahan lebih lama.Shienna bungkam kala melihat apa yang ada di hadapannya. Bangunan lain yang pernah ia rencanakan akan ia bangun, meski tak yakin untuk tujuan apa, kini sudah hampir sepenuhnya berdiri.Ia menoleh pada Bryan yang masih menyunggingkan senyum, puas melihat mata sang istri berka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status