Share

Bab 43

“Bryan, hentikan! Kau bisa sakit jika terus melakukan hal ini!” cegah Edward ketika Bryan hendak menenggak minuman di gelasnya. Entah sudah berapa gelas yang ia minum sejak dirinya tiba di kelab. Namun, Bryan tak peduli. Bahkan perkataan Edward pun tak ada satu pun yang masuk ke telinganya.

“Jangan mencegahku, Ed. Aku sedang menikmati hidup dan merayakan hadiah dari Tuhan untukku.”

“Apa maksudmu? Kau sedang sakit, Bryan. Kau harus ingat itu. Apakah kau memang sengaja ingin mati, huh?!”

Bryan menghentikan tawanya yang sejak tadi membahana. Ia sedang menertawai diri sendiri yang bernasib malang setelah kehilangan cinta sejati, ia sebentar lagi akan kehilangan nyawa. Maka apa lagi yang harus ia lakukan selain merayakan kesialan hidupnya?

“Seharusnya sekalian saja ia mencabut nyawaku saat itu. Benar, kan?” racaunya lagi.

Edward memang kesal melihat sikap Bryan yang tak pernah berubah. Ia akan membiarkan dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya sebelum akhirnya sadar dan bangkit. Namun sering kali, ia sudah kehilangan waktu saat itu. Dan kali ini, Edward tak akan membiarkan hal itu terulang lagi.

Banyak hal yang harus Bryan jaga, tetapi ia tak juga menyadari itu.

“Ryan mengatakan kalau aku menderita autoimun. Ck! Persetan dengan apa pun jenis penyakit itu, aku tak peduli. Aku memintanya untuk segera mencari cara agar aku bisa bertahan hidup lebih lama. Aku akan kembali mencari Shienna dan menemukannya.”

“Jika kau memiliki niat seperti itu, maka hentikan ini. Kau harus bertahan hidup lebih lama jika kau ingin bertemu dengan Shienna.”

Bryan mendengkus dan tertawa lagi. “Aku hanya bercanda, Ed. Apakah kau berpikir mudah menemukan wanita bandel itu, huh? Kau tahu, jika ia sudah memutuskan untuk pergi, seluruh dunia bahkan tak akan tahu di mana keberadaannya. Itulah sebabnya selama enam tahun kemarin aku tak berhasil menemukannya sampai nasib berbalik dan menyatukan kami secara tak sengaja.”

“Maka hal itu akan terjadi lagi. Percayalah. Karena itu, bangunlah, Bryan, dan lakukan sesuatu untuk segera menemukan Shienna. Aku yakin ia pergi hanya untuk menenangkan diri dan setelah itu kalian akan kembali bersama.”

Bryan tak menjawab, melainkan tertegun untuk beberapa saat dan membiarkan angannya memikirkan Shienna dan hanyut di dalamnya. Ia merindukan Shienna hingga nyaris gila dan rela mati asalkan bisa bertemu dan menikmati hidup di detik-detik terakhir kehidupannya.

“Andai kami bisa bertemu kembali, aku berjanji tak akan membiarkannya terluka. Tak akan ada seorang pun yang boleh menyakitinya, termasuk diriku sendiri. Andaikan—“ Bryan tak melanjutkan kalimat karena ia sudah tak sadarkan diri.

Edward hanya memandangi sahabatnya itu dengan tatapan prihatin dan kemudian membantunya berdiri untuk membawanya pulang.

Akan tetapi, baru saja hendak melangkah keluar dari kelab, seorang wanita muncul dan meminta Edward untuk merebahkan Bryan di sofa.

“Apa yang kau lakukan terhadapnya, huh? Apakah kau tahu kalau ia tidak boleh mengonsumsi banyak minuman beralkohol? Dia baru saja menerima donor ginjal beberapa tahun lalu dan tidak seharusnya kau membiarkannya seperti ini!” omel wanita yang membuat Edward merasa tak suka.

Ia tahu benar kalau Bryan juga tidak menyukai wanita itu, tetapi apa yang membaut wanita itu datang dan seolah memang dengan khusus hadir untuk Bryan?

“Aku sudah menghentikannya tapi—“

“Sudahlah! Kau memang bawahan yang tidak becus! Jangan mentang-mentang kau adalah sahabat Bryan lantas kau boleh menjalankan tugas dengan sesukamu. Ayah Bryan pasti akan sangat murka jika mengetahui putranya menderita seperti ini!”

Wanita itu kemudian menoleh dan memberi isyarat pada beberapa pria yang berdiri di balik punggungnya.

“Bawa Bryan kembali ke rumahnya,” titahnya.

“Tunggu, Amara! Kau tidak berhak membawanya karena keselamatan dan keamanan Bryan adalah tanggung jawabku. Tak peduli dia dalam keadaan sadar atau tidak, dia ada dalam pengawasanku!”

“Apakah kau meragukanku? Apa yang kau pikirkan, huh? Apakah kau berpikir aku akan membunuhnya?” tanya Amara ketus. Ia lalu mendekatkan wajah pada Edward. “Aku bahkan sangat mencintainya. Menyakiti apalagi membunuhnya, sama sekali tak ada dalam benakku. Kecuali kalau kau yang tengah berencana melakukan itu.”

Edward tak menjawab tetapi mengepalkan tangan karena perkataan Amara telah mengusiknya. Amara memang tidak akan membunuh Bryan, tetapi Edward yakin kalau wanita itu akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Bryan seutuhnya.

Ia cemas kalau wanita itu akan melakukan tindakan di luar batas.

“Lepaskan dia, atau aku akan panggilkan pengawal untuk mengusirmu!” gertak Edward yang mulai tak tahan dengan sikap sok jagoan dan sok peduli dari Amara.

Edward sangat mengenal Amara dan sepak terjangnya menghancurkan kehidupan keluarga Bryan, karena itu, sejak Bryan memintanya untuk menjadi asisten pribadinya, Edward berjanji tak akan biarkan Amara menyentuh Bryan dan keluarganya.

“Kau bisa menggertak juga rupanya. Baiklah. Aku tak suka mencari gara-gara dengan orang rendahan sepertimu. Bawalah dia hingga tiba di apartemennya dengan aman. Aku tak segan untuk melaporkanmu ke polisi jika kau tidak melakukannya.”

***

Edward meninggalkan Bryan di penthousenya dalam keadaan aman. Pelayan dan petugas keamanan telah ia kerahkan untuk berjaga agar tak ada seorang pun yang masuk dan menemui Bryan kecuali Shienna.

Ia memutuskan untuk bergegas pergi dan kembali ke apartemennya yang berada di lantai sepuluh. Bryan memberikan apartemen itu untuknya agar Edward bisa sigap kapan pun Bryan membutuhkannya.

Sepeninggal Edward, seorang wanita datang ke penthouse dan memeriksa kondisi Bryan yang tengah terlelap di kamarnya. Wanita itu melepaskan pakaian kerja Bryan dan membersihkan tubuhnya sebelum masuk ke dalam selimut yang sama dengan Bryan.

Bryan sempat membuka mata sejenak dan bergumam lirih. Ia menyebut satu nama yang tak pernah hilang dari ingatannya dan wanita itu tersenyum saat mendengar igauan Bryan.

“Aku di sini, sayang,” ucapnya sebelum kemudian Bryan memutar tubuh dan menindih tubuhnya. “Apa yang kau lakukan? Kau begitu lemah setelah menenggak minuman, jadi sebaiknya kau tidur dan beristirahat.”

“Aku merindukanmu. Aku takut kalau aku tertidur, aku tak akan menemukanmu esok hari. Aku tidak ingin kau meninggalkanku lagi, Shienna.”

Kegelisahan Bryan seolah tak hanya milik Bryan seorang melainkan juga wanita itu. Tampak raut wajah wanita itu berubah muram, kemudian dengan segera, ekspresi itu ia pudarkan dari wajahnya, berganti senyum ceria karena telah bertemu dengan pria yang ia cintai.

“Katakan padaku kalau ini bukan mimpi,” gumam Bryan sembari mengucek matanya. “Aku tidak bermimpi. Ini benar kau. Kau ada di sini. Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkanku.”

“Aku tak pernah pergi selama kau tetap menyimpanku dalam hatimu.”

Wanita itu kembali tersenyum dan membiarkan Bryan mengecup bibirnya dan memberikan sentuhan yang membangkitkan gairah terpendam keduanya. Bryan yang tak mengenakan pakaian, melepaskan helai demi helai pakaian yang masih melekat di tubuh wanita itu.

“Aku menginginkanmu, Shie. Sangat menginginkanmu.”

“Aku milikmu, Bryan. Lakukan apa pun yang kau mau terhadapku. Aku akan memberikan segalanya untukmu.”

Bryan tersenyum dan kembali memberikan sentuhan cinta pada wanita itu, mengecup bibir dan tiap inci kulit mulusnya. Ia menghentikan kecupan di bagian sensitif yang berlekuk dan mulai memainkan lidahnya di sana.

Wanita itu meloloskan desah dan erangan lirih setiap kali Bryan mengulum atau menjilat bagian itu.

Keduanya tak sabar dan dengan satu gerakan, keperkasaan Bryan sudah berhasil memasuki milik wanita di bawahnya dan ia mulai bergerak seiring irama, begitu pula dengan wanita itu yang memberikan gerakan seiring gerakan Bryan.

Selama beberapa menit, ruangan yang semula dingin dan sempat membuat Bryan menggigil, perlahan menghangat bahkan memanas. Dua sejoli yang tampak melepas kerinduan, saling mengisi satu sama lain dengan perasaan penuh cinta.

Bryan mempercepat gerakannya, sesuai permintaan wanita itu yang menginginkan mereka mencapai puncak kenikmatan bersama dan demikianlah yang terjadi.

Kamar Bryan tak lagi sepi seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini, suara erang dan desah penuh nikmat memenuhinya dan membuat Bryan yang telah menumpahkan segala miliknya pada wanita itu, mengecupi bibir wanita itu sekali lagi sebelum membawanya masuk ke dalam dekapan dan terlelap dengan perasaan bahagia yang membuncah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status